Gorontalopost.co.id, GORONTALO — Wali Kota Gorontalo, Adhan Dambea dibuat murka, dengan adanya dugaan praktek mafia dokter di Rumah Sakit Aloe Saboe (RSAS) Kota Gorontalo. Dugaan ini diungkapkan langsung oleh Adhan Dambea saat melakukan pembinaan di jajaran RSAS Kota Gorontalo, Senin (14/4).
Adhan terang-terangan menyebut jika dokter mafia yang ‘berpraktek’ di RSAS itu fakta dan bukan sekadar isu. “Ini bukan isu, ini fakta,”ujar Adhan. “Kalau praktik seperti ini dibiarkan, bagaimana mungkin rumah sakit ini bisa kita banggakan?,”tambahnya.
Modus praktek oknum dokter mafia itu dilakukan dengan mengarahkan pasien untuk membeli obat di luar apotek rumah sakit, dengan harga obat selangit. Wali Kota Adhan mengungkapkan, ada pasien yang harus menebus obat dengan harga Rp 3,2 juta di apotek luar rumah sakit, transaksi itu dilakukan lewat pihak ketiga yang diduga telah bekerja sama dengan oknum dokter. “Saya tahu nama dokternya,”ungkap Adhan tanpa menyebut siapa dokter tersebut.
Waki Kota Gorontalo mendorong manajemen RSAS untuk segera berbenah, apalagi menghadapi upaya transformasi RSAS menjadi rumah sakit rujukan utama di kawasan. Menurut Adhan, misi tersebut terhambat oleh buruknya tata kelola manajemen dan lemahnya integritas sebagian tenaga kesehatan.
“Kalau mau jadikan RSAS rumah sakit rujukan, yang pertama harus dibersihkan adalah manajemennya. Ini menyangkut pelayanan, integritas dokter, sampai pada praktik curang yang merugikan pasien. Saya tidak bisa diam lagi, karena saya sendiri sudah alami,”tegasnya.
Dia pun tak akan mendiamkan persoalan ini terulang kembali. Antisipasinya, Adhan akan membentuk tim khusus untuk melakukan pengawasan. Terdiri dari unsur pemerintah, tenaga medis aktif dan purna, serta tokoh masyarakat untuk mengevaluasi total kinerja rumah sakit.
Fokus tim tersebut mencakup audit manajemen, distribusi obat, alur rujukan, hingga penempatan dokter spesialis. Selain membentuk tim khusus, Adhan juga akan berkantor di RSAS untuk melakukan pengawasan secara langsung.
“Saya tidak hanya bicara di atas kertas. Kalau perlu saya berkantor dua hari seminggu di RSAS. Semua aktivitas akan saya pantau langsung, bahkan saya akan pasang sistem monitoring di ruang kerja saya di balai kota,” ucapnya dengan nada serius.
Adhan juga menyinggung perlunya pembaruan regulasi internal, seperti peraturan direktur yang hingga kini masih mengacu pada pedoman lama dari tahun 2014. Ketertinggalan ini dinilai menjadi salah satu penghambat utama dalam pembaruan layanan dan efisiensi rumah sakit.
Adhan juga mengajak seluruh tenaga kesehatan di RSAS untuk menumbuhkan kembali rasa memiliki terhadap institusi tersebut. Menurut dia, rumah sakit bukan sekadar tempat bekerja, tetapi wadah pengabdian yang menjadi tumpuan harapan ribuan masyarakat.
“Di rumah sakit ini kalian hidup, menafkahi keluarga, maka jaga baik-baik nama dan pelayanannya. Jangan biarkan kepentingan pribadi merusak amanah yang lebih besar,” tandas Wali Kota yang terkenal tidak neko-neko itu. (rwf)











Discussion about this post