Gorontalopost.co.id, GORONTALO — Salah seorang nelayan di Kabupaten Gorontalo Utara, Oskar Kaluku (60) tak menyangka, ikan hasil tangkapannya merupakan ikan langka dan dilindungi. Yaitu ikan Coelacanth sepanjang 1 meter seberat 41 kilogram.
Sayangnya, ikan yang ia dapatkan saat melaut, Kamis (16/1) kini sudah dalam kondisi mati. “Iya, nelayan kami warga Desa Imana (menemukan) ikan ini namanya coelacanth, ini adalah ikan purba, ikan langka yang dilindungi,” ujar Kepala Desa Imana, Isnain Talaban.
Isnain mengatakan Oskar menemukan ikan tersebut saat melaut pada Kamis (16/1) sekitar pukul 16.00 Wita. Dia menuturkan ikan tersebut yang mendekati perahu Oskar.
“Itu ikan dilihat ikan besar kaya menghampiri perahunya. Ketika dilihat ikan sudah mendekati perahuhnya pak Oskar ambil alat pancing namanya gancu kalau di sini nelayan bilang ganjo, kemudian pak Oskar ambil dengan gancu ini,” bebernya.
Isnain menuturkan saat sampai di darat, Oskar kemudian memperlihatkan ikan tersebut ke warga sekitar. Dia menyebut warga kaget melihat dengan berukuran besar tersebut.
“Nelayan dan warga di sana melihat ikan itu kaget karena baru pertama kali namanya saja mereka tidak tahu. Selama mereka melaut nanti ketemu dengan ikan ini,” terangnya.
“Iya, ikan ini sudah mati. Panjang ikan 1 meter untuk berat 41 kg itu yang kami dengar dari nelayan,” sambungnya. Sementara itu, kabarnya sejumlah peneliti dari Universitas Sam Ratulangi, Manado, telah membawa ikan itu ke Manado untuk kebutuhan penelitian.
Dikutip dari laman Kementerian Kelautan dan Perikanan Republik Indonesia (RI), ikan coelacanth memiliki morfologi yang unik dan mudah diidentifikasi dibandingkan dengan spesies ikan lainnya.
Ikan purba ini memiliki karakteristik sisik yang bervariasi secara signifikan di berbagai bagian tubuhnya, menciptakan pola yang khas dan menarik. Dari bagian anterior ke posterior, dimensi sisik cenderung mengalami penurunan atau menjadi lebih kecil, memberikan tekstur yang berbeda pada permukaan tubuhnya.
Sementara itu, sirip lobus dorsal, area anal, dan sirip lobus anal menunjukkan variasi bentuk yang berbeda pada masing-masing spesies, meskipun berada pada posisi anatomis yang serupa.
Keunikan struktur tubuh coelacanth tidak hanya terbatas pada karakteristik eksternal. Ikan ini juga memiliki beberapa fitur internal yang menarik, seperti notochord yang bertahan hingga dewasa, struktur otak primitif, dan organ elektrosensori yang membantu dalam navigasi di lingkungan laut dalam yang gelap.
Selain itu, coelacanth memiliki sistem reproduksi ovovivipar, di mana telur berkembang dan menetas di dalam tubuh induk sebelum anak ikan dilahirkan, suatu strategi reproduksi yang jarang ditemui pada ikan laut dalam lainnya.
Kombinasi karakteristik unik ini menjadikan coelacanth sebagai subjek penelitian yang sangat berharga dalam studi evolusi vertebrata dan adaptasi kehidupan laut dalam. Meskipun ikan coelacanth masih dapat dijumpai di perairan Nusantara, populasi ikan purba ini mengalami penurunan yang signifikan.
Faktor-faktor seperti proses pertumbuhan yang lambat, siklus perkembangbiakan yang panjang, serta tingkat kesuburan yang rendah menjadikan coelacanth sangat rentan terhadap ancaman kepunahan.
Kondisi ini diperparah oleh tekanan lingkungan seperti perubahan iklim dan degradasi habitat laut dalam. Menanggapi situasi kritis ini, International Union for Conservation of Nature (IUCN) telah mengklasifikasikan spesies coelacanth ke dalam kategori vulnerable atau rentan terhadap bahaya kepunahan. (rmb/net)










