Tingkatkan Koordinasi Percepat Distribusi Bantuan STB

GORONTALO – GP – Analog switch off (ASO) atau penghentian siaran analog terus dipacu. 30 April 2022 yang lalu sudah dimulai pada tiga wilayah siaran yang mencakup delapan kabupaten. Berikutnya secara bertahap ASO akan dilangsungkan di wilayah siaran lain, termasuk di wilayah Provinsi Gorontalo. Salah satu penunjang suksesnya ASO adalah pembangian dekoder penangkap siaran digital set top box (STB) yang dibagikan secara gratis bagi masyarakat miskin. Untuk Gorontalo, sebanyak 48.334 unit yang menjadi komitmen lima lembaga penyiaran, yakni Metrotv 5.893 unit, RCTI 13.931 unit, RTV 8.579 unit, SCTV 14.046 unit, dan Trans TV sebanyak 5.885 unit.

Menteri Komunikasi dan Informatika Johnny G. Plate, dalam rapat koordinasi dengan Kementerian Dalam Negeri dan Kepala Daerah se Indonesia mengenai Data Rumah Tangga Miskin dalam rangka Migrasi TV Analog ke TV Digital, yang berlangsung secara virtual dari Jakarta Pusat, Jumat (3/6), menekankan pentingnya koordinasi antar pemerintah pusat, pemerintah daerag, dan lembaga penyiaran penyelenggara multipleksing, untuk mempercepat pelaksanaan ASO.

Menkominfo meminta perusahaan penyelenggara multipleksing untuk berkoordinasi dengan pemerintah daerah dan lembaga terkait lainnya, terutama dalam distribusi bantuan STB bagi keluarga miskin. “Karena fase-fase berikutnya kita akan lakukan Analog Switch Off juga. Saya minta mulai mendiskusikannya sekaligus memberikan tantangan kepada perusahaan-perusahaan televisi. Apa mungkin ASO dilakukan dari ibukota? Selama ini yang kita lakukan dari periferal atau pinggir. Kita bisa melakukan dari pinggir dan dari tengah, sehingga ini akan kita lakukan bersama-sama,” jelasnya.

Menurut Menteri Johnny koordinasi yang ketat diperlukan, salah satunya berkaitan dengan ketersediaan data penerima yang sangat krusial. Menkominfo menilai apabila hal itu telah dilaksanakan maka digitalisasi penyiaran nasional akan menjadi mudah.
“Makin cepat, makin baik. Pak Sekjen Kemendagri, saya harapkan bahwa ini kalau bisa nanti setelah rapat ini langsung dibentuk timnya dan bisa langsung koordinasi untuk memasukkan data-data yang bisa diberikan kepada nanti yang menyediakan STB untuk melakukan distribusinya lebih cepat,” tandasnya.

Menteri Johnny menyatakan saat ini seluruh perangkat televisi yang dimiliki masyarakat belum sepenuhnya digital. Oleh karena itu, Pemerintah mengambil kebijakan untuk menyediakan perangkat STB agar perangkat televisi analog atau tabung dapat menerima layanan siaran televisi digital. “STB ini disediakan melalui dua kategori. Kategori yang pertama adalah keluarga yang dikategorikan sebagai televisi nondigital milik masyarakat miskin. Itu disediakan oleh penyelenggara multipleksing yaitu dua belas stasiun siaran televisi,” jelasnya.

Apabila terdapat kekurangan STB bagi masyarakat, maka Pemerintah  akan membantu penyediaannya untuk masyarakat miskin. “Terkait dengan pengadaan dan distribusi STB, dapat saya sampaikan bahwa Pemerintah melalui Kominfo telah menyediakan satu juta unit STB yang saat ini sedang dilakukan distribusinya, dipasang pada perangkat televisi masyarakat yang belum digital,” tutur Menkominfo. Menurut Menteri Johnny, Lembaga Penyiaran Swasta akan mennyediakan perangkat berjumlah sekitar 4,2 juta STB. “Ketersedian 5,2 juta unit ini harus kita pastikan cukup bagi kebutuhan STB untuk televisi-televisi masyarakat miskin yang belum digital,” harapnya. Sedangkan bagi masyarakat yang tidak dikategorikan sebagai keluarga miskin, Menkominfo menyatakan penyediaan perangkat STB untuk televisi yang belum digital itu dilakukan dengan pengadaan sendiri.

SOSIALISASI ASO

Sementara itu, di Gorontalo sosialisasi ASO instens dilakukan komisi penyiaran Indonesia daerah (KPID) Provinsi Gorontalo bersama komisi I DPRD Provinsi Gorontalo. Hampir setiap hari dalam dua bulan terakhir, DPRD bersama KPID mendatangi desa-desa, bertatap muka dengan masyarakat desa, dan mensosialisasikan jika saat ini, pemerintah sedang melakukan migrasi siaran televisi analog ke digital. “Masyarakat ternyata masih banyak yang belum tahu apa itu siaran televisi digital. Ini bukan tayangan televisi yang bisa diakses melalui internet. Ini gratis, cukup dengan menggunakan antena UHF dan tambahan set top box, untuk televisi yang belum mendukung siaran digital,”jelas ketua Komisi I DPRD Provinsi Gorontalo, DR. AW Thalib.

Kata dia, sosialisasi penting dilakukan, sebab jangan sampai saat siaran analog dimatikan (ASO), masyarakat belum mengetahui adanya siaran digital, atau belum beralih ke siaran digital. “Mereka sangat antusias, apalagi dilakukan demo dari KPID tentang perbedaan siaran analog dan digital. Siaran digital gambarnya bersih, dan suaranya jernih. Sedangkan siaran analog bisa dilihat sendiri, banyak ‘semutnya’,” kata AW. Thalib.

Begitu pun dengan pembangian STB bagi masyarakat miskin, AW Thalib mendorong agar disegerakan. Sebab, sebagian besar desa yang dikunjungi, rata-rata belum mendapatkan pembangian STB, padahal masuk dalam daftar desa penerima. “Penerima itu masyarakat miskin yang masuk DTKS. Tapi belum ada pembangian, padahal ASO sudah di depan mata,”terangnya. Wakil Ketua KPID Gorontalo, Rajib Ghandi menangatakan, dengan siaran digital, masyarakat tidak perlu terbebani dengan iuran bulanan, atau menggunakan kouta internet. “Gratis, ini komitmen dari pemerintah untuk menyiapkan siaran televisi berkualitas ke masyarakat,”ujarnya.

Begitu pun lanjut Ghandi, dalam siaran televisi digital tidak ada yang diacak untuk tayangan-tayangan tertentu. “Tayangan sepak bola yang biasanya diacak itu tidak lagi,”terangnya. Saat ini, siaran digital di Gorontalo sudah ada 20 saluran, padahal awalnya dengan siaran analog hanya ada 14 saluran. “Channelnya lebih banyak, siaranya berkualitas, gambarnya bersih, suaranya jernih, dan teknologinya canggih,”tandasnya Ghandi. (tro)

Comment