Gorontalopost.co.id, GORONTALO — Tersingkirnya perwakilan Gorontalo dalam jajaran dewan komisaris dan direksi Bank Pembangunan Daerah Sulawesi Utara Gorontalo (BSG), pada Rapat Umum Pemegang Saham Luar Biasa (RUPS-LB) yang berlangsung di Manado, Rabu (9/4), mengundang reaksi banyak pihak.
Wali Kota Gorontalo Adhan Dambea yang juga hadir dalam RUPS itu, menyebut peran Gubernur Gorontalo Gusnar Ismail yang kurang tegas saat RUPS berlangsung. Hal itu diutarakan Wali Kota Gorontalo, Adhan Dambae saat jumpa media di rumah jabatan Wali Kota Gorontalo, Kamis (10/4) kemarin.
Adhan bahkan terang-teranganya mengaku kecewa dengan sikap Gubernur Gusnar Ismail itu. “Saya sangat kecewa, Gubernur tidak menolak keputusan Gubernur Sulut (Yulius Selvester Komaling),”sesal Adhan kemarin.
Ia mengurai kronologi singkat kondisi RUPS saat itu, dimana posisi Gorontalo terlihat hanya pelengkap saja dalam pertemuan tahunan tersebut. Kendati begitu kata dia, Gorontalo harusnya punya daya tawar tinggi, jika Gubernur Gusnar Ismail tetap ngotot harus ada perwakilan Gorontalo dalam jajaran dewan komisaris.
Yang terjadi, kata Adhan, Gubernur Gusnar justeru tidak memberi pertimbangan terhadap daftar nama-nama komisaris yang disodorkan YSK, bahkan seakan setuju dengan daftar baru susunan komisaris itu.
“Informasi yang kami terima, justeru Gubernur Sulawesi Utara tanya sama Gubernur Gorontalo, dijawab kalau itu sudah jadi keputusan Gubernur (YSK) silahkan saja. Kasian model-model Gubernur Gorontalo seperti itu,”ujar Adhan.
Yang bikin kesal lagi, lanjut Adhan, jajaran komisaris yang lama, masih akan bekerja sampai delapan bulan kedepan, dimana salah satunya adalah putra Gorontalo, yakni Ferdiyanto Koniyo, tapi tidak bisa dipertahankan.
Saat RUPS berlangsung, Adhan menginginkan agar Gubernur mempertahankan posisi Ferdiyanto Koniyo, karena mantan ketua DPRD Kota Gorontalo itu satu-satunya wakil Gorontalo dalam jajaran ‘bos’ BSG.
“Itu saja yang dipertahankan Gubernur Gorontalo, (tapi) tidak punya kemauan, bayangkan. Kalau itu saja yang diminta, kalau boleh Ferdiyanto Koninyo jangan dulu diganti,”katanya. “Artinya kalau merasa diri wakil rakyat dari Gorontalo, harusnya punya kemauan (mempertahankan wakil Gorontalo di BSG), tapi itu tidak ada sama sekali dari Gubernur,”tambah Adhan.
Dengan sikap seperti, maka tidak heran, wakil Gorontalo dalam jajaran komisaris BSG didepak, dan diganti dengan orang-orang dekat dari Gubernur Sulut YSK. Kata Adhan, empat nama komisaris baru BSG itu, merupakan tim sukses Gubernur YSK saat Pilgub Sulut tahun lalu.
Mereka masing-masing Ramoy Markus, sebagai komisaris utama. Ramoy diketahui merupakan ketua tim pemenangan YSK saat pilgub. Tiga komisaris independen lainya yakni Sam Sachrul Mamonto, Jacklyn Koloay, dan Djafar Alkatiri.
Adhan juga mengatakan, harusnya sebelum pelaksanaan RUPS, Gubernur Gusnar membuka konsolidasi dengan para bupati/wali kota yang juga memiliki saham di BSG. Sayangnya tidak ada pertemuan antara Gubernur dan para kepala daerah di Gorontalo sampai pada pelaksanaan RUPS di Manado.
Padahal kata dia, jika itu dilakukan, hasil RUPS bisa saja berbeda. Ia menyebut kondisi tersebut yang turut memicu dirinya dan para kepala daerah di Gorontalo memutuskan angkat kaki dari BSG. Adhan memastikan secepatnya memindahkan kas daerah dari BSG ke bank lainya, termasuk saham yang ada di bank dengan slogan ‘torang pe bank’ itu.
Sementara itu, dikonfirmasi Gorontalo Post, Gubernur Gorontalo Gusnar Ismail melalui jurubicara David Radjak enggan menanggapi pernyataan Wali Kota Gorontalo tersebut. David hanya menyebut, Gubernur setelah RUPS kembali fokus bekerja memacu program pembangunan di daerah. “Bagi pak Gubernur, ada banyak hal yang harus kerjakan saat ini. Waktunya singkat. Beliau memilih untuk fokus bekerja,”kata David. (rwf/tro)











Discussion about this post