Gorontalopost.co.id, GORONTALO — Di tengah gempuran lampu hias modern, seorang nenek berusia 76 tahun, Sonya, tetap setia menjual lampu botol tradisional di bulan Ramadhan. la berjualan di depan rumahnya yang terletak di Jalan Farid Liputo, Kelurahan Tenda, Kecamatan Hulonthalangi, Kota Gorontalo.
Lampu botol yang dijual Sonya merupakan hasil jerih payahnya mengumpulkan botol bekas minuman energi selama setahun terakhir. Botol bekas itu kemudian dirakit, diberi sumbu. “Selama satu tahun sebelum puasa (Ramadan), saya keliling cari botol bekas,” ujarnya. la menjual empat buah lampu botol dengan harga Rp5.000 saja.
Sonya hanya berjualan lampu botol di bulan Ramadhan karena tradisi masyarakat Gorontalo yang mengadakan malam Tumbilotohe, yaitu malam pasang lampu selama tiga hari di akhir Ramadhan. Meskipun tren lampu hias semakin populer, Sonya tetap optimis bahwa masih ada orang yang membutuhkan lampu botol buatannya.
“Ya yakin saja, muda-mudahan masih ada beberapa orang yang memerlukan lampu botol untuk Tumbilotohe,” kata Sonya. Ia mengaku, menjual lampu botol hampir setiap tahun dilakukan saat ramadan.
Memang, terjadi trend penurunan kebutuhan lampu botol, sebab selain minyak tanah yang mahal, masyarakat juga sudah mulai beralih ke lampu hias listrik. Dalam sehari, Sonya hanya mendapatkan penghasilan sekitar seratusan ribu rupiah saja.
la telah menyiapkan sekitar seribu botol untuk dijual. Modal yang ia keluarkan pun terbilang minim, hanya botol bekas yang dikumpulkan selama setahun dan sumbu lampu seharga Rp18.000 dan dibagi ke seluruh botol, dengan panjang sumbu kurang lebih 10 cm.
Di luar bulan Ramadhan, Sonya berjualan ilabulo (makanan khas Gorontalo) dan rokok untuk memenuhi kebutuhan sehari-harinya. Semangat Sonya berjualan lampu botol di usia senja patut diacungi jempol. la tidak hanya melestarikan tradisi, tetapi juga menunjukkan kegigihan dalam mencari rezeki. (Mg-07)










Discussion about this post