logo gorontalo post
  • METROPOLIS
  • PERISTIWA
  • EKONOMI BISNIS
  • SPORTIVO
  • KORAN DIGITAL
No Result
View All Result
Logo gorontalo post
  • METROPOLIS
  • PERISTIWA
  • EKONOMI BISNIS
  • SPORTIVO
  • KORAN DIGITAL
No Result
View All Result
logo gorontalo post
No Result
View All Result
Pemkot Gorontalo
Home Persepsi

Guru, Insan Cendekia dan Panggilan Pengabdian

Jitro Paputungan by Jitro Paputungan
Friday, 23 October 2020
in Persepsi
0
Guru, Insan Cendekia  dan Panggilan Pengabdian

Fory A Naway

Bagikan ke FacebookBagikan ke TwitterBagikan ke Whatsapp

Related Post

Gorontalo, Jangan “Lari” di Tempat

Guru Pejuang di Gorontalo

Senggol-Senggolan di Pemerintahan

Subjektivitas Penilaian Hasil Capaian Kinerja ASN: Kelalaian atau Sentimen ? 

Oleh :

Fory Armin Naway

Dosen FIP UNG dan Ketua PGRI Kab. Gorontalo

Guru bukanlah tukang dan bukan pula sebuah pekerjaaan “serabutan”, melainkan sebuah profesi dan bagian dari kaum intelektual  yang senantiasa adaptif dengan berbagai perkembangan dan tuntutan zaman. Untuk menjadi guru, tidak sekadar pemenuhan terhadap hasrat untuk dihargai, dihormati dan dipandang berwibawa oleh orang lain,  tapi lebih dari itu, menjadi guru adalah sebuah panggilan nurani untuk mencerdaskan kehidupan bangsa, memanusiakan manusia lain dan dimensi keluhuran lainnya yang tercermin dari seorang guru.

Idealnya, motif utama menjadi guru adalah sebuah panggilan nurani, bukan keinginan apalagi kebutuhan. Panggilan untuk belajar dan membelajarkan, menundukkan diri untuk mendidik orang lain, mengabdikan diri bukan menghambakan diri. Guru adalah bagian dari  kecendiakawanan atau insan cendekia yang dituntut memiliki landasan ideologi yang darinya selalu lahir pemikiran, gagasan, konsep atau ilmu tentang keyakinan dan cita-cita.

Dalam bukunya  Tugas Cendekiawan Muslim, yang diterjemahkan Prof. Amin Rais dan diterbitkan ipmJateng (2019), Ali Syariati mengatakan, cendekiawan  adalah seorang ideolog yang selalu berkata dan meyakini keyakinan suatu keyakinan tertentu. Seorang ideolog haruslah memiliki tujuan  dan kepentingan tertentu yang didasarkan pada kesadaran-kesadaran khusus, seperti kesadaran kelas, kesadaran intelektual dan sebagainya yang berproses menuju kesadaran ideologis.

Pada intinya, Ali Syariati mengatakan bahwa cendekiwan (Muslim) harus memberikan dan memberi perannya di masyarakat sehingga dapat menuju progresifitas. Cendekiawan muslim haruslah menjadi pemikir di masyarakat yang berbasis pada kemajuan.

Dalam konteks ke-Indonesiaan, sebagai sebuah negara yang penduduknya mayoritas Islam dengan jumlah guru muslim yang juga terbanyak di dunia, maka konsep Ali Syariati tentang tentang intelektualiatas dan kecendekiawan, dapat membangkitkan ruang kesadaran, betapa  guru di Indonesia memiliki peran yang sangat penting dan strategis dalam mewujudkan Indonesia yang lebih maju dan berkeadilan.

Artinya, guru sebagai kaum intelektual dan bagian dari insan cendekia, tidak hanya terjebak pada kegiatan-kegiatan rutin sebagai guru yang berdiri di muka kelas, mentransfer ilmu dan mendidik peserta didik, tapi lebih dari itu, guru dapat mengembangkan kompetensi-kompetensi yang dimilikinya seperti kompetensi pedagogik, kompetensi kepribadian, kompetensi profesional serta kompetensi sosial ke dalam ranah konkrit di tengah masyarakat.

Guru dalam aspek ini, dapat menjadi motor penggerak, pelopor, penggagas dan pembaharu nilai-nilai terbarukan yang berkesuauaian dengan perkembangan zaman bagi kemalahatan masyarakat yang lebih luas. Indonesia dengan populasi penduduk yang masih mayoritas berpendidikan rendah dan amsih memilki banyak resistensi-resistensi untuk menjadi negara maju, memiliki peran penting dalam memanifestasikan nilai-nilai intelektual dan kecendekiawanan ke dalam ranah yang lebih luas dan mendalam di tengah masyarakat.

Yang terpenting lagi menurut Asep Sapaat (Republika.co.id) bahwa perspektif masyarakat tentang guru, ke depan perlu diubah. Pemerhati Karakter Guru di Character Building Indonesia ini menilai, guru saat ini hanya diposisikan sebagai tenaga administratif bukan sebagai intelektual transformatif. Pandangan demikian pada akhirnya hanya mengarahkan guru hanya seakan terjebak pada ruang lingkup belajar-mengajar di kelas.

Berbeda halnya  ketika guru ditempatkan sebagai kaum intelektual transformatif, maka guru akan memiliki pandangan ideologis tentang profesinya, memiliki kewibawaan dan kemandirian sikap serta memiliki dorongan belajar yang lebih kuat dan leluasa karena dukungan infrastruktur kebijakan.  Dengan perspektif bahwa guru sebagai intelektual transformatif, guru mampu menjalankan perannya sebagai pengajar, pendidik dan pembelajar  yang tidak hanya menguasai konten materi yang diampuh, tapi juga mampu memainkan perannya sebagai pendidik karakter dan pemimpin bagi murid dan lingkungannya.

Lebih spesifik lagi menurutnya, jika bangsa ini akan merumuskan kebangkitannya, maka perlu dibangkitkan ruang kesadaran guru tentang peran dan tanggung jawabnya yang sangat mulia dan strategis bagi masa depan bangsa. Artinya, ke depan akan lahir komunitas guru yang memiliki ruang kesadaran  yang tinggi sebagai seorang intelektual dan insan cendekiawan yang berintegritas, kredible dan mau berkolaborasi membangun paradigma kehidupan masyarakat yang lebih prospektif.

Dengan perspektif bahwa guru sebagai kaum intelektual dan bagian dari kaum cendekiawan akan melahirkan spirit pengabdian kepada masyarakat. Guru memiliki motif dan dorongan untuk memberikan penguatan-penguatan terhadap program dan kebijakan pemerintah untuk memberdayakan masyarakat. Karena sesungguhnya, kaum Intelektual dan cendekiawan dimaknai sebagai pelepor,  pemberi solusi persoalan kemasyarakatan dan bermanfaat bagi orang-orang di sekitarnya.

Ketika guru memiliki motif, dorongan yang kuat untuk senantiasa mengaktualisasikan diri sebagai pelopor dan pemberi solusi yang bermanfaat bagi persoalan-persoalan sosial kemasyarakatan, maka obsesi dan cita-cita bangsa yang maju dan berperadaban akan mengalami percepatan-percepatan yang signifikan. Aktualisasi diri dapat dimaknai sebagai panggilan pengabdian guru untuk selalu hadir di tengah masyarakat, tidak hanya berdiri di muka kelas, tapi juga berdiri menjadi pelopor, penggagas, pembaharu dan menjadi insan-insan yang memberi spirit dan menginspirasi masyarakat untuk bergerak maju, menghalau berbagai rintangan, tantangan dan kendala mewujudkan kemakmuran an kesejahteraan yang dicita-citakan.

Oleh karena itu, guru sebagai kaum intelektual dan cendekiawan tidak pernah berhenti belajar, ia menjadi insan pembelajar sekaligus memberikan pembelajaran, yang tidak hanya membimbing melalui teladan tapi juga mengaktualisasikan diri, menginspirasi untuk  membangkitkan ruang-ruang kesadaran ummat untuk bangkit dari keterpurukan.

Keberadaan guru hingga ke pelosok-pelosok desa, sebenarnya menjadi berkah bagi bangsa ini yang menyimpan potensi bagi lahirnya komunitas guru yang kolaboratif, inspiratif dan menjadi spirit  dalam kerangka memberikan manfaat yang lebih luas dan merata bagi perkembangan dan kemajuan masyarakat dan bangsa. Semoga. (***).

Related Posts

Basri Amin

Gorontalo, Jangan “Lari” di Tempat

Monday, 1 December 2025
M. Rezki Daud

Guru Pejuang di Gorontalo

Wednesday, 26 November 2025
Rohmansyah Djafar, SH., MH

Subjektivitas Penilaian Hasil Capaian Kinerja ASN: Kelalaian atau Sentimen ? 

Monday, 24 November 2025
Basri Amin

Senggol-Senggolan di Pemerintahan

Monday, 24 November 2025
Pariwisata Gorontalo: Potensi Ekonomi, Ancaman Ekologis, dan Risiko Greenwashing Tourism

Pariwisata Gorontalo: Potensi Ekonomi, Ancaman Ekologis, dan Risiko Greenwashing Tourism

Friday, 21 November 2025
Basri Amin

Pemimpin “Perahu” di Sulawesi

Monday, 17 November 2025
Next Post
Khabib Nurmagomedov vs Justin Gaethje, CR7 : Khabib Akan Menang, Insya Allah

Khabib Nurmagomedov vs Justin Gaethje, CR7 : Khabib Akan Menang, Insya Allah

Discussion about this post

Rekomendasi

Personel Samsat saat memberikan pelayanan pengurusan pajak di Mall Gorontalo.

Pengurusan Pajak Kendaraan Bisa Dilakukan di Mall Gorontalo

Monday, 1 December 2025
Personel Satuan Lalu Lintas Polresta Gorontalo Kota mengamankan beberapa motor balap liar, Ahad (30/11). (F. Natharahman/ Gorontalo Post)

Balap Liar Resahkan Masyarakat, Satu Pengendara Kecelakaan, Polisi Amankan 10 Unit Kendaraan

Monday, 1 December 2025
Anggota DPRRI Rusli Habibie bersam Wagub Gorontalo Idah Syahidah RH. (Foto: dok pribadi/fb)

Rusli Habibie Ajak Sukseskan Gorontalo Half Marathon 2025, Beri Efek ke UMKM

Friday, 28 November 2025
ILustrasi

Dandes Dataran Hijau Diduga Diselewengkan, Dugaan Pengadaan SHS Fiktif, Kejari Segera Tetapkan Tersangka

Monday, 13 January 2025

Pos Populer

  • Rita Bambang, S.Si

    Kapus Sipatana Ancam Lapor Polisi

    13 shares
    Share 5 Tweet 3
  • Senggol-Senggolan di Pemerintahan

    13 shares
    Share 5 Tweet 3
  • Ruang Inap Full, RS Multazam Bantah Tolak Pasien BPJS

    13 shares
    Share 5 Tweet 3
  • GHM 2025, Gusnar Nonaktifkan Kadispora

    13 shares
    Share 5 Tweet 3
  • Dugaan Persetubuhan Anak Dibawah Umur, Oknum ASN Gorut Dibui

    13 shares
    Share 5 Tweet 3
Gorontalopost.co.id

Gorontalo Post adalah Media Cetak pertama dan terbesar di Gorontalo, Indonesia, yang mulai terbit perdana pada 1 Mei 2000 yang beral...

Baca Selengkapnya»

Kategori

  • Boalemo
  • Bone Bolango
  • Disway
  • Ekonomi Bisnis
  • Gorontalo Utara
  • Headline
  • Kab Gorontalo
  • Kota Gorontalo
  • Kriminal
  • Metropolis
  • Nasional
  • Olahraga
  • Otomotif
  • Pendidikan
  • Persepsi
  • Pohuwato
  • Politik
  • Provinsi Gorontalo

Menu

  • Redaksi
  • Tentang Kami
  • Kontak Kami
  • Kode Etik Jurnalistik
  • Pedoman Media Siber
  • Disclaimer
  • Privacy Policy

© 2025 PT. Gorontalo Cemerlang - Gorontalo Post by Div-TI.

No Result
View All Result
  • METROPOLIS
  • PERISTIWA
  • EKONOMI BISNIS
  • SPORTIVO
  • KORAN DIGITAL

© 2025 PT. Gorontalo Cemerlang - Gorontalo Post by Div-TI.