Gorontalopost.id — Dua bos badan usaha milik daerah (BUMD) PT Global Gorontalo Gemilang, Pemda Kabupaten Gorontalo, yakni Direktur Utama (Dirut) SK, dan Direktur AP, mulai tadi malam sudah tidur di penjara. Keduanya dijebloskan ke Lapas kelas II A Kota Gorontalo,setelah resmi menyandang status tersangka dan ditahan penyidik Kejaksaan Negeri (Kejari) Kabupaten Gorontalo, mulai Senin (6/3) semalam.
SK dan AP dikirim ke penjara sekira pukul 21.30 wita, menggunakan mobil tahanan kejaksaan. Sebelumnya, sejak pagi kemarin, keduanya dilakukan pemeriksaan secara marathon. Setelah memastikan cukup bukti keduanya terlibat dugaan korupsi, kejaksaan tak lagi memperbolehkan mereka pulang ke rumah, tapi langsung diminta mengenakan rompi merah bertuliskan tahanan kejaksaan.
Kepala Kejaksaan Negeri (Kajari) Kabupaten Gorontalo, Armen Wijaya, dalam keterangan persnya mengatakan, penetapan dua bos badan usaha milik Pemda Kabupaten Gorontalo itu, terkait adanya penyertaan modal yang diberikan oleh Pemerintah Daerah Kabupaten Gorontalo sebesar Rp 2,2 Miliar di tahun 2019. Dalam pengelolaan uang daerah itu, diduga terdapat perbuatan melawan hukum, berupa tindak pidana korupsi.
“Perbuatan keduanya bertentangan dengan Peraturan Pemerintah Nomor 54 Tahun 2017 tentang Badan Usaha Milik Daerah (BUMD) dan Peraturan Menteri Dalam Negeri RI Nomor 118 Tahun 2018 tentang Rencana Bisnis, Rencana Kerja dan Anggaran, Kerja Sama, Pelaporan dan Evaluasi BUMD, ” ujar Kajari Armen Wijaya.
Setelah dilakukan penyidikan, dua orang ini menurut tim penyidik terlibat dugaan korupsi pada penyertaan modal Pemda Rp 2,2 miliar untuk BUMD yang mereka pimpin. Apalagi, dua alat butki dari hasil penyidikan menunjukan perbuatan keduanya mengakibatkan kerugian keuangan negara.
“Sebagaimana perhitungan dari BPKP Provinsi Gorontalo yang telah kami terima yaitu Laporan Hasil Audit Perhitungan Keuangan Negara Nomor : PE.04.03/SR-01/PW31/5/2023 tanggal 08 Februari 2023,” ungkap Armen.
Lanjut dikatakan Armen, setelah ditetapkan sebagai tersangka, keduanya dilakukan pemeriksaan dengan didampingi oleh Penasihat Hukum masing-masing baik yang ditunjuk oleh penyidik yakni terhadap tersangka SK yang didampingi oleh Sofyan Laudiu, SH, serta yang ditunjuk sendiri oleh tersangka AP yakni Affandi Polapa, SH.
“Adapun setelah dilakukan pemeriksaan terhadap para tersangka, oleh tim jaksa penyidik, langsung dilakukan penahanan selama 20 hari ke depan di Lapas Kelas IIA Gorontalo,” jelas Armen.
Sesuai perhitungan kerugian negara, yang dilakukan BPKP, kerugian negara dari perbuatan mereka yakni, Rp 897.514.518. Keduanya, dijerat pasal 2 dan 3 Undang-undang Tipikor dan ancaman pidana 20 tahun penjara.
Armen tidak merinci seperti apa peran mereka mengarat uang negara itu.
“Nanti kita lihat kedepannya seperti apa, dalam proses fakta persidang yang akan kita gelar nanti, bisa kita lihat peran masing-masing dan sesegera mungkin akan berkasnya kita limpahkan,” tandas Armen.
Sementara itu, baik SK maupun AP, tanpa memberikan keterangan apapun, keduanya langsung digiring menuju mobil tahanan, dan dibawa ke penjara di Kota Gorontalo. (Wie)












Discussion about this post