GORONTALO – GP – Harga crude palm oil (CPO) atau minyak kelapa sawit dunia terus meningkat, bahkan mencatatkan harga rekor tertinggi sepanajang sejarah. Kondisi ini turut berefek pada harga minyak goreng di pasaran, tak terkecuali di Gorontalo.
Sejumlah distributor di Gorontalo mengaku terjadi kenaikan harga dalam sebulan terakhir, kendati begitu masih dinilai wajar karena tidak meningkat signifikan. Kenaikan harga ditingkat distributor hingga ke pasaran, lantaran adanya kenaikan harga dari pabrik, ditambah biaya pengiriman.
Dinas Koperasi, UKM, Perindustrian, dan Perdagangan Dikumperindag) Provinsi Gorontalo, langsung menyikapi kabar kenaikan harga minyak goreng dengan melakukan inspeksi kesejumlah distributor, retail modern dan super market. Hasilnya memang terjadi kenaikan harga, kendati begitu pasokan tetap
lancar bahkan hingga tiga bulan kedepan. “Kami sudah cek langsung,beberapa distributor alasan kenaikanya memang lebih didasarkan karena dari pabrik. Tapi harganya masih wajar, jadi tidak perlu panik,”ujar Kadis Kumperindag Provinsi Gorontalo, Risjon Sunge, siang tadi.
Kemasan minyak goreng per liter naik tergantung jenis dan merek minyak goreng. Menurutnya, yang terjadi kenaikan harga tinggi justeru di pasaran, ada toko yang harganya meningkat tajam. “Kita sudah ingatkan, harga memang naik, tapi jangan seperti itu. Di toko-toko lain kami cek, semuanya normal saja. Perliter bahkan ada yang Rp 17.000-Rp18.000an,”ujar Risjon. “Harganya berbeda setiap merek minyak goreng,”tambahnya. Ia mengingatkan para pengusaha agar tidak mengambil kesempatan menaikan harga yang tidak wajar, sebab ternyata harga ditingkat distributor tidak mengalami kenaikan yang signifikan.
Distributor minyak goreng, PT. Cipta Langgeng Mitra sukses, mengatakan, kenaikan harga terjadi lantaran harga pabrik juga naik. “Kita ngikutin juga (harga pabrik). Kalau pabrik naikan harga, kita pasti sesuaikan,”ujar Candra, pimpinan PT Cipta Langgeng, kemarin. Ia memastikan distribusi tetap lancar, dan pasokan dari pabrik juga jalan terus. Menurut Candra, tidak mungkin terjadi penumpukan, sebab pihaknya justeru susah untuk menjualnya kembali. “Kalau numpuk berapa banyak?, lepas (jualnya) pasti
susah karena pasar kita kecil,”terangnya.
Ia menambahkan harga minyak goreng tingkat distributor seperti merek sovia, tetap pada harga Rp 16.700 per liter. Distributor pada PT Synsana Sejahtera, juga demikian, mereka memastikan kenaikan harga tidak ada yang menyentuh hingga Rp 18 ribu per liter. “Rata-rata ada yang naik Rp 300.- Sekarang ini ada yang sudah Rp 17an ribu per liter (tergantung merek), belum sampai Rp 18 ribu,”ujar pimpinan di PT Synsana Sejahtera.
Tak jauh beda dengan distributor PT Manggala Utama, minyak goreng merek bimoli juga mengalami kenaikan, kendati begitu tidak mempengaruhi pasokan. Kenaikan harga terjadi ditingkat pabrik, sehingga distributor ikut menyesuaikan.”Seminggu dua sampai tiga truk masuk dari Bitung. Lancar tidak kendala. Kecuali memang tahun lalu, itu stok bitung kosong karena pabrik rusak. Sekarang tidak lagi,”ujar PT Manggala Utama.
Pengusaha supermarket, H.Zainal Mappe, menyebutkan kenaikan harga minyak goreng dipasaran karena memang terjadi kenaikan harga dari tingkat distributor. “Tidak mungkin distrubutor
naikan harga sendiri, pasti juga dari pabrik. Pabrik kenapa naikan harga, itu kami kurang tahu,”ujar Zainal Mappe,kemarin. Bos Karsa Utama Mall ini memastikan harga di tokonya sudah paling rendah,
menurutnya distribusi dari distributor juga lancar tanpa pengurangan pasokan. “Ada terus stoknya, permintaan juga lancar-lancar saja,”kata Mappe.
Data Dinas Kumperindag Provinsi Gorontalo menyebutkan, stok minyak goreng saat ini mencapai 1.328 ton, jumlah itu surplus dari kebutuhan minyak goreng masyarakat Gorontalo yang hanya 1.260 ton per bulan.
Sementara itu, Kadis KUMPerindag Provinsi Gorontalo, Risjon Sunge, menambahkan,pihaknya telah melakukan upaya-upaya pencegahan agar harga minya goreng tidak terus melonjak, selain melakukan inspeksi ke distributor dan supermarket, pihaknya juga meminta distrubutor untuk terus menjamin stok hingga tiga bulan kedepan, termasuk membatasi pembelian dalam jumlah besar dengan indikasi yang tidak wajar.
“Kami terus memantau, konsumen juga bisa mengadukan ke BPSK, dan kami melakukan pengawasan ada Tim Pengawas Perdagangan bekerja sama dengan Kepolisian untuk mengantisipasi terjadinya penimbunan,”terangnya. Lebih lanjut Risjon mengatakan, pihaknya juga akan mengantisipasinya dengan melakukan operasi pasar atau pasar murah. “Masyarakat tidak perlu panik,”tandasnya. (tro)












Discussion about this post