Gorontalopost.id – Penampilan sangat sederhana, tapi skil melatih para calon altet sepak takraw tak diragukan. Dengan fasilitas seadanya di kampung yang jauh dari hiruk pikuk kota, Yunus Ibrahim Thaib, mampu menhasilkan atlet takraw berkualitas. Bahkan berkelas dunia, seperti Jelki Ladada, atlet sepaktakraw nasional asal Pohuwato yang berulangkali menyumbang medali untuk tim garuda, saat berlaga di kompetisi internasional.
SETIAP Hari, setelah pulang sekolah usai mengajar di Madrasa Ibtidaiyah (MI) Alkhairat Molosipat, Kecamatan Popayato, Pohuwato, Yunus Ibrahim Thaib (48) selalu menuju ke gedung serbaguna MTs Molosipat.
Di tempat itu, ia memanti anak-anak desa datang untuk berlatih sepaktakraw. Yunus mengaku bersyukur bisa diizinkan menggunakan gedung MTs untuk berlatih, sebab sebelumnya hanya menggunakan lapangan ala kadarnya yang ada di desa.
Sebagai mantan atlet sepaktaraw Provinsi Gorontalo, Yunus menginginkan agar di desanya juga bisa lahir atlet-atlet yang lebih hebat. Ia menjadi guru pertama yang mengenalkan teknik-teknik sepak takraw profesional kepada generasi muda di Desa Molosipat Utara.
Itu terbukti, setelah ia berhasil mengirimkan Jelki Ladada, pemuda desa Molosipat Utara ke Pusat Pendidikan dan Latihan Olahraga Pelajar (PPLP) Provinsi Gorontalo di Kota Gorontalo.
Jelki kini menjadi atlet sepaktakraw nasional, dan masuk pelatnas, setiap iven internasional ia selalu diikutkan, bahkan bersama timnas garuda, Jelki menyumbangkan medali saat berlaga di Seagames, Asiangames maupun iven internasional lainya.
Tentu, keberhasilan Jelki, membuat semangat Yunus untuk terus melatih remaja di desanya. Kini sudah ada tiga atlet lagi yang berhasil dikirim ke PPLP Gorontalo. Yunus beranggapan, darimana saja bisa ditumbuhkan semangat menjadi altet, termasuk dari Molosipat, desa paling ujung di bagian barat Provinsi Gorontalo.
Jauh dari hingar bingar kota, bukan berarti jauh dari prestasi. Dari desa itu, ia lahirkan talenta-talenta muda sepaktakraw yang mampu bersaing di tingkat dunia. Tentu, Yunus punya lika-liku perjuangan hingga mampu menghantarkan anak didiknya ke tahap seleksi calon atlet ke PPLP Gorontalo.
Misalnya, soal fasilitas yang tentu sangat terbatas. Sebagai guru abdi yang mengajar di MI sejak 2003 lalu, gaji Yunus tak cukup untuk membiayai segala kebutuhan calon atletnya, termausk ketika hendak mengirimkan atlet ke PPLP.
Apalagi, ia menjadi tulanggpunggung keluarga. Ia pun menguras otak agar anak didiknya yang mayoritas berasal dari keluarga kurang mampu tetap bisa berlatih. Berbagai cara pun dilakukan Yunus agar pelatihan yang dilakukannya sejak 2011 itu tetap bertahan.
Bahkan, suatu ketika, ia harus menggadaikan sejumlah pohon kelapa ke juragan yang ada di desanya, untuk bisa mendanai anak didiknya mengikuti seleksi ditingkat provinsi. Yunus pun baru bisa bernafas lega saat Persatuan Sepak Takraw Indonesia (PSTI) Pohuwato dibentuk pada tahun 2020 silam. Biaya pelatihan hingga seleksi atlit pun tak lagi ditanggungnya sendiri.
Perjuangannya pun kini berbuah manis. Setidaknya sudah empat anak didiknya lolos seleksi Atlet Takraw Gorontalo yang beberapa diantaranya berhasil meraih medali pada kejuaraan di tingkat nasional bahkan dunia bersama squad sepak takraw Garuda.
Yunus mengungkapkan, kendatipun dalam kondisi yang serba terbatas dirinya memiliki keinginan yang kuat untuk terus melatih anak didiknya hingga berhasil menjadi atlit-atlit profesional. Lebih-lebih sebagai mantan atlet sepak Takraw Provinsi Gorontalo, dirinya pun berharap Pohuwato kelak nanti Kabupaten Pohuwato khususnya wilayah Popayato Barat akan memiliki fasilitas pendidikan dan latihan olahraga pelajar.
Tak hanya fasilitas, ia juga berharap kelak pemerintah daerah bisa memberikan perhatian lebih terhadap kesejahteraan para atlet. Dirinya khawatir, kurangnya perhatian pemerintah akan berimbas pada kurangnya minat atlet bertalenta untuk membela daerah sendiri. Fenomena tersebut pun menurutnya bisa saja terjadi, mengingat beberapa atlet daerah kerap ditawari oleh daerah lain dengan iming-iming yang cukup fantastis.
“Saya hanya minta kesejahteraan para atlet juga diperhatikan. Karena jangan sampai mereka ini justru akan ditransfer oleh daerah lain yang menawari mereka. Apalagi di daerah lain tawarannya itu menjadi PNS. Nah saya harap ini juga bisa disikapi oleh pemerintah kita,” pinta bapak dua anak ini. (ryn)












Discussion about this post