Gorontalopost.co.id, JAKARTA — Partai Golkar kembali diterpa isu Munaslub untuk menggulingkan Bahlil Lahadalia dari kursi ketua umum. Peneliti dari Citra Institute Efriza menilai Bahlil Lahadalia ada kemungkinan digulingkan dari kursi Ketua Umum Golkar lantaran terlalu dekat dengan Presiden ke-7 RI Joko Widodo (Jokowi).
“Tingkat kemungkinannya tinggi, apalagi melihat situasi politik setelah amnesti dan abolisi yang menunjukkan mulai gerahnya Presiden Prabowo karena kepemimpinannya acap direcoki oleh Jokowi dan dirinya selalu dikonotasikan sebagai presiden boneka,” kata Efriza kepada JPNN.com, Senin (4/8).
Dia meyakini di internal Golkar ada kelompok yang merasa tidak terakomodir oleh kepemimpinan Bahlil. “Maka situasi kepemimpinan Bahlil yang dianggap tidak solid mendukung Presiden Prabowo, karena lebih loyal kepada Jokowi, menyebabkan isu munaslub bisa dibentuk,” tuturnya.
Dia menilai kepemimpinan Bahlil saat ini tidak menguntungkan bagi agenda politik penguasa dan juga kekhawatiran bahwa kedekatannya dengan Jokowi justru akan menghambat penyelarasan partai dengan pemerintahan Prabowo Subianto.
Efriza juga menyebutkan munaslub dalam tradisi politik Golkar memang kerap digunakan sebagai alat untuk mereposisi kekuatan, terutama ketika ada perubahan konfigurasi kekuasaan politik nasional.
“Bahlil memang dikenal dekat dengan Jokowi dan itu menjadi kekuatan sekaligus kelemahannya. Ketika Jokowi sudah tidak lagi menjabat sebagai presiden, loyalitas terhadapnya bisa dianggap tidak lagi strategis oleh sebagian elite-elite internal Golkar,” ujarnya.
Efriza meyakini saat ini elite Golkar pengin Bahlil sebagai ketua umum lebih dekat dengan Presiden Prabowo. “Sehingga, ketika Bahlil masih merasa sebagai perpanjangan pengaruh Jokowi, maka mulai menguat manuver politik untuk menggantikannya demi menyelaraskan Golkar sepenuhnya dengan kepemimpinan Prabowo,” tuturnya.
“Jika hanya mengandalkan kedekatan dengan Jokowi tanpa soliditas dukungan struktural di partai, maka posisi Bahlil akan sangat rentan terhadap tekanan politik, termasuk bila ada munaslub,” imbuh Efriza.
Sementara itu, Ketua Umum Partai Golkar Bahlil Lahadalia bereaksi begini saat ditanya soal isu musyawarah nasional luar biasa (munaslub) di parpol berlambang beringin rindang. Bahlil menegaskan tidak ada munaslub di partai yang kini dia pimpin.
Dia juga menampik isu adanya keretakan di tubuh Partai Golkar. “Masa mau dipercaya berita yang enggak ada sumbernya?” kata Bahlil dalam keterangannya di Jakarta, Minggu (3/8/2025).
Senada dengan Bahlil, Ketua Bidang Keagamaan dan Kerohanian Partai Golkar Nusron Wahid pun menepis isu yang dikaitkan dengan namanya itu. Pertama, kata Nusron, dia tidak tahu menahu tentang isu munaslub tersebut.
“Kedua, sampai hari ini tidak pernah ada pembicaraan di lingkungan Istana kepada saya ataupun kepada pihak-pihak lain di lingkungan Partai Golkar yang membicarakan tentang munaslub,” ujar Nusron.
Terpisah, politikus senior Partai Golkar Nurdin Halid juga membantah adanya rencana munaslub. “Isu Munaslub Golkar itu hoaks. Itu isu murahan yang tidak perlu direspons,” kata Nurdin dalam keterangannya di Jakarta, Jumat (1/8).
Sebelumnya, Bahlil Lahadalia resmi terpilih menjadi Ketua Umum Partai Golkar dalam Musyawarah Nasional (Munas) XI yang digelar pada 20-21 Agustus 2024. Saat itu dia terpilih secara aklamasi untuk menggantikan Airlangga Hartarto yang sebelumnya mendadak mengundurkan diri setelah namanya dikaitkan dengan sejumlah kasus hukum.(jpnn)











Discussion about this post