Gorontalopost.co.id, GORONTALO — Meskipun ada beberapa kemajuan dalam menciptakan akses pendidikan yang inklusif, namun masalah seperti kurangnya sarana dan prasarana yang ramah disabilitas, serta keterbatasan tenaga pendidik yang terlatih, masih menjadi hambatan besar. Hal ini membuat banyak penyandang disabilitas kesulitan untuk memperoleh pendidikan yang layak dan berkualitas.
Ibrahim Sumardi, selaku pengawas sekolah di Dinas Pendidikan dan Kebudayaan Provinsi Gorontalo, mengatakan bahwa berbagai upaya yang dilakukan untuk menciptakan akses yang setara, namun hambatan fisik, sosial, dan psikologis yang membatasi mereka dalam mengakses fasilitas pendidikan yang memadai.
Tak hanya itu, pada tahun 2023, pemerintah setempat memberikan kesempatan bagi guru-guru SLB (Sekolah Luar Biasa) untuk mengikuti program penyesuaian pendidikan S1 di Universitas Gadjah Mada (UGM). Program ini bertujuan untuk meningkatkan kualitas pengajaran di sekolah-sekolah yang melayani siswa penyandang disabilitas.
“Karena kurangnya jumlah guru yang memiliki pendidikan khusus dalam bidang disabilitas, Dinas Pendidikan bekerja sama dengan UGM untuk memberikan kesempatan kepada guru-guru agar dapat mengikuti kuliah khusus di UGM. Kami berharap dengan peningkatan kualifikasi para guru ini, pengajaran bagi anak-anak disabilitas di Gorontalo bisa lebih optimal,” ujar Ibrahim.
Upaya ini diharapkan dapat meningkatkan kualitas pendidikan bagi penyandang disabilitas di Gorontalo dan memberikan peluang yang lebih besar bagi mereka untuk mendapatkan pendidikan yang sesuai dengan kebutuhan mereka.
Dengan adanya kebijakan yang mendukung dan perhatian yang lebih besar terhadap pendidikan inklusif, diharapkan masa depan pendidikan bagi penyandang disabilitas di Gorontalo semakin cerah. (Tr-76)











