Gorontalopost.id – Aktivitas ekonomi di Kecamatan Popayato Timur, Kabupaten Pohuwato, Provinsi Gorontalo, terus menggeliat.
Kehadiran PT Biomasa Jaya Abadi (BJA) yang mulai beroperasi sejak Mei 2021 telah membuat perputaran ekonomi di Kecamatan Popayato dan sekitarnya semakin kencang.
Perusahaan yang mengolah dan memproduksi pelet kayu atau wood pellet tersebut setidaknya telah merekrut hampir 1.000 tenaga kerja.
Penyerapan tenaga kerja baik di pabrik, budidaya tanaman, pelabuhan dan sektor pendukung lainnya di rantai bisnis PT BJA ini telah berhasil meningkatkan daya beli dan menimbulkan efek berganda bagi masyarakat di sekitarnya.
Ardiansyah, Kepala Unit Bank BRI Unit Tapal Batas, mengisahkan, ekonomi masyarakat di sekitar Popayato sempat terpontang-panting sebelum PT BJA hadir.
Ini terjadi karena mayoritas masyarakat adalah petani jagung yang hasilnya kadang tak menentu.
Penghasilan yang diperoleh sebagai petani jagung terbilang kecil.
Penghasilan bisa makin kecil saat harga jagung turun di musim panen. Belum lagi, petani jagung juga harus menghadapi risiko gagal panen.
“Setelah ada PT BJA, banyak masyarakat yang banting setir menjadi pegawai di PT BJA, bahkan menjadi pekerja lepas harian. Pelan-pelan, dampak terhadap perputaran uang di sini semakin kencang,” kata Ardiansyah.
Sebagai gambaran, upah minimum provinsi (UMP) di Gorontalo sebesar Rp 3 juta per bulan.
Dengan jumlah karyawan hampir 1.000 orang, maka potensi perputaran uang dari karyawan PT BJA setiap bulan bisa mencapai Rp 3 miliar.
Itu belum menghitung upah lembur dan tunjangan lainnya yang membuat penghasilan karyawan PT BJA berada di atas UMP.
Kencangnya perputaran uang di daerah Popayato dan sekitarnya juga bisa dilihat dari pengisian uang tunai di mesin ATM Bank BRI yang berada di daerah Popayato.
Ada empat mesin ATM di Popayato, salah satunya berada di kawasan pabrik PT BJA. Jauh lebih banyak dibandingkan kecamatan lainnya di Kabupaten Pohuwato yang rata-rata hanya ada 1 ATM.
Ardiansyah mengatakan, pengisian uang tunai di empat mesin ATM Bank BRI yang berada di daerah Popayato dilakukan sepekan sekali.
Setiap kali mengisi, jumlahnya berkisar Rp 800 juta. Saat tanggal penerimaan gaji di PT BJA, pengisian bisa dilakukan dua kali dalam sepekan.
“Waktu tanggal gajian, enggak sampai satu hari, uang tunai di mesin ATM bisa habis. Itu sebabnya, kami sering mengalihkan penarikan uang tunai ke agen-agen BRILink. Untuk membuka lapangan kerja juga,” tutur Ardiansyah.
Dengan asumsi pengisian mesin ATM sebanyak lima kali, dalam sebulan perputaran uang di Popayato bisa mencapai Rp 4 miliar. Itu baru dari uang tunai yang diambil dari ATM Bank BRI saja.
Lebih jauh, Ardiansyah bilang, perputaran uang dan peningkatan kesejahteraan masyarakat Popayato turut berdampak terhadap bisnis Bank BRI, khususnya Unit Tapal Batas.
Baik jumlah dana pihak ketiga (DPK) maupun jumlah pinjaman Bank BRI Unit Tapal batas berada dalam tren naik.
“Dalam banyak kasus, si suami bekerja di PT BJA sementara istrinya membuka usaha di sini. Mereka butuh modal untuk menjalankan usahanya sehingga kami membantu memberikan kredit,” kata Ardiansyah.
Ardiansyah berharap, rencana PT BJA untuk menambah kapasitas produksi akan membuka lebih banyak lapangan pekerjaan. Dengan begitu, perputaran uang dan ekonomi masyarakat Popayato akan semakin terbantu.(adv)











Discussion about this post