Dinas Kesehatan Provinsi Gorontalo kembali melakukan kunjungan kerja (Kunker) ke desa terpencil di Kecamatan Pinogu, Kabupaten Bone Bolango, Provinsi Gorontalo untuk kesekian kalinya. Dalam kunker bertema “Ekspedisi Merdeka Sehat” itu dipimpin langsung Kepala Dinas Kesehatan dr Anang S Otoluwa.
Penulis : ROY TILAMEO – PINOGU
Gorontalopost.id- Besok, Kamis 17 Agustus 2023, negara kita Republik Indonesia merayakan Hari Ulang Tahun (HUT) Kemerdekaan ke 78.
Namun, bagi warga terpencil dan terisolir di Kecamatan Pinogu, belum merasakan kemerdekaan yang sesungguhnya.
Betapa tidak, kondisi infrastruktur khususnya akses jalan dan listrik di wilayah itu hingga kini masih memprihatinkan hingga membuat warga Pinogu masih merasakan penderitaan.
Hal ini terungkap saat pelaksanaan ekspedisi Dinas Kesehatan Provinsi Gorontalo pekan lalu.
Akses jalan menuju Pinogu yang berada di kawasan Taman Nasional Bogani Nani Wartabone (TNBNW) itu dipenuhi tantangan yang cukup berat.
Mulai dari medan terjal yang hanya bisa dilalui oleh orang-orang profesional dalam mengendarai sepeda motor seperti tukang ojek.
Sepeda motor yang digunakan pula bukan sembarang motor melainkan sudah dimodifikasi khusus.
Hal serupa dialami Kepala Dinas Kesehatan Provinsi Gorontalo, dr Anang S. Otoluwa yang memimpin rombongan ekspedisi Dinkes Provinsi Gorontalo ke Pinogu.
Saat ke Pinogu, Anang beserta rombongan berjumlah 20 orang itu disambut hujan lebat. Hal ini praktis membuat jalan yang dilalui kendaraan menjadi becek.
“Perjalanan kami selama lima jam”.
Kami berangkat pukul 09.30 Wita dan dan tiba pukul 14.30.wita. Dua kali sempat terhenti karena diguyur hujan cukup lebat, belum lagi ada motor yang rusak,”kata Anang Otoluwa kepada Gorontalo Post.
Pihaknya jelas Anang menggunakan 20 ojek, tarif perojek dipatok hingga Rp 800 Ribu.
Bayangkan jika tiap hari warga Pinogu bolak-balik ke pusat Kabupaten Bone Bolango, maka biaya yang harus dikeluarkan mencapai puluhan juta rupiah dalam sebulan.
Disisi lain penghasilan warga pinogu mayoritas petani.
Diakui Anang, pemesanan ojek di Pinogu cukup unik, yakni seperti beli tiket pesawat.
Jika sudah dipesan, kemudian ada pembatalan, maka pemesan harus tetap bayar.
Karena jika batal, tukang ojek tidak lagi mendapat kesempatan digunakan oleh penumpang lain.
Jadi ada “opportunity cost“.
Saat hendak pulang, tim ekspedisi mendapat kabar bahwa ada longsor di jalan sehigga ojek dari Tulabolo belum ada terkendala masuk ke Pinogu.
“Sudah pukul 18.00 wita belam ada satupun ojek dilaporkan masuk.
Nanti sudah sekitar pukul 08.00 wita baru kami diberitahu bahwa jalan sudah tembus.
Anang merasa ada sebuah”tantangan maut” melintasi jalan Pinogu yakni motor harus berjalan di pinggir tebing bekas longsoran.
Di bawah tebing menganga jurang yang curam.
Pasir dan bebatuan bekas longsoran itu tidak stabil, sehingga sebelum lewat, pengendara harus mengecek dulu apakah aman dilewati atau tidak.
Jika tidak, maka pasir di daerah yang dilewati harus disekop dulu untuk diratakan dan dipadatkan.
Setelah yakin, pengendara bisa bergiliran melewati, dan pengendara lain berjalan mendampingi motor yang mau lewat.
“Saya membayangkan seperti itulah yang dirasakan warga ketika musim penghujan, maka akses jalan sungguh sulit untuk dilalui,”ungkap Anang.
Adapun tujuan ekspedisi dijelaskan Anang untuk memastikan bahwa seluruh masyarakat di Gorontalo telah merdeka dari kesulitan mendapatkan pelayanan kesehatan berkualitas termasuk di daerah terpencil dan sulit dijangkau seperti Pinogu.
“Tidak boleh ada yang tertinggal satupun dalam mendapatkan pelayanan kesehatan.
Sehingga kita namakan “Ekspedisi Merdeka Sehat,”kata Anang.
Ekspedisi selama tiga hari dengan berbagai kegiatan pelayanan terpadu yaitu Posyandu dan Pelayanan Kesehatan, Sosialisasi Pengukuran Antropometri bagi Kader Kesehatan, Pelatihan Bantuan Hidup Dasar (BHD) dan Sosialisasi Rabies.
“Kami juga di Pinogu melaksanakan pengobatan massal, Tercatat ada 78 org yang memanfaatkan pelayanan ini.
Kami juga melakukan kunjungan rumah kepada pasien yang tidak bisa hadir di pelayanan,”jelas Anang.
Diakui Anang, beberapa hal yang sangat urgen dan dibutuhkan warga Pinogu selain infrastruktur jalan, juga kondisi listrik yang belum memadai.
Saat ini listrik ungkap Anang masih mengandalkan tenaga genset dan tenaga surya.
Sehingga hanya bisa menyala enam jam yakni pukul 18.00 wita hingga pukul 12.00 Wita.
Sejumlah alat medis seperti kursi gigi, alat pemeriksaan lab, dan mikroskop elektron belum dapat difungsikan di puskesmas karena kendala listrik.
“Kondisi faskes yakni Puskesmas degan bangunan permanen dan 1 Polindes di desa yang terpisah (Bangio).
Yang belum ada di Pinogu adalah dokter Gigi.
Kami berharap segala kekurangan infrastruktur yang ada di Pinogu ini bisa segera teratasi dengan cepat sehingga masyarakat disana tidak mengalami kesulitan lagi terutama masalah jalan dan listrik,”tandas mantan Kepala Dinas Pengendalian Penduduk dan Keluarga Berencana ( P2KB) Kabupaten Banggai ini. (*)












Discussion about this post