Gorontalopost.id, GORONTALO – Kabar duka datang dari dunia hiburan. Sosok musisi senior asal Gorontalo, Arthur Galuanta atau yang sering dipanggil Opa Ather meninggal dunia di usia 69 Tahun, Kamis (1/7). Kabar wafatnya Opa Ather, mengagetkan banyak pihak, terutama para musisi di Gorontalo.
Pantauan wartawan Gorontalo Post di rumah duka, di Jalan Delima Kelurahan Molosifat W, Kota Barat, Kota Gorontalo, karangan dan papan bunga bertuliskan ‘Turut Berduka Cita atas Meninggalnya ‘Arthur Galuntha’ sudah memadati rumah duka.
Cucu Arthur Galuntha, Ingka Galuntha mengatakan sebelum meninggal Arthur Galuntha, sempat drop karena kecapean sehingga di rawat di Rumah Sakit (RS) Aloei Saboe.
“Opa itu memang punya riwayat penyakit hipertensi, dan beberapa hari ini Opa memang capek, ada beberapa kegiatan yang beliau ikut, dan pada terakhir dirinya masih memberikan yang terbaik bagi keluarga, daerah dan juga negara, dengan mendapatkan penghargaan pada kegiatan yang ikuti di Bali,” jelasnya dengan sedih saat diwawancara awak media.
Sementara itu, salah satu murid dan juga sekaligus pengurus Gorontalo Inovasi (Gotiv) Safwan Eka Putra, mengatakan bahwa eksistensi Arthur Galuntha dalam dunia musik ada sejak lama, dengan beberapa band yang ikuti.
Dalam melatih, Arthur dikenal orang yang sangat disiplin, sehingga dalam dunia musik Arthur sudah menghasilkan begitu banyak karyanya.

“Di Gorontalo Inovasi sendiri pak Arthur itu, mulai melatih pada tahun 2007, pertama kali Gorontalo mengikuti event Asian Choir Games di jakarta, disitu beliau merupakan salah satu pelatih yang kemudian menjadi pelatih utama Paduan suara di Gotiv,” jelaslahnya saat diwawancara lewat telepon.
Lanjut, Pembina Kesenian dan Tenaga Kebudayaan Di Dinas kebudayaan Provinsi Gorontalo itu juga menambahkan, sebelumnya Arthur merupakan seorang Pegawai Negeri Sipil (PNS) di RRI Gorontalo.
Namun karena terpanggilan jiwanya sebagai seorang musisi, dan bisa melatih dan mengeksplor seluruh bakat yang dimiliki dan mencurahkan seluruh kemampuannya maka beliau keluar dari PNS dan kemudian mengabdi pada dunia musik dan berbakti mengajarkan anak-anak kdalam bagaimana menyanyi dengan baik dan menjadikan anak-anak untuk selalu berprestasi.
Hal ini membuktikan eksistensi beliau sebagai seorang pelatih dan juga membuktikan bahwa beliau benar-benar mencurahkan seluruh ilmu beliau untuk bisa menghasilkan prestasi yang luar biasa besar bagi Gorontalo Inovasi dan juga demi nama Provinsi Gorontalo.
“Hal yang menjadi ciri khas beliau yakni didalam karya beliau selalu mengendapkan konsep daerah, dan selalu berbicara tentang kehidupan masyarakat realitas kehidupan sampai dengan pembangunan, dalam menciptakan karya-karya seperti itu, beliau sangat antusias, dan ini mendapatkan apresiasi dari kami semua,” tambahnya.
Terakhir dirinya mengatakan pada kesempatan terakhir sebelum beliau wafat, beliau sempat sama-sama ke Bali untuk mengikuti Bali International Choir Festival 2024, yang kemudian meriah beberapa prestasi yakni Gold Medal & Special Jurry Award Most Creative Folksong Performance.
Arthur yang lahir 4 Februari 1955 itu, meninggalkan tiga orang anak, yakni Dedi Galuanta, Grace Galuanta, Yuyun Kamagi Galuanta, serta sembilan orang cucu. Selamat Jalan Opa Arther. (Tr-76)











Discussion about this post