Gorontalopost.co.id, GORONTALO — Kinerja Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN) Gorontalo hingga Mei 2025, mencatatkan angka positif di atas rata-rata nasional. Namun, dibalik capaian tersebut, pemerintah daerah masih dihadapkan pada tantangan yakni lambannya penyerapan anggaran di awal tahun, dan potensi tidak tepat sasaran dalam pelaksanaan belanja.
Kepala Kanwil DJPb Provinsi Gorontalo, Adnan Wimbyarto, mengungkapkan bahwa hingga 31 Mei 2025, pendapatan negara di wilayah Gorontalo mencapai Rp498,36 miliar atau 34,26 persen dari target tahunan. Sedangkan belanja tercatat sebesar Rp3,854 triliun atau 37,18 persen dari pagu.
“Kami mengakui ada sedikit keterlambatan pada awal tahun. Namun, secara keseluruhan kinerja cukup menggembirakan,” ujar Adnan dalam konferensi pers APBN Lo Hulonthalo, Kamis (26/6).
Meski berada di atas rerata nasional, penyerapan anggaran yang baru menembus sepertiga pagu menjelang pertengahan tahun memunculkan kekhawatiran soal efektivitas belanja. Apalagi, sejumlah program strategis nasional dan proyek infrastruktur penting di daerah masih berjalan lambat.
Di sisi lain, percepatan belanja yang terlalu tergesa pada semester kedua juga berisiko mengurangi kualitas output, terlebih jika tak diiringi pengawasan ketat. Situasi ini kerap terjadi di banyak daerah dan berpotensi mengulang pola belanja menumpuk di akhir tahun anggaran. “APBN harus dirasakan langsung dampaknya oleh masyarakat. Efisiensi tidak cukup, harus ada keberpihakan dan pemerataan,” kata Adnan.
Pengamat kebijakan publik dan ekonomi daerah juga mulai mempertanyakan seberapa besar belanja negara di Gorontalo dialokasikan untuk sektor prioritas seperti pendidikan, kesehatan, dan perlindungan sosial. Tanpa transparansi dan evaluasi menyeluruh, belanja besar belum tentu berdampak besar.
Ke depan, pemerintah daerah dan instansi vertikal diharapkan tak hanya mengejar realisasi angka, tetapi juga menjamin kualitas penggunaan anggaran. Pelibatan masyarakat, percepatan lelang, dan sinergi antarlembaga dinilai sebagai langkah strategis untuk mempercepat sekaligus mengefektifkan belanja negara.
Geopolitik Tak Pengaruh
Sementgara itu, dinamika dan ketidakpastian global, perekonomian Gorontalo menunjukkan resiliensi dengan kinerja yang solid. “Kondisi geopolitik global, seperti konflik Israel dan Iran yang memicu lonjakan harga minyak, serta kebijakan fiskal negara maju, menciptakan berbagai ketidakpastian yang berdampak pada perekonomian global, termasuk Indonesia. Namun, kami bersyukur ekonomi Gorontalo pada triwulan I 2025 mampu tumbuh positif sebesar 6,07 persen secara tahunan (yoy),” ujar Adnan Wimbyarto.
Pertumbuhan ini utamanya didorong oleh sektor pertanian, kehutanan, dan perikanan yang menyumbang 3,24 persen poin terhadap total pertumbuhan. Kinerja sektor ini diperkuat oleh panen raya komoditas jagung dan padi yang mencapai angka tertinggi sejak 2018, serta meningkatnya hasil tangkapan
perikanan. Hal ini juga tercermin dari membaiknya daya beli petani yang ditunjukkan oleh kenaikan Nilai Tukar Petani (NTP). Dari sisi inflasi, pada Mei 2025, Provinsi Gorontalo mengalami deflasi bulanan (mtm) sebesar -1,68 persen, yang merupakan nilai terendah se-Indonesia.
Deflasi ini disebabkan oleh penurunan harga beberapa komoditas pangan utama seperti beras, tomat, bawang merah, dan ikan. 8Namun, secara tahunan (yoy), terjadi inflasi sebesar 0,28 persen yang dipicu oleh kenaikan harga pada komoditas emas perhiasan, sigaret kretek mesin (SKM), dan ikan selar/tude. (Tr-76/tro)











Discussion about this post