Oleh :
Hafiz Aqmal Djibran
Pemilihan Kepala Daerah serentak 2024 semakin dekat. Khususnya di provinsi Gorontalo, beberapa nama figur bakal calon gubernur makin bermunculan. Sejauh ini belum ada figur yang pasti menjadi kontestan calon gubernur. Sebab para bakal calon harus mendapatkan tiket (rekomendasi) dari partai politik yang memiliki komposisi kursi di DPRD Provinsi. Tentunya para figur calon gubernur yang memiliki hajat dalam kontestasi Pilkada Provinsi Gorontalo harus memiliki kualitas dan kuantitas agar mampu menarik pilihan Masyarakat. Dalam pemasaran politik (political marketing), seseorang yang layak dipilih ditentukan oleh faktor kebutuhan pasar yang ada. Maka dari itu untuk memilih seorang pemimpin harus ditentukan terlebih dahulu apa saja kebutuhan dan permasalahan yang ada di daerah.
Gorontalo dengan segala sumber daya alam yang ada didalamnya merupakan sebuah anugerah. Daerah yang terkenal dengan bumi “Serambi Madinah” ini menyimpan potensi besar untuk dieksplorasi dan dikembangkan. Bagaimanapun setiap potensi yang ada pasti memiliki keterbatasan. Maka dari itu yang bisa diandalkan adalah memaksimalkan potensi yang ada dengan mengoptimalkan sumber daya manusia yang berkualitas dan mumpuni. Salah satunya dengan pemimpin yang sudah akrab dengan dinamika dan romantika permasalahan daerah.
Kebutuhan Gorontalo
Dalam hemat saya, kebutuhan Gorontalo saat ini yang perlu penanganan cepat yakni Pembangunan Sumber Daya Manusia (human resource) dan Penurunan Angka Kemiskinan. Pertama, Pendidikan yang menjadi alat utama dalam meningkatkan Sumber Daya Manusia (SDM) sebuah daerah. Dalam data BPS berdasarkan Indeks Pembangunan Manusia (IPM) tahun 2022 menempatkan Provinsi Gorontalo di posisi ke-8 dari 10 Provinsi yang memiliki IPM terendah di Indonesia. Tidak hanya itu, kualitas Pendidikan masih jauh dari kata ideal. Data BPS tahun 2024 menunjukkan Gorontalo berada di angka 46,19 persen dan masuk di 3 provinsi dengan akses Pendidikan terendah di Indonesia. Dengan statistic tersebut, memperlihatkan bagaimana kualitas pembangunan manusia di Gorontalo dari segi Pendidikan masih kurang diperhatikan. Bagaimanapun, Gorontalo perlu sosok pemimpin yang mampu melakukan akselerasi di sektor Pendidikan. Strategi Pembangunan di sektor Pendidikan sangat dibutuhkan dalam rangka Pembangunan daerah, tidak hanya aspek penganggaran saja.
Kedua, Kemiskinan masih menjadi permasalahan lama yang tak kunjung selesai. Dalam mencari solusi atas permasalahan ini bisa diibaratkan seperti mencari jarum ditumpukan Jerami. Dari tahun ke tahun, figur ke figur, permasalahan kemiskinan di Gorontalo tetap eksis. Dalam data BPS, pada bulan maret 2023, total penduduk miskin di Gorontalo berada di angka 183.720 jiwa atau 15,15% dari total penduduk Provinsi. Hal ini pun merambat pada kesenjangan Masyarakat Gorontalo. Angka indeks rasio gini provinsi Gorontalo berada di 0,417 dan berada di bawah rata – rata Nasional. Sejak berdirinya Provinsi Gorontalo, belum ada sosok figure di Gorontalo yang mampu mengeluarkan Provinsi Gorontalo dari 10 daerah termiskin di Indonesia.
Berangkat pada dua kebutuhan utama tersebut, para figur calon Gubernur yang bermunculan akhir – akhir ini tentunya memiliki tawaran program untuk mengatasi permasalahan yang ada. Akan tetapi, cara terbaik untuk menentukan calon pemimpin yakni dengan melihat rekam jejak (track record) nya.
Figur Gusnar Ismail
Gusnar Ismail atau akrab disapa GI merupakan figur yang sudah tidak asing lagi bagi Masyarakat Gorontalo. Dia mengawali karir sebagai Aparatur Sipil Negara (ASN) dan menjadi wakil Gubernur 2 periode mendampingi Fadel Muhammad. Titik puncaknya saat ia menjadi Gubernur Gorontalo menggantikan Fadel Muhammad yang pada saat itu diangkat sebagai Menteri Kelautan dan Perikanan. Pada tahun 2020, ia menjadi tenaga professional di Lemhanas RI Bidang Sosial Budaya dan Politik Dalam Negeri hingga saat ini. Akhir – akhir ini sosok GI diisukan masuk bursa Calon Kepala Daerah pada pemilihan serentak 2024. Dalam pemberitaan media massa ia dilirik oleh partai Gerindra sebagai figur yang akan diusung di Pilkada Gorontalo Apakah GI layak memimpin Provinsi Gorontalo? pada akhirnya cara terbaik dalam menentukan calon pemimpin adalah dengan melihat rekam jejak masing – masing figur.
Kita coba lihat secara objektif perjalanan karir sosok Gusnar Ismail berawal dari seorang ASN yang kemudian naik Tingkat menjadi sekretaris daerah Kota Gorontalo dan setelahnya lagi menjadi Wakil Gubernur hingga Gubernur. saat pertama kali GI memimpin sebagai Gubernur Gorontalo, kemiskinan mengalami penyusutan drastis. Lewat sentuhan dingin GI kemiskinan di Gorontalo turun pada angka 5,97 persen (data BPS) dalam kurun waktu 3 tahun masa kerja. Berbeda dengan saat ini yang rata – rata per tahun turun 0,36 persen dan stagnan di 15 persen. Berbagai terobosan dan percepatan dilakukan GI untuk mengembangkan Gorontalo agar bebas dari jeratan 10 provinsi di Indonesia dengan kemiskinan tertinggi. Disini rekam jejak krusial GI sebenarnya yang menjadi modal penting dalam kontestasi Pilkada Gorontalo 2024.
Faktor berikutnya adalah kepiawaian GI dalam membangun jejaring di tataran nasional. Perlu diketahui, Gusnar Ismail saat ini mengabdikan dirinya sebagai tenaga pengajar di Lembaga Ketahanan Nasional (Lemhannas RI) dimana Lembaga tersebut melaksanakan tugas menyiapkan kader pemimpin nasional yang berwawasan luas. Melalui Lembaga tersebut GI memiliki modal tersendiri untuk membangun Gorontalo. Sebetulnya, banyak tokoh – tokoh Gorontalo yang memiliki jejaring berskala nasional. Namun, rata – rata didominasi oleh para aktor politik. Berbeda dengan sektor teknokrasi yang ada di Lemhannas RI.
Pada akhirnya, penentuan siapa pemimpin Gorontalo ada di tangan Masyarakat Gorontalo. Tugas penting Masyarakat Gorontalo adalah memilih yang terbaik diantara yang terbaik. (*)
Penulis adalah Mahasiswa Ilmu Komunikasi Universitas Muhammadiyah Malang, Anggota HPMIG Cab. Malang










Discussion about this post