logo gorontalo post
  • METROPOLIS
  • PERISTIWA
  • EKONOMI BISNIS
  • SPORTIVO
  • KORAN DIGITAL
No Result
View All Result
Logo gorontalo post
  • METROPOLIS
  • PERISTIWA
  • EKONOMI BISNIS
  • SPORTIVO
  • KORAN DIGITAL
No Result
View All Result
logo gorontalo post
No Result
View All Result
Pemkot Gorontalo
Home Persepsi

Gorontalo dan Amerika

Jitro Paputungan by Jitro Paputungan
Monday, 21 December 2020
in Persepsi
0
Negeri yang Ke(gemuk)an   

Basri Amin

Bagikan ke FacebookBagikan ke TwitterBagikan ke Whatsapp

Related Post

Gorontalo, Jangan “Lari” di Tempat

Guru Pejuang di Gorontalo

Senggol-Senggolan di Pemerintahan

Subjektivitas Penilaian Hasil Capaian Kinerja ASN: Kelalaian atau Sentimen ? 

 Oleh : 
Basri Amin

Apakah Gorontalo pernah menjadi topik pembicaraan (serius) di Amerika? Pertanyaan yang butuh dicarikan relevansinya di masa sekarang? Konteksnya pun bisa macam-macam. Tentu, untuk mengunjungi Amerika, siapa saja bisa. Warga kita pun sudah banyak yang pernah ke negeri ‘Paman Sam’ itu. Sebagai pengetahuan, Amerika juga bukanlah hal yang terlalu unik. Masalahnya, bagaimana menemukan “titik hubung” antara lokalitas kita di Gorontalo dengan “Amerika” dengan tujuan memperkaya khazanah kita sendiri.

Pertarungan citra dunia dan koneksi global tak bisa kita lepas begitu saja. Sependapat atau tidak, Gorontalo masih membutuhkan koneksi global yang ditujukan untuk memperkuat kemajuan. Kita harus lebih paham bahwa dengan jati diri yang kuat, kita tak perlu khawatir dengan perubahan dunia. Kita justru akan lebih kaya, tumbuh-produktif, dan berdaya tahan. Dalam hal ini, Amerika hanyalah sebagai “titik masuk” untuk melakukan proyeksi bangsa dan daerah. Amerika sekadar kita pandang sebagai sesuatu yang simbolik dan sugestif, tak wajib menjadi referensi ke masa depan.

Amerika sendiri sangat respek dengan Indonesia. Itulah yang dikatakan oleh sejarah modern. Terlepas dari lingkaran-lingkaran kepentingan yang dikelola oleh Amerika di Asia dan Pasifik. Indonesia adalah pilar penting dalam perkembangan dunia, baik sebagai Nusantara di masa lalu, maupun sebagai salah satu “Macan Asia” sejak pasca Perang Dingin (1991) dan di masa sekarang ketika Abad Asia makin nyata-meyakinkan.

Di masa perang Pasifik (1941-1945), ketika Jepang hendak berkuasa di Asia, termasuk di Indonesia, pada saat itulah Gorontalo merekam dengan baik masa-masa yang sulit tersebut (1942). Adalah melalui The Encyclopedia of Indonesia in the Pacific War (2010), Gorontalo dirujuk dengan baik di dalamnya, tepat di halaman 13 dan 24-25. Ensiklopedi besar setebal 713 halaman yang dikerjakan selama sepuluh tahun ini oleh Peter Post dari Amsterdam, William Frederick dari Ohio, Amerika Serikat, serta Iris Heidenbrink (the Hague, Nederland) dan Shigeru Sato (Univ. Griffith, Australia). Tak tanggung-tanggung, Teluk Gorontalo dan pelabuhannya yang kekar dan unik pun ikut tampil dalam ensiklopedi hebat tersebut. Semuanya seolah berbicara kepada kita: Ayo, Gorontalo adalah bagian dari dunia!

Sub judul dalam ensiklopedi sangat jelas menyebut “cerita lisan invasi Jepang di Gorontalo” (hal. 24-25). Bagian ini memuat sebagian dari 250 bait Tanggomo yang dilantungkan oleh Temey Sahala (Manuli), yang lahir tahun 1903 di Tapa, Bone Bolango. Rekaman Tanggomo dari Manuli diterjemahkan oleh John Little bersama Hamzah Machmoed, dua orang sarjana yang pada pertengahan 1970an di Universitas Cornell, Amerika Serikat.

Melalui karya John Little dan Machmud, yang disampaikan pada Konferensi Sejarah (Indonesia Moderen) – Asia Tenggara di Wisconsin-Madison, U.S.A, 18-19 Juli 1975, khazanah pengetahuan, pengalaman sosio-kolonial dan akar-akar nasionalisme Gorontalo, tampil untuk kali pertama di Amerika Serikat. Ini adalah bukti (dokumen) paling nyata yang bisa kita klaim hingga kini (baca Memori Gorontalo, edisi 2012).

Ada apa di sini? Kita “berutang aspirasi” kepada Bone Bolango. Ini adalah daerah yang telah memberi kontribusi dalam ilmu pengetahuan dunia. Bone Bolango mengokohkan “martabat” tertentu. Saya termasuk orang yang terpukau-bangga sejak awal ketika menemukan bukti-bukti tertulis dan artefak Bone Bolango. Dengan membaca kembali bukti-bukti yang ada, pada tingkat tertentu, stok pengetahuan dunia tentang Indonesia modern, antara lain diperkaya oleh khasanah (sejarah) dan artikulasi (sastra lisan) dari Bone Bolango. Meski semua bermula dari sebuah kampung bernama Tapa, tapi justru dari sanalah cahaya pengetahuan dan warisan peradaban itu terangkai.

Rangkaian memori itu menjali lebih panjang, misalnya dengan merujuk khazanah keagamaan (sufistik) di Nusantara (melalui figur Auliya Hubulo) di abad ke-18. Tak perlu pula heran kalau kesadaran kebangsaan (demokratis) yang dilandaskan pada memori tertentu pun selalu hadir di setiap masa, misalnya sejak “periode Pinogu” sebelum abad ke-10 (?) sebagai masa klasik Gorontalo (Usman, 1972). Semuanya berlanjut hingga abad ke-20, dengan lahirnya nasionalisme baru Nani Wartabone (Suwawa) serta hadirnya cita-cita industri elektronik pertama di Indonesia melalui “tangan dan pikiran” dari Thayeb Mohamad Gobel. Perusahaan besarnya, Nasional-Panasonik Gobel adalah bukti paling nyata bagaimana integritas bisnis, nasionalisme, jaringan global, dan karakter budaya (falsafah usaha “pohon pisang”) bisa digabungkan dengan produktivitas tinggi demi kesejahteraan dan martabat bangsa di pentas dunia (Ramadhan KH, 1994).

Dewasa ini, ketika kebangsaan kita rentan dan goyah, Gorontalo mestinya ikut tampil memberi wawasan dan kaidah-kaidah (kebangsaan) masa depan yang lebih segar, membumi, dan futuristik (agama, nasionalisme, lanskap alam, teknologi dan bisnis). Kita sebaiknya menjadi masyarakat dan bangsa yang berkemampuan menyerap warisan-warisan kelampauan sendiri sembari menyandingkannya dengan pencapaian bangsa-bangsa lain, termasuk dengan berbagai lokalitas di negeri ini dan di tempat-tempat lain.

Mari berkaca, bahwa bangsa Jepang dan Amerika misalnya, –tanpa bermaksud melebihkannya secara salah–, terbukti berhasil membangun peradaban dan masyarakatnya karena mereka selalu sadar tentang “warisan” masyarakatnya sendiri dari waktu ke waktu. Satu di antara warisan itu, misalnya untuk Amerika, adalah tentang “dinamisme”. Ini tampak pada bacaan-bacaan wajib di lembaga-lembaga pendidikan di Amerika, misalnya melalui buku Max Lerner (1987), America As Civilization, setebal seribu seratus halaman. Dalam buku ini, satu bab panjang di paling awal (50 halaman), semuanya membahas tentang “warisan” Amerika.

Dengan begitu, akar (roots, sejarah) dan jalan (road, masa depan) tergambar dan terpampang jelas dalam peta pengetahuan bagi setiap generasi. Ini semua bukan karena butuh nostalgia dan agar terhindar dari trauma, melainkan sebagai jaminan dan rujukan bahwa masa depan yang dibangun tidaklah lepas dari pencapaian yang pernah ditasbihkan sebelumnya. Menurut Prof. Max Lerner, belajar dari peradaban Eropa dan Amerika, kita bisa menyimpulkan bahwa “masyarakat” atau “manusia” adalah modal dasar dan sumberdaya terkaya untuk membangun peradaban. Bahkan, kekuasaan dan kekuatan sekalipun setiap saat harus berganti jika kesadaran peradaban itu datang, dikerjakan dan dibangun oleh masyarakat.

Penulis adalah Parner di VoiceofHale-Hepu
E-mail: basriamin@gmail.com

Tags: Amerikabasri amingorontalogorontalo dan amerikaspektrum sosial

Related Posts

Basri Amin

Gorontalo, Jangan “Lari” di Tempat

Monday, 1 December 2025
M. Rezki Daud

Guru Pejuang di Gorontalo

Wednesday, 26 November 2025
Rohmansyah Djafar, SH., MH

Subjektivitas Penilaian Hasil Capaian Kinerja ASN: Kelalaian atau Sentimen ? 

Monday, 24 November 2025
Basri Amin

Senggol-Senggolan di Pemerintahan

Monday, 24 November 2025
Pariwisata Gorontalo: Potensi Ekonomi, Ancaman Ekologis, dan Risiko Greenwashing Tourism

Pariwisata Gorontalo: Potensi Ekonomi, Ancaman Ekologis, dan Risiko Greenwashing Tourism

Friday, 21 November 2025
Basri Amin

Pemimpin “Perahu” di Sulawesi

Monday, 17 November 2025
Next Post
DANA COVID-19 : Temuan BPK, Pemprov Segera Penuhi LHP

DANA COVID-19 : Temuan BPK, Pemprov Segera Penuhi LHP

Discussion about this post

Rekomendasi

Personel Samsat saat memberikan pelayanan pengurusan pajak di Mall Gorontalo.

Pengurusan Pajak Kendaraan Bisa Dilakukan di Mall Gorontalo

Monday, 1 December 2025
Personel Satuan Lalu Lintas Polresta Gorontalo Kota mengamankan beberapa motor balap liar, Ahad (30/11). (F. Natharahman/ Gorontalo Post)

Balap Liar Resahkan Masyarakat, Satu Pengendara Kecelakaan, Polisi Amankan 10 Unit Kendaraan

Monday, 1 December 2025
Anggota DPRRI Rusli Habibie bersam Wagub Gorontalo Idah Syahidah RH. (Foto: dok pribadi/fb)

Rusli Habibie Ajak Sukseskan Gorontalo Half Marathon 2025, Beri Efek ke UMKM

Friday, 28 November 2025
ILustrasi

Dandes Dataran Hijau Diduga Diselewengkan, Dugaan Pengadaan SHS Fiktif, Kejari Segera Tetapkan Tersangka

Monday, 13 January 2025

Pos Populer

  • Rita Bambang, S.Si

    Kapus Sipatana Ancam Lapor Polisi

    13 shares
    Share 5 Tweet 3
  • Senggol-Senggolan di Pemerintahan

    13 shares
    Share 5 Tweet 3
  • Ruang Inap Full, RS Multazam Bantah Tolak Pasien BPJS

    13 shares
    Share 5 Tweet 3
  • GHM 2025, Gusnar Nonaktifkan Kadispora

    13 shares
    Share 5 Tweet 3
  • Dugaan Persetubuhan Anak Dibawah Umur, Oknum ASN Gorut Dibui

    13 shares
    Share 5 Tweet 3
Gorontalopost.co.id

Gorontalo Post adalah Media Cetak pertama dan terbesar di Gorontalo, Indonesia, yang mulai terbit perdana pada 1 Mei 2000 yang beral...

Baca Selengkapnya»

Kategori

  • Boalemo
  • Bone Bolango
  • Disway
  • Ekonomi Bisnis
  • Gorontalo Utara
  • Headline
  • Kab Gorontalo
  • Kota Gorontalo
  • Kriminal
  • Metropolis
  • Nasional
  • Olahraga
  • Otomotif
  • Pendidikan
  • Persepsi
  • Pohuwato
  • Politik
  • Provinsi Gorontalo

Menu

  • Redaksi
  • Tentang Kami
  • Kontak Kami
  • Kode Etik Jurnalistik
  • Pedoman Media Siber
  • Disclaimer
  • Privacy Policy

© 2025 PT. Gorontalo Cemerlang - Gorontalo Post by Div-TI.

No Result
View All Result
  • METROPOLIS
  • PERISTIWA
  • EKONOMI BISNIS
  • SPORTIVO
  • KORAN DIGITAL

© 2025 PT. Gorontalo Cemerlang - Gorontalo Post by Div-TI.