GORONTALO – GP – Agenda silaturahmi nasional (Silatnas) yang hendak menghadirkan 100 tokoh Gorontalo, ternyata baru didengar Roem Kono, salah satu tokoh Gorontalo yang kini menjabat duta besar Indonesia untuk Bosnia dan Herzegovina. Roem bahkan menjadi satu dari beberapa tokoh inti yang diharapkan hadir dalam pertemuan yang digagas Presnas Center itu. “Belum (dapat informasi), siapa yang buat ?”kata Roem Kono, saat diwawancara secara virtual, pada podcast Femy Udoki, @femmy kristina yang diunggah selasa (25/5).
Kendati belum diundang, namun Roem Kono mengaku mendukung kegiatan itu, ia menilai semua memang harus duduk bersama untuk membicarakan pembangunan Gorontalo, tak hanya parsial tapi secara keseluruhan. “Selama itu untuk bicarakan (pembangunan) Gorontalo, saya dukung,”katanya. Hanya saja, lanjut mantan anggota DPR RI ini, ia menginginkan agar Silatnas lepas dari ‘bau’ politik.
Ia menginginkan pertemuan ini adalah pertemuan hati nurani para tokoh yang diharikan, tidak ditumpangi embel-embel politik. “Saya maunya (pertemuan ini) bicara hati. Pertemuan hati nurani, tidak ada embel-embel,”ujar Roem Kono. Sebab kata dia, para tokoh yang ada ini, seperti Rachmat Gobel, Suharso Monoarfa, Sandiaga Uno, Zainudin Amali, termasuk Fadel Muhammad, memiliki siklus waktu yang sangat pendek untuk berjuang secara struktural untuk Gorontalo. “Tidak mungkin pak Rachmat Gobel selamanya menjadi wakil ketua DPR, Sadiaga Uno, Suharso,”kata Roem Kono. Makanya ini kesempatan besar untuk Gorontalo. Membangun Gorontalo, lanjut Roem Kono butuh grand desain besar yang itu dikerjakan bersama-sama. “Membangun Gorontalo itu harus satu, terkonsep dengan baik,”ujarnya.
Para tokoh yang ada, menurut Roem Kono memang tidak hanya memikirkan Gorontalo, makanya ada peran Pemda yang lebih besar, memiliki misi dan grand desain untuk pembangunan Gorontalo, lebih maju. “Dan itu secara struktur harus diramu, dibicarakan bersama-sama pemimpin di daerah, jadi master pland, dan disampaikan ke pemerintah pusat. Itu seperti yang dilakukan daerah lain, kedepanya memang seperti itu,”ungkap Roem Kono.
Pria yang sangat fasih berbahasa Suwawa ini menyebut, dalam membangun penting untuk berdialog, dengan cara melepaskan baju dan atribut yang melekat. “Baju politik, baju sukuismenya, baju perjuangan provinsi, baju birokrat. Tanggalkan semua. Kita bicarakan, bagaimana ?, konsep (pembangunan) itu,”tambahnya.
Ia mengingatkan agar tidak jalan sendiri-sendiri. Gorontalo, lanjut Roem Kono, masih sangat membutuhkan infrastruktur, ia berharap sektor itu terus digenjot, sebab investor yang datang salah satu persyaratanya adalah dukungan infrastruktur. “Investor itu butuh itu, mereka orientasi velue, bisnis. Walau pun investornya teman,”kata Roem Kono yang mengaku punya agenda ke Indonesia dalam waktu dekat ini. (tro)












Discussion about this post