Gorontalopost.co.id, – Pelarian panjang YMB alias Marten (MR), sosok yang dituding sebagai penyandang dana utama aktivitas tambang ilegal di Desa Popaya, Kabupaten Pohuwato, akhirnya kandas.
Setelah lima bulan berpindah-pindah kota untuk menghindari jerat hukum, MR kini resmi mendekam di sel tahanan Polda Gorontalo sejak Jumat (26/12/2025).
Direktur Reserse Kriminal Khusus (Ditreskrimsus) Polda Gorontalo, Kombes Pol. Dr. Maruly Pardede, saat jumpa pers bersama awak media.Jumat (26/12/2025), mengungkapkan bahwa tersangka diamankan oleh tim Subdit IV Tipidter di Kota Manado pada 24 Desember lalu. Penangkapan paksa ini dilakukan setelah MR dinilai tidak kooperatif karena mangkir dari dua kali panggilan pemeriksaan penyidik.
“Karena yang bersangkutan tidak kooperatif dan terus menghindari panggilan, kami menerbitkan surat perintah membawa dan melakukan penjemputan paksa,” tegas Maruly di Mapolda Gorontalo.
Kasus ini berakar dari penggerebekan tambang tanpa izin di Kecamatan Dengilo pada Mei 2025. Jika tujuh tersangka lainnya yang terdiri dari operator alat berat dan pengawas lapangan berhasil diciduk di lokasi, MR justru menghilang.
Hasil penyidikan mengungkap bahwa peran MR bukan sekadar ikut serta, melainkan sebagai “otak” operasional. Ia berperan sebagai pemodal yang membiayai seluruh kegiatan, menyediakan alat, hingga merekrut para pekerja di lapangan.
“MR ini adalah penyandang dana sekaligus pengendali. Perkaranya sengaja kami pisah (split) karena perannya sebagai pemodal,” tambah Maruly.
Selama masa pelariannya, MR terdeteksi melakukan upaya manipulatif dengan berpindah-pindah lokasi antara Makassar, Banjarmasin, Jakarta, hingga akhirnya tertangkap di Manado.
Penyidik telah mengantongi bukti-bukti kuat, mulai dari mesin pengisap, instalasi pipa, hingga keterangan 13 saksi, termasuk saksi ahli pidana dan ahli dari Kementerian ESDM. Hasil uji laboratorium juga mengonfirmasi bahwa aktivitas di Desa Popaya murni pertambangan tanpa izin resmi.
Atas perbuatannya, MR dijerat dengan Pasal 158 juncto Pasal 35 UU No. 3 Tahun 2020 tentang Pertambangan Mineral dan Batubara. Hukumannya tidak main-main: maksimal 5 tahun penjara dan denda fantastis hingga Rp100 miliar.
Meski MR sudah berbaju tahanan, langkah Polda Gorontalo dipastikan tidak berhenti di sini. Pihak kepolisian tengah mendalami kemungkinan adanya “aktor intelektual” atau pemodal lain yang berdiri di belakang MR.
Bahkan, persoalan hukum MR tampaknya bakal bertambah panjang. Polres Boalemo dilaporkan tengah mengantre untuk memeriksa tersangka terkait kasus serupa di wilayah hukum mereka.
“Kami pastikan siapa pun yang terlibat, termasuk jika ada pemodal tambahan di belakangnya, akan terus kami kejar,” tutup Maruly dengan tegas.(tha)













Discussion about this post