GORONTALO – GP – Jelang pertengahan ramadan selain lebih meningkatkan amalan ibadah, yang paling ditunggu biasanya adalah pasar senggol. Pasar rakyat yang hanya ada di bulan ramadan ini menjadi pusat perputaran ekonomi warga, tapi kini kabar keberlangsungan pasar senggol tak pasti. Bisanya, saat-saat seperti sekarang ini, kawasan pusat Kota Gorontalo sudah mulai ramai dengan pengkaplingan lokasi pasar senggol, tenda-tenda pedagang juga sudah mulai dibangun, Senin (19/4) kemarin, aktivitas itu tak nampak.
Walikota Gorontalo, Marten Taha, sepertinya tak ingin ambil resiko dengan memutuskan sendiri mengizinkan pelaksanaan pasar senggol tahun ini, pertimbanganya adalah pandemi Covid-19 yang belum berakhir. Tahun lalu, saat pandemi baru mulai melanda, pasar senggol ditiadakan sama sekali, bahkan toko dan departmen store dilarang beroperasi.
“Untuk pasar senggol, kami belum putuskan dilaksanakan atau tidak,” kata Walikota Gorontalo, Marten Taha ketika diwawancarai sejumlah wartawan baru-baru ini. Menurut Marten, pelaksanaan pasar senggol tidak hanya di Kota Gorontalo, namun juga dilaksanakan dibeberapa daerah, seperti di Kabupaten Gorontalo dan Kabupaten Pohuwato. Menurutnya, karena berlangsung sama di beberapa daerah, pelaksanaan pasar senggol harus menunggu keputusan dari provinsi.
“Sehingga, kita masih akan menunggu koordinasi dengan Forkopimda provinsi. Rapatnya kapan dilaksanakan ? Nanti kita tunggu. Yang jelas tadi kami belum putuskan,” ungkap Marten. Ketua DPD II Golkar Kota Gorontalo ini mengatakan, pasar senggol ini merupakan persoalan yang krusial disaat pandemi Covid-19. Jika pelaksanaannya diizinkan, kata Marten, pihaknya akan melakukan pengaturan sedemikian rupa, hingga tidak terjadi penumpukan orang.
Padahal, namanya pasar senggol pasti terjadi penumpukan orang. “Kalaupun diizinkan, kita akan melakukan pembatasan yang ketat. Seperti membatasi jumlah pedagang dan pengunjung dan hanya akan dibuka dibeberapa ruas jalan saja. Itu kalau diizinkan ya. Sekali lagi kami belum putuskan,” pungkas Marten.
Sementara itu, pantauan Gorontalo Post, di beberapa ruas jalan yang biasanya menjadi lokasi pasar senggol tiap tahun, belum ada aktivitas apapun. Ini berbanding terbalik dengan tahun-tahun sebelumnya, dimana biasanya memasuki hari ke 7 ramadan, sudah mulai ada petugas yang melakukan pengukuran lapak-lapak yang akan ditempati para pedagang.
Pasar senggol biasa dilaksanakan pertengahan ramadan hingga sehari sejalang Idul Fitri. Agus Daud salah satu pedagang yang setiap tahun menjajakan barang dagangannya di pasar senggol, berharap agar pemerintah dapat mengizinkan pelaksanaan pasar senggol tahun ini. Dirinya memastikan akan menaati berbagai aturan yang akan diberlakukan dalam rangka mencegah penularan Covid-19.
“Kalau mo ditanya ke saya pak, saya suka sekali pasar senggol tahun ini diadakan. Kalo ada aturan soal Corona, saya mo dengar pak,” ujar Agus ketika ditemui Gorontalo Post, Senin (19/4) kemarin.
Menurut Agus, pasar senggol ini satu-satunya momen untuk mendongkrak pendapatannya. “Ti pak juga pasti tau, kalo puasa bagini, pasti samua orang pegang doi. Kong samua pasti mo ba balanja dorang pe kebutuhan lebaran. Ini torang pe kesempatan pak mo ba cari doi pak. Kalo pasar harian, torang so setengah mati,” terang Agus.
SENGGOL MARISA
Sama seperti Marten Taha, Bupati Pohuwato Siapul Mbuinga juga belum memastikan pasar senggol di Marisa digelar atau tidak. Menurut Saipul, Pemda masih akan duduk bersama dengan Forkopimda untuk memastikannya. Begitu pun dengan malam pasang lampu, atau festival tumbilotohe yang digelar tiga hari jelang Idul Fitri, Pemda juga belum memastikan memberikan izin pelaksanaan malam pasang lampu atau tidak. “Tentang pelaksanaan pasar senggol dan (malam) pasang Lampu itu, pemerintah daerah belum mengambil keputusan untuk itu. Kami akan rapat dulu di tingkat Forkopimda, pelaksanaan dalam waktu dekat. Jadi resminya nanti akan kami sampaikan dalam waktu dekat. Belum ada juga petunjuk dari provinsi,” pungkasnya.
SENGGOL KABGOR
Sementara itu, di Kabupaten Gorontalo, pasar senggol miliki ‘lampu hijau’ untuk digelar. Pemda Kabupaten berencana membuka pasar senggol dan sedang mempersiapkan mekanisme pelaksanaan pasar senggol di daerah ini. Bahkan, Bupati Gorontalo Nelson Pomalingo, melalukan pengecekan langsung pada lokasi rencana pelaksanaan pasar senggol. “Ini untuk perekonomian rakyat, kita berencana membuka Senggol, makanya kita turun mengecek kesiapan lolasi-lokasi,” ungkap Bupati Nelson Pomalingo usai meninjau pasar Kamis Molohu Kecamatan Tolangohula yang bakal dijadikan lokasi Pasar Senggol, Senin (19/4). Lebih lanjut Nelson menjelaskan rencananya pasar tahunan ini tidak terpusat di satu titik saja. Tetapi pelaksanaannya di setiap kecamatan.
“Lokasinya menyebar, jadi selama ini ada lima titik. Limboto, Telaga, Tibawa, Pulubala, dan Bongomeme-Batudaa, dan Tolangohula. Kita harap tak hanya di lima titik itu tetapi di semua kecamatan ada, sehingga tidak terjadi penumpukan. Juga terjadi efisiensi, contohnya warga Asparaga tidak harus berbelanja di kota,” ungkap Nelson.
Kehadiran senggol ini bagian upaya pemerintah dalam memulihkan ekonomi warga, terlebih menjelang Ramadan kebutuhan warga meningkat. “Yang penting juga ekonomi berjalan, semangat berekonomi ada. Sehingga rem kita lakukan, tapi gas juga. Rem ini pencegahan, dan gas itu geliat ekonomi. Jadi dua-dua kita lakukan,” tambah bupati.
Selain itu Kepala Dinas Kesehatan DR Rony Sampir menambahkan, pembukaan senggol tentunya akan disesuaikan dengan kondisi pandemi saat ini. “Kita akan kerja sama dengan Perindag. Senggol akan dibuka dengan syarat pasar memiliki pengurus tetap, dan mengajukan permohonan ke pemerintah. Pedagang juga wajib divaksin dan menjalani Swab Tes Antigen (PCR), jadi sebelum pasar dibuka kita pedagang sudah dipastikan bersih dari Covid-19. Selain itu penerapan protokol kesehatan harus diterapkan secara ketat, jarak pedagang diatur, pedagang dan pembeli wajib pakai masker, harus ada tempat cuci tangan di pintu masuk, dan protokol lainnya,” jelas Rony.
Nantinya setiap pasar akan dipantau oleh Satgas Covid-19 di masing-masing kecamatan. Satgas ini beranggotakan tim dari Puskesmas, Babinsa, dan Babinkantibmas. Mereka akan mengevaluasi pelaksanaan pasar senggol ini. Jika memang pada pelaksanaannya nanti ada pedagang yang tak mengindahkan aturan protokol kesehatan, bisa jadi tak akan mendapat izin jualan, atau jika ditemukan pelanggaran Protkes secara terus menerus di lokasi, maka pasar berpotensi ditutup. (ayi/rwf/nat)












Discussion about this post