Gorontalopost.id – Gorontalo kembali harus kehilangan salah satu putra terbaiknya. Pengusaha minyak dan gas bumi nasional, Arifin Panigoro, tutup usia, Senin (28/2) pukul 03.29 waktu Indonesia Barat.
Sosok yang sedang menjabat Anggota Dewan Pertimbangan Presiden (Wantimpres) itu meninggal dalam usia 76 tahun. Arifin menghembuskan nafas terakhirnya setelah mendapatkan perawatan di Mayo Clinic, Rochester, Amerika Serikat (AS).
Menurut informasi, jenazah Arifin akan diterbangkan dari Amerika Serikat dan disemayamkan di rumah duka di Griya Jenggala, Jalan Jenggala 1, Jakarta Selatan.
“Jenazah almarhum Bapak Arifin Panigoro akan diterbangkan ke Indonesia dan menurut rencana akan disemayamkan di rumah duka Griya Jenggala, Jalan Jenggala 1 Nomor 2, Kebayoran Baru, Jakarta,” demikian informasi tertulis dari Kementerian Sekretariat Negara, Senin (28/2).
Arifin Panigoro dikenal sebagai pendiri dan pemilik MedcoEnergi yaitu perusahaan pertambangan minyak dan gas bumi swasta terbesar di Indonesia. Pria yang tercatat sebagai salah satu orang terkaya di Indonesia itu, pernah menjadi anggota DPR RI dari PDIP pada Pemilu 1999.
Pada 2005, dia keluar dari partai yang diketuai Megawati Soekarno Putri itu, dan membentuk Partai Demokrasi Pembaruan (PDP). Pada 13 Agustus 2019, Arifin menerima Bintang Mahaputera Nararya dari Presiden Jokowi.
Lulusan dari Jurusan Teknik Elektro, Institut Teknologi Bandung kelahiran 14 Maret 1945 itu pernah bekerja sebagai Senior Executive Programme Institute of Business Administration, Fountainebleau, Perancis tahun 1979. Setelah mendapatkan cukup pengalaman, dia kembali ke Indonesia lalu menunjukkan diri sebagai pebisnis.
Arifin Panigoro menitik karirnya di industri minyak dan gas pada 1980, namun dia mengundurkan diri dari manajemen perusahaan pada 1998. Sejak saat itu dia menjadi penasihat, terutama dalam mengidentifikasi peluang bisnis minyak dan gas baru.
Ia memperoleh gelar kehormatan (doctor honoris causa) dari Institut Teknologi Bandung pada Januari 2010. Pidato yang disampaikannya saat itu berjudul “Kuasai Teknologi, Bangun Ekonomi, Tegakkan Martabat Bangsa” (Menaklukkan Teknologi, Membangun Perekonomian, Menjunjung Martabat Bangsa).
Di rumah duka, sejak kemarin, karangan bunga telah memenuhi halaman rumah. Karangan bunga itu di antaranya datang dari Gubernur DKI Jakarta Anies Baswedan dan Wantimpres RI Habib M Luthfi yang kemudian diletakkan ke dalam rumah duka.
Arifin Panigoro lahir di Bandung Jawa Barat pada 14 Maret 1945. Tapi dia berdarah asli Gorontalo. Ayahnya bernama Yusuf Panigoro berasal dari Kelurahan Molosifat W, Kecamatan Kota Barat yang merantau ke pulau Jawa. Sampai kini rumah keluarga besar Arifin Panigoro di Gorontalo masih ada dan terawat.
Gorontalo Post, sempat mendatangi rumah tersebut kemarin (28/2), yang berada di jalan Raja Eyato. Lokasinya tak jauh dari SPBU di ruas jalan tersebut.
Pantauan Gorontalo Post, tak terlihat ada aktifitas di rumah tua tersebut. Rumah khas Gorontalo dengan ciri panggung dari kayu itu begitu rapi. Tiang-tiang rumah masih begitu kokoh, kendati teras rumah sudah diubah ke lantai ubin, tegel berwarna putih.
Semasa hidupnya, Arifin Panigoro pernah sekali datang ke rumah tua milik keluarga besarnya tersebut, diera tahun 1990-an. Ia berkunjung dalam acara keluarga.
Di dekat rumah tua itu, ada sepupu Arifin Panigoro, yakni Syaiful Panigoro. Kepada Gorontalo Post, kemarin, ia bercerita seputar sosok Arifin Panigoro.
Menurut Syaiful, jiwa enterpreneur memang sudah tertanam dalam diri Arifin sejak masih muda. Dimana, bersama rekan-rekannya, Arifin mendirikan PT. Medco.
“Menurut teman-temannya yang bersama dirinya mendirikan PT. Medco, pak Arifin adalah seorang yang punya kemauan yang tinggi untuk menjadi orang sukses,” kata Syaiful.
Berkat semangat dan kemauan yang tinggi itu, kata Syaiful, Arifin sukses menjadi sebagai pengganti sosok ayahnya yang meninggal saat Arifin masih duduk dibangku perkuliahan.
“Bapaknya meninggal di usia 54 tahun, saat itu pak Arifin masih kuliah. Kemudian beliau yang mengganti sosok bapak, karena dia adalah anak yang paling tua dari 11 bersaudara.
Saat itu ia berjuang begitu keras, karena dia harus membantu ibunya untuk memenuhi perekonomian keluarga,” kata Syaiful ketika diwawancari Gorontalo Post melalui sambungan telepon seluler, Senin (28/2).
Hebatnya lagi, kata Syaiful, dalam membantu perekonomian keluarga, Arifin tidak bergantung pada usaha toko pakaian yang telah dibangun dan dibesarkan ayahnya. Dia justru lebih konsen dengan membangun usaha minyak.
Ia menambahkan, Arifin selalu serius dalam bekerja, meski agak sedikit temperamen. “Namanya darah Gorontalo pasti temperamen. Tapi, hanya di hal-hal tertentu saja,” ungkap Syaiful.
Syaiful mengungkapkan, almarhum merupakan aktivis AMN. Ia adalah salah satu motor penggerak reformasi tahun 1998. Kala itu, kata Syaiful, Arifin turun lagi ke jalan bersama pejuang reformasi lainnya.
“Dia juga terlibat dalam penggerak reformasi tahun 1998. Dia adalah aktifis di AMN sebelum reformasi. Pas 1998 dia turun lagi memperjuangkan reformasi. Karena bagi dia, menegakkan kebenaran adalah hal yang mutlak untuk dilaksanakan,” tutup Syaiful Semasa hidupnya, Arifin Panigoro dikenal sebagai pengusaha minyak dan gas bumi kelas nasional.
Ia merupakan pendiri dan pemilik Medco Energi Internasional yang merupakan perusahaan pertambangan minyak dan gas bumi swasta terbesar di Indonesia.
Ia mendapat julukan “Raja Minyak dan Gas Bumi Indonesia”. Arifin panigoro, dalam karir politiknya juga merupakan Anggota dewan Pertimbangan Presiden periode 2019-2024, dan sangat dengat dan terbuka dengan Mahasiswa.
Selain itu, ia juga menjabat sebagai Advisor Medco Energy, ia juga menerima Bintang Mahaputera Nararya pada tahun 2019.
Arifin juga merupakan salah satu orang yang menggagas Liga Primer Indonesia dan masuk ke dalam jajaran orang terkaya di dunia urutan ke 47 Versi Forbes dengan kekayaan mencapai 550 Juta USD.
Keluarga Arifin Panigoro berasal dari Gorontalo, kemudian merantau ke Pulau Jawa sebelum kemerdekaan. (rwf/net)












Discussion about this post