Gorontalopost.id – Tokoh besar Indonesia bidang kebudayaan, Hans Bagoe Jassin (HB Jassin), dibicarakan kembali dengan beragam pandangan pakar dan tokoh, Selasa (22/2). Warisannya tentang dokumentasi sastra dan literatur budaya telah diakui lama oleh dunia.
HB Jassin memang adalah seorang pelopor dan raksasa dalam sejarah kesusastraan Indonesia yang dia kerjakan sepanjang hidupnya. Untuk membahas itu semua, dalam rangka pengusulan Pahlawan Nasional HB Jassin dari Provinsi Gorontalo, hadir Gubernur DKI Jakarta Anies Baswedan sebagai pembicara kunci, pada seminar kepahlawanan HB Jassin yang berlangsung secara hybrid dari Perpustakaan Nasional di Jakarta.
Selain itu, sejarawan utama Prof. Taufik Abdullah, sastrawan Nirwan Dewanto, pemikir budaya Universitas Indonesia Dr. Sunu Wasono, tokoh nasional Zain Badjeber dan peneliti dari Pusat Studi Dokumentasi (PSD) HB Jassin Gorontalo, Helman Manay, juga turut memberi masukan dan dukungan. Seminar ini juga didukung Harian Gorontalo Post.
Mengapa HB Jassin istimewa, karena dialah satu-satunya yang berhasil “merawat” hampir semua pemikiran, peristiwa, publikasi, karya-karya, surat-surat, polemik media, dan biografi pengarang yang pernah lahir di seluruh Indonesia.
Selain itu, karya-karya sastra dunia juga ia terjemahkan dengan mengagumkan. Tak heran kalau ia beroleh penghargaan internasional atas karya-karyanya, antara lain dari Belanda, Singapore, Filipina, Australia, Malaysia, dan sebagainya.
HB Jassin juga beroleh penghargaan Bintang Mahaputra Utama Nararya dari Presiden R.I tahun 1994 dan ketika wafat dimakamkan di TMP Kalibata, Jakarta.
Selain itu sangat banyak rekognisi yang ia raih dari berbagai kalangan, termasuk ICMI, Kemendikbud, Yayasan Buku Utama, IKAPI, dan sebagainya.
Pada seminar ini, hadir ribuan orang secara virtual di seluruh Indonesia, terutama yang berasal dari komunitas sastra, kalangan guru, organisasi pendidikan dan literasi, cendekiawan, jurnalis dan kalangan perguruan tinggi. Semua kalangan mengakui dan mendukung agar Presiden R.I. memilih HB Jassin sebagai Pahlawan Nasional tahun 2022.
HB Jassin adalah tokoh besar yang “menjahit” keIndonesiaan melalui karya-karyanya dalam mematangkan Bahasa Indonesia sebagai Bahasa Persatuan dan sekaligus menjadi wahana pemajuan kebudayaan bangsa di tengah-tengah perubahan dunia.
“Jassin adalah manusia Indonesia sebenarnya! Jassin adalah manusia Universal….Dia lahir di Gorontalo, besar di Balikapapan dan Medan, kemudian berkarya dari Jakarta ke seluruh penjuru negeri ini dan menjadikan sastra Indonesia sebagai warga sastra dunia”.
Gubernur DKI Jakarta, Anies Baswedan mengatakan, HB Jassin, seperti penghubung antara Gorontalo dan Jakarta. “(HB Jassin) lahir di Gorontalo bersemayam di Jakarta, bermanfaatnya di seluruh Indonesia,”ujar Anies Baswedan.
Ia mendukung penganugerahan Pahlawan Nasional untuk HB Jassin. Anies juga berharap harap pusat dokumentasi sastra HB Jasin di jakarta, dan perpustakaan umum HB Jassin di Gorontalo, nantinya bisa memberikan inspirasi bagi generasi baru untuk tumbuh menjadi HB Jasin-HB Jasin dimasa depan.
Sejarawan utama, Prof Taufik Abdullah dalam seminar itu menyampaikan, HB
Jasin adalah pelopor, tidak saja tentang sastra Indonesia moderen, namun HB Jassin juga mampu menerjemahkan beberapa buku penting, termasuk Renungan Indonesia, yang Sultan Sjahrir. Buku itu awalnya berbahasa Belanda. “Jasa pak Jasin, tokoh yang tidak mudah dilupakan, orang yang belajar sastra Indonesia, tidak mungkin lupa dengan pak Jassin,”ujarnya.
Sementara itu, Wakil Gubernur Gorontalo, Idris Rahim, yang membuka seminar nasional itu, menyebutkan, H.B Jassin sangat layak ditetapkan sebagai Pahlawan Nasional karena jasa-jasanya yang sangat besar, serta tidak hanya diakui oleh masyarakat dan bangsa Indonesia, tetapi juga oleh dunia internasional. Idris berharap, melalui seminar tersebut akan diperoleh pandangan dan pembuktian kesejarahan bahwa sastrawan yang dijuluki “Paus Sastra Indonesia” itu layak dianugerahi gelar Pahlawan Nasional.
“Almarhum H.B Jassin sungguh layak dianugerahi gelar Pahlawan Nasional karena kiprahnya di bidang kritik dan dokumentasi sastra yang mendunia. Sejak tahun 1939, almarhum juga berjuang dengan konsisten, penuh pengorbanan, gigih dan berintegritas moral, serta berintelektual dalam membesarkan beradaban Indonesia di bidang sastra, kebudayaan, dan literasi,” tegas Idris.
H.B Jassin lahir di Gorontalo pada tanggal 31 Juli 1917 dan meninggal di Jakarta pada 11 Maret 2000 yang dimakamkan di Taman Makam Pahlawan (TMP) Kalibata.
Sejumlah penghargaan yang diterima almarhum antara lain Bintang Mahaputera Nararya dari Presiden RI tahun 1994, Bintang Satyalanca Kebudayaan RI tahun 1969, dan ASEAN Award 1990.
Pada tahun 1993, H.B Jassin juga menerima Gelar Adat Gorontalo atau Pulanga “Ti Molotinepa Wulito” yang artinya Sang Putra Terbaik Bangsa yang Menguasai Bahasa. (tro)











Discussion about this post