Gorontalopost.co.id, GORONTALO — Jemaah calon haji (JCH) asal Kabupaten Gorontalo yang tergabung dalam kloter 30 embarkasi ujungpandang, masuk ke Asrama Haji Gorontalo, Rabu (21/5). Mereka begitu antusias untuk segera ke tanah suci.
Diantara ratusan jemaah haji itu, terdapat Nurma H Ali. Perempuan 72 tahun ini terlihat begitu bersemangat, kendati kondisinya selalu mendapat perhatian petugas haji. Nurma merupakan CJH dengan kondisi tunanetra.
Penyakit katarak yang menggerogoti matanya sejak 30 tahun lalu itu, membuatnya tidak bisa lagi melihat. Upaya pengobatan sudah dilakukan, tapi tetap saja ‘senter dunia’ itu tidak bisa berfungsi.
Nurma tidak putus asa, bahkan kondisi tunanetra yang ia alami, tak menyurutkan niatnya berhaji yang sudah terpatri sejak lama. Pada tahun 2019, ia mendaftarkan diri agar bisa ke tanah suci. Kurang lebih enam tahun menunggu anteran, giliranya ke Baitullah tiba. Ia begitu gembira.
“Banyak yang bisa melihat Kakbah, tapi belum tentu bisa merasakannya seperti saya. Saya ingin sekali melihat Kakbah lewat hati saya,”ucap Nurma ketika ditemui Gorontalo Post, disela proses pemberangkatan haji di embarkasi haji antara (EHA) Gorontalo, Rabu (21/5).
Nurma tidak berangkat sendiri, ia ditemui sang anak, yakni Rusmiati Kalsum (43). Rusmiati yang terus mendampinginya, bahkan terus menguatkan agar niat haji sang mama tidak kendur.
Rusmiati mengatakan bahwa persiapan untuk berangkat ke tanah suci, sudah dilakukan oleh ibunya sejak jauh-jauh hari. Yang dengan menjaga pola maka, berolahraga semampunya hal ini dilakukan agar kesehatannya terjaga.
Pasalnya ibunya sudah lanjut usia dan memiliki riwayat penyakit seperti darah tinggi, diabetes, serta masalah lambung, namun itu bisa ibunya lewati dan dinyatakan istitaah (memenuhi syarat kesehatan haji) setelah melalui serangkaian pemeriksaan yang cukup panjang dan intensif.
“Kami kontrol terus, konsultasi ke dokter, dan alhamdulillah hasilnya keluar meski agak lambat. Tapi itu adalah kabar yang sangat menggembirakan buat kami,” imbuh Rusmiyati.
Ia pun mengisahkan bahwa sang ibu awalnya merasa khawatir dan takut karena keterbatasannya. Dan dirinya pun mengatakan ada beberapa doa yang ingin dipanjatkan langsung saat melaksanakan haji, terutama meminta kesembuhan bagi ibunya, untuk bisa melihat lagi.
“Waktu tahu mau berangkat, beliau senang tapi juga takut. Saya terus beri semangat, motivasi, saya bilang: pokoknya kita harus bisa, harus sehat, harus semangat… siapa tahu Allah kasih mukjizat, kasih penglihatan kembali di sana,” ungkap Rusmiyati dengan mata berkaca-kaca.
Sementara itu, untuk pelayanan haji bagi disabilitas Kepala Bidang Penyelenggara Haji dan Umroh (PHU) Kantor Wilayah Kementerian Agama Provinsi Gorontalo, Mansur Basir Penyelenggara Ibadah Haji (PPIH) tahun 2025, juga sudah menyediakan pendamping bagi para lansia dan disabilitas sejak awal pemberangkatan hingga tiba di Arab Saudi.
“Kalau tagline kita itu kan ramah lansia dan ramah disabilitas. Nah salah satu hal yang penting untuk kita berikan perhatian kepada mereka ketika layanan one stop service itu tidak lagi melakukan antrean. Artinya sudah bisa dirpioritaskan untuk langsung memerima layanan dari panitia itu salah satunya,” pungkas Mansur. (Tr-76)











Discussion about this post