SEMARANG—GP – Desain Besar Olaharaga Nasional (DBON) mengantarkan Menpora Zainudin Amali, mendapatkan gelar Profesor Kehormatan di bidang Kebijakan Olahraga atau sport policy dari Universitas Negeri Semarang (UNNES). Penyematan gelar profesor untuk Zainudin, berlangsung di auditorium Prof Muryanto UNNES, Sabtu (20/8).
Pengukuhan profesor kehormatan ini dihadiri sejumlah tokoh penting diantaranya Gubernur Jawa Tengah Ganjar Pranowo, Ketua BPK RI Isma Yatun, Penjabat Gubernur Gorontalo Hamka Hendra Noer, Rektor Universitas Negeri Gorontalo Eduart Wolok, Wakil Ketua MPR RI Fadel Muhammad, Ketua Umum PSSI Mohamad Iriawan bersama Sekjen PSSI Yunus Nusi serta sejumlah tokoh-tokoh lainnya.
Rektor UNNES, Fatur Rokhman mengatakan bahwa pengukuhan profesor kehormatan ini merupakan bagian dari komitmen UNNES dalam mengembangkan ilmu pengetahuan dan teknologi. Pengangkatan dan penganugerahan kehormatan merupakan tradisi akademik yang diatur dalam Permen Riset Dikti nomor 38 tahun 2021. Dalam kajian selama lebih dari satu tahun, terhadap karya dan pemikirannya, UNNES menilai Zainudin Amali terbukti memiliki kompetensi yang luar biasa pada bidangnya. “Sehingga kami dengan bangga mengangkat beliau sebagai profesor kehormatan dalam bidang Kebijakan Olahraga atau Sport Policy,” ujar Rektor dalam sambutannya.
Menurut Rektor, Zainudin Amali bukan pendatang baru di dinia Kepemudaan dan Olahraga. Pria asal Gorontalo ini sudah melahirkan gagasan besar yaitu Desain Besar Olahraga Nasional (DBON) setelah hampir 76 tahun Kemerdekaan Indonesia, Bangsa Indonesia belum memiliki regulasi yang komprehensif tentang pembinaan olahraga nasional. Baru pada tahun 2021 regulasi komprehensif ini lahir dengan nama DBON dan diinisiasi oleh Prof Zainudin Amali sejak awal menjabat sebagai Menpora.
Zainudin Amali sendiri dalam orasi ilmiahnya yang berjudul Kebijakan Olahraga nasional menuju Indonesia emas tahun 2045 (Penerapan metode TARSIL) dalam kebijakan pembangunan olahraga nasional), memaparkan bagaimana perjuangan Bangsa Indonesia sejak jaman Presiden Soekarno diawali dengan ditolaknya partisipasi atlit mewakili Indonesia pada olimpiade 1948 di London.
Selama ini menurut Zainudin, sebanyak 13 permasalahan Olahraga yang muncul diantaranya partisipasi dan kebugaran jasmani masyarakat berolahraga yang masih rendah, sarana dan prasarana olahraga yang masih terbatas dan belum memenuhi standar, dan sebagainya. ZA, sapaan Zainudin Amali, juga menyentil soal kurangnya kesadaran masyarakat Indonesia terhadap olahraga. Maka perlu desain yang melingkupi semua aspek keolahragaan, agar komponen-komponen utama pembangunan dapat bersinergi dalam mewujudkan tujuan keolahragaan nasional.
Melalui DBON, ZA meyakini prestasi olahraga Indonesia akan masuk dalam peringkat lima besar dunia. Dan untuk mewujudkan itu semua harus melalui kerja keras. “Kalau selama ini kita tidak pernah punya sasaran, kita sering menyamakan antara prestasi SEA Games, prestasi ASEAN Games, prestasi Olympiade maka dalam DBON kita harus menentukan sasaran utama kita adalah Olympiade dan Paralympiade serta menempatkan ASEAN Games dan ASEAN paragames sebagai sasaran antara,” pria kelahiran Gorontalo itu. (Fem)











Discussion about this post