gorontalopost.id – Batik Air memberikan penjelasan resminya, terkait peristiwa kegaduhan di dalam pesawat, yang membuat pilot memutuskan untuk putar balik ke Bandara Soekarno Hatta (return to base), padahal pesawat dalam perjalanan menuju Gorontalo, Rabu (12/7) pagi. Keputusan kembali pe bandara asal itu, dilakukan setelah MS (25) seorang penumpang mengganggu kenyamanan penerbangan. Aksi MS tersebut jelas-jelas diancam dengan ketentuan pidana dan denda, yang diatur dalam Undang-undang Nomor 1 tahun 2009 tentang penerbangan.
Corporate Communications Strategic of Batik Air, Danang Mandala Prihantoro, melalui pernyataan tertulisnya, kepada Gorontalo Post, Kamis (13/7) menjelaskan, pesawat Batik Air dengan nomor penerbangan ID-6242 itu, dipersiapkan sesuai dengan standar operasional prosedur yang berlaku, yakni waktu keberangkatan pukul 03.55 WIB dari Bandara Soekarno-Hatta (CGK), dan diperkirakan tiba di Bandara Djalaludin Gorontalo, pukul 08.00 wita. Penerbangan dengan mengoperasikan pesawat Airbus 320-200 beregister PK-BKK itu membawa enam kru pesawar, dan 126 penumpang.
“30 menit setelah lepas landas, pilot memutuskan untuk return to base, karena ada salah satu penumpang yang mengganggu kenyamanan penerbangan,”terangnya. Penumpang tersebut adalah MS, duduk di kursi nomor 24 C. Tindakan yang mengganggu kenyamanan penerbangan dimaksud, lanjut Danang, seperti berperilaku tidak tenang dan merusak mika penutup jendela. Kata dia, kru pesawat langsung melakukan penanganan sesuai prosedur bagi MS, dengan upaya menenangkannya, tapi upaya itu gagal. “Pilot (kemudian) memutuskan untuk kembali ke Bandara Internasional Soekarno Hatta,”jelasnya. Setelah mendarat, MS langsung diamankan aviation security.
Lebih lanjut Danang mengatakan, tindakan MS merupakan perilaku tidak pantas di dalam pesawat, dan dianggap menbahayakan penerbangan. “Tindakan semacam itu dapat mengganggu keamanan, ketertiban, dan kenyamanan seluruh penumpang dan awak pesawat. Hal ini juga dapat menimbulkan resiko serius bagi keselamatan penerbangan,”terangnya.
Hukuman dan sanks bagi penumpang seperti MS, diatur dalam UU Penerbangan. “Tindak pindana saat penerbangan di dalam pesawat, dapat berupa perbuatan asusila, pelanggaran ketertiban dan ketentralam dalam penerbangan, pengambilan atau kerusakan peralatan pesawat, dan pengoperasian peralatan elektronika yang mengganggu navigasi penerbangan yang dapat membahayakan keamanan dan keselamatan penerbangan,”jelasnya. Sanksinya, tegas, yakni sanksi pidana dengan ancaman 1 hingga 15 tahun penjara, serta pidana denda paling sedikit Rp 100 juta, dan maksimal Rp 2,5 miliar. “Batik Air menghimbau seluruh penumpang untuk mengikuti peraturan dan tata tertib penerbangan yang berlaku, serta menjaga etika dan perilaku yang baik selama perjalanan,”tandasnya. (tro)











Discussion about this post