Gorontalopost.co.id, GORONTALO — Gelombang protes yang dipicu insiden kekerasan aparat di Jakarta dilakukan. Ratusan demonstran memadati rumah dinas Gubernur Gorontalo, Jumat (29/8/2029) sebagai bentuk solidaritas terhadap pengemudi ojek online (ojol) yang menjadi korban dalam aksi unjuk rasa di ibu kota.
Aksi solidaritas ini dimulai dari Bundaran Saronde, lokasi yang menjadi titik kumpul para demonstran dari berbagai elemen, termasuk mahasiswa dan organisasi masyarakat sipil.
Mereka menuntut kehadiran tiga tokoh penting daerah: Gubernur Gorontalo, Ketua DPRD Provinsi, dan Kapolda Gorontalo, untuk mendengar langsung tuntutan yang dibawa massa.
Namun hingga sore hari, ketiga pejabat tersebut tidak terlihat di lokasi aksi. Merespons ketidakhadiran itu, massa bergerak menuju rumah dinas Gubernur dan menggelar orasi di depan gerbang utama.
Gufran Jalitaya, Wakil Presiden BEM Universitas Negeri Gorontalo (UNG), menyampaikan bahwa aksi ini adalah bentuk kepedulian terhadap demokrasi yang menurutnya sedang dirusak oleh kekerasan negara terhadap rakyat.
“Kejadian di Jakarta hanyalah puncak gunung es. Ketika seorang rakyat kecil disakiti karena menyuarakan haknya, itu adalah alarm bagi kita semua. Kami tidak bisa diam,” tegas Gufran di tengah orasi.
Para demonstran membawa berbagai poster bertuliskan kritik terhadap sikap represif aparat, serta menyerukan penghentian militerisasi dalam penanganan aksi sipil. Selain itu, dalam orasinya, massa menyuarakan enam poin tuntutan utama.
Di antaranya adalah desakan agar DPRD Gorontalo mendorong DPR RI menghentikan pembahasan regulasi kontroversial seperti RUU Polri dan RKUHAP, serta menolak kenaikan fasilitas anggota dewan yang dinilai tidak berpihak pada kondisi rakyat.
Juga menuntut transparansi dalam pengawasan lingkungan dan pertambangan, serta mendorong partisipasi publik dalam proses legislasi di berbagai tingkat pemerintahan. (Tr-76)











Discussion about this post