Gorontalopost.co.id, GORONTALO – Pesawat SAM Air yang melayani rute Gorontalo, Pohuwato, Palu, berangkat pukul 07.00 wita, pagi kemarin. Satu-satunya penumpang dalam penerbangan itu, adalah Sri Meyke Male, seorang ibu rumah tangga berusia 30 tahun, warga Kelurahan Tamalate, Kota Gorontalo.
Mey sapaan akrabnya, hendak ke Palu, untuk menemui suaminya, Fandy Ahmad yang bekerja di PT PLN UP3 Palu. Menggunakan pesawat merupakan satu-satunya transportasi paling singkat untuk ke Palu, sebab kalau menggunakan jalur darat, waktu tempuhnya bisa mencapai 20 jam.
Penerbangan ke Palu, ditempuh kurang lebih 1 jam dengan transit di Bandara Panua, Randangan, Kabupaten Pohuwato. Ini adalah rute perintis yang dibuka Kementerian Perhubungan dan dilayani maskapai SAM AIR.
Saat hendak masuk ke dalam terminal, Mey yang membawa sebuah koper warna cokelat, dan tas jumbo warna kuning itu masih sempat berbalik badan, dan memotret keluarganya yang hanya bisa mengantar sampai ke pintu masuk terminal.
Dalam video yang beredar, seorang anak kecil yang digendong perempuan berhijab hijau melabai-lambaikan tanganya ke Mey. Rupanya, itu adalah pertemuan terakhir Mey dan keluarganya di Gorontalo.
Pesawat yang ditumpainginya dikabarkan gagal landing saat hendak transit di Bandara Pohuwato. Pesawat SAM Air, PK-SMH (DHC-6) menukik di kawasan tambak warga, kurang lebih 300 meter dari landasan pacu bandara Pohuwato.
Dalam pesawat yang ditumpangi empat orang itu, yakni tiga crew masing-masing Pilot M Saefurubi A, First Officer M Arthur VG, dan teknisi bernama Budijanto, serta satu penumpang Sri Meyke Male, semuanya meninggal dunia, kondisi pesawat hancur ketika menhujam tanah.
“Jadi ponakan saya ini mau ke Palu untuk datang menemui suaminya disana , karena rencananya mereka ini ada acara atau kegiatan yang harus didatangi oleh mereka berdua,” jelas Anton, paman Mey yang ditemui Gorontalo Post di rumah duka, Kelurahan Tamalate, Kota Gorontalo, siang kemarin.
Di rumah duka, sudah terpasang tenda, dan beberapa karangan bunga ucapan bela sungkawa. Mey merupakan anak pertama dari Eman Male dan Sofyan Hadati. Kabar duka itu, menjadi pukulan berat bagi keluarga.
Pasalnya sebelum meninggal, korban tak menunjukkan tanda-tanda apapun, kegiatan yang sehari-hari dilakukan seperti biasa dengan menjadi ibu rumah tangga yang mengurus tiga anaknya, yakni Nurul Ahmad yang saat ini duduk di bangku kelas 8, Sekolah Menengah Pertama (SMP), Muhammad Raffi Ahmad, yang masih Sekolah Dasar (SD) dan yang paling bungsu masih bayi bernama Naura Ahmad.
“Tidak ada yang tahu soal kematian, begitu juga kami keluarga,”kata Anton. Ia menceritakan, kabar duka itu diterima pihak keluarga, saat dalam perjalanan pulang ke rumah usai mengantar Mey ke bandara.
“Masih dalam perjalanan pulang habis antar, tapi tidak lama dengar kabar kecelakaan itu,”kata Anton. Tak pikir panjang, setir mobil langsung diputar balik menuju Pohuwato, saat itu juga.
Sementara itu, Hery (35) warga Kelurahan Tamalate, yang merupakan tetangga korban mengatakan bahwa, perempuan kelahiran 14 Mei 1994 tersebut, merupakan sosok yang dikenal sangat baik dan dermawan.
“Sri Meyke ini merupakan sosok perempuan yang sangat baik hati dan dermawan. Sri juga sering menyapa kami dengan berbagai candaannya,”ucapnya saat diwawancarai wartawan.
Dirinya mengatakan pada malam hari sebelum Mei akan berangkat, dirinya sempat mengucapkan perpisahan pada beberapa kerabat serta tetangganya.
“Semalam sebelum paginya korban ini akan diantar ke bandara, dirinya sempat megucapkan kata perpisahan kepada kami. Tanpa ada firasat buruk sedikitpun, kami hanya berfikir bahwa ucapan perpisahan itu karena dirinya akan berangkat ke Palu,”pungkasnya.
ISAK TANGIS PECAH
Sementara itu, suasana duka menyelimuti rumah keluarga korban Sri Meyke Male, Ahad (20/10) semalam. Pantauan wartawan Gorontalo Post, persiapan pemakaman jenazah mulai dilakukan keluarga korban sejak pagi, karangan bunga, keranda mayat dan juga kursi sudah disediakan keluarga. Selain itu, warga setempat, keluarga dan kerabat korban pun terus berdatangan ke rumah duka hingga malam tiba.
Isak tangis keluarga pecah, saat jenazah Mey, yang diangkut dengan mobil jenazah tiba di rumah duka, sekira pukul 22.40 wita semalam. Suasana haru makin tak terbendung, kala anak pasangan suami istri bernama Eman Male dan Sofyan Hadati itu diangkut dari mobil jenazah menuju masuk ke dalam rumah.
Sebelumnya, jenazah Mey saat dievakuasi dari badan pesawat sempat dilarikan ke Puskesmas Randangan, yang kemudian dirujuk ke RS Panua Pohuwato.
“Dokter Rumah Sakit Bumi Panua, menyatakan (korban) empat-empatnya sudah meninggal dunia,”ujar Kabid Dokes Kombes Pol Sugiharto di RS Bhayangkara Polda Gorontalo, semalam. Sementara itu, informasi dari pihak keluarga bahwa korban akan dimakamkan Senin (21/10) pagi ini, sekitar pukul 08.00 pagi. (Tro/Tr-76/tha)











Discussion about this post