GORONTALO – GP – Sebagai bahan pangan yang paling banyak dikonsumsi warga, beras turut memicu inflasi di daerah. Menyikapinya, Bank Indonesia (BI) Gorontalo, menghadirkan Vertical Dryer Unit (VDU) dan Rice Milling Unit (RMU), yakni mesin pengering gabah dan mesin penggling padi modern, yang bisa menghasilkan beras berkualitas. Bantuan VDU dan RMU diserahkan ke pengelola Koperasi Jaya Usaha Bersama dan Kelompok Tani Huyula di Kecamatan Bongomeme, Kabupaten Gorontalo, Senin (26/12) kemarin.
Kepala perwakilan Bank Indonesia Gorontalo, Ronny Widijarto Purubaskoro, bantuan VDU dan RMU untuk petani itu, merupakan komitmen BI mendukung berbagai kebijakan dalam upaya pengendalian inflasi, seperti melalui Gerakan Nasional Pengendalian Inflasi Pangan (GNPIP). “BI memberikan perhatian bukan hanya pada proses produksi, tapi juga pasca panen, seperti penggilingan padi ini,”ujarnya. Dijelaskanya,pada periode November 2022, IHK Provinsi Gorontalo yang dihitung dari IHK Kota Gorontalo mengalami deflasi 0,05% (mtm) mereda dari bulan sebelumnya yang mengalami inflasi 0,01% (mtm). Sementara itu, kawasan Sulawesi-Maluku-Papua (Sulampua) mengalami inflasi sebesar 0,21% (mtm) dan nasional mengalami inflasi 0,09% (mtm).
Adapun secara tahunan, inflasi Gorontalo sebesar 5,41% (yoy) atau telah di atas sasaran inflasi Nasional sebesar 3±1%, namun masih di bawah inflasi nasional 5,42%(yoy) dan inflasi Sulampua sebesar 5,84% (yoy). Secara kumulatif, kata dia, inflasi Gorontalo tercatat 4,45% (ytd). Secara spasial, inflasi terjadi di seluruh provinsi di kawasan Sulampua dengan inflasi tertinggi terjadi di Maluku sebesar 1,13 % (mtm). Disisi lain, deflasi terdalam terjadi di Provinsi Sulawesi Utara sebesar 0,22% (mtm). Adapun dari sepuluh provinsi di kawasan Sulampua, inflasi tahunan Provinsi Gorontalo berada posisi terendah kelima. Di tingkat nasional, inflasi tahunan Gorontalo berada pada posisi kesepuluh terendah. “Peningkatan harga beras berisiko menekan inflasi Volatile Food yang sudah cukup tinggi menjadi lebih tinggi. Hal ini disebabkan beras merupakan komoditas utama inflasi dengan pangsa SBH 2018 sebesar 4,3%,”ujarnya.
Maka dari itu, lanjut Ronny Widijarto, BI mengedepankan upaya dan aksi nyata sebagai dukungan terhadap GNPIP pada komoditas beras. “Pelalui Program Dedikasi Untuk Negeri, BI memberikan bantuan bangunan dan mesin VDU serta RMU kepad petani,”terangnya. VDU mampu menjawab kendala petani dalam proses penjemuran hasil panen (gabah) yang kurang optimal, karena saat ini para petani masih menggunakan metode tradisional, tergantung oleh faktor cuaca, seperti sulitnya mengeringkan gabah ketika masuk musim penghujan, dan masing mengandalkan tenaga manusia. “Kami berharap dengan pemanfaatan teknologi VDU ini, proses pengeringan gabah nantinya menjadi lebih efisien karena mampu memproses 6 ton gabah basah dengan waktu 8 sampai dengan 10 jam saja,”jelasnya.
Begitu pun dengan RMU, berupa tekonologi mesin penggilingan terintegrasi yang mendukung peningkatan kualitas mutu terbaik beras, dan mengurangi tingkat kehilangan hasil beras dengan kapasitas 1,7 ton per jam. “Kehadiran teknologi mesin ini menjadi penting, karena seperti yang kita ketahui bersama bahwa industri penggilingan padi terbukti memainkan peran penting dalam penyediaan beras nasional maupun regional sebagai pemicu perkembangan sektor industri beras di wilayah sentra-sentra penghasil padi,”tandasnya. Penyerahan bantuan VDU dan RMU turut dihadiri Wakil Ketua DPR RI, Rachmat Gobel. (tro)












Discussion about this post