Gorontalopost.id – Kreativitas para mahasiswa memang tidak akan pernah habis dan tidak bisa diragukan, ini dibuktikan dengan pembuatan pasta gigi yang terbuat dari Eceng Gondok.
Pantauan Gorontalo Post, eceng gondok yang berlimpah di daerah Limboto menjadi salah satu alasan mereka menciptakan pasta gigi tersebut. Ide produk bermula dari mereka melihat potensi sumberdaya eceng gondok yang melimpah dan tidak dimanfaatkan dengan baik. Padahal tanaman eceng gondok memiliki senyawa flavonoid, alkaloid, dan polifenol yang baik untuk kesehatan gigi dan mulut.
Melihat potensi sumberdaya tersebut maka mereka berinovasi untuk memanfaatkan tanaman eceng gondok menjadi pasta gigi EC-Dent sebagai antibakteri dan antiinflamasi untuk kesehatan gigi dan mulut, 5 orang mahasiswa yang menciptakan pasta gigi tersebut berasal dari Universitas Negeri Gorontalo, yaitu Ketua Nurmarila Luadu (Fakultas Olahraga & Kesehatan, Jurusan Keperawatan), Rahmilia Ngadi (Fakultas Olahraga & Kesehatan, Jurusan Keperawatan, Sri Wahyu Ningsi Latif (Fakultas Olahraga & Kesehatan, Jurusan Keperawatan), Sunaryo djibu (Fakultas Olahraga & Kesehatan, Jurusan Farmasi), dan Sri Nursintia Zakaria (Fakultas Ekonomi, Jurusan Akuntansi).
Nurmarila Luadu yang merupakan ketua tim dalam pembuatan pasta gigi yang mereka beri nama EC-Dent, mengatakan mereka mulai membuat EC-DENT dari Juli, proses pembuatannya pun hanya membutuhkan waktu sekitar 1 Minggu.
“Untuk pembuatan pasta gigi EC-Dent dimulai dari bulan Juli. Untuk proses formulasi pasta gigi hanya waktu 1 hari saja. Tapi untuk proses pengambilan bahan baku hingga menghasilkan ekstrak Eceng gondok memakan waktu kurang lebih seminggu,” kata Nurmarila Luadu.
Sampai sekarang penjualan EC-Dent hanya berada di sekitar Kampus Universitas Negeri Gorontalo, yang dijual dengan harga Rp8 ribu untuk ukuran 50 gr dan Rp15 ribu untuk ukuran 100 gr. Nurmarila mengatakan mereka berharap agar penjualan EC-Dent bisa meluas hingga ke pasaran namun ada beberapa kendala yang harus mereka hadapi dulu.
“Tentu saja ada harapan untuk memperluas penjualan. Tapi kami punya kendala akan hal ini. Untuk bisa menjual ke toko/apotek produknya harus ada izin edar dulu dari BPOM. Kemarin tim sudah sempat 2 kali ke BPOM dan 1 kali ke dinkes untuk pengurusan izin edar ini. Namun dari institusi terkait belum bisa menerbitkan izin edarnya karena syarat utamanya adalah kami harus punya rumah industri sendiri untuk proses produksi. Sementara untuk produksi sekarang kami masih menggunakan laboratorium kampus,” ujarnya.
Untuk modal dari pembuatan EC-Dent ini ia mengatakan, didanai dari Kemendikbud Dikti sebesar Rp6 juta 30 ribu, dari penjualan EC-Dent mereka mendapatkan untung bersih sekitar Rp3 juta dari Juli sampai Agustus.(Tr-79)












Discussion about this post