Gorontalopost.id, BONE BOLANGO – Putriana Pateda, sehari-hari dipanggil Puput, gadis kecil yang hanya memiliki berat badan 7 kg di usia 12 tahun.
Di saat anak-anak sebayanya menghabiskan waktu untuk bermain, anak ke dua dari Irfan Pateda (34) dan Ulfa Lakoro (33) ini hanya menghabiskan waktunya di atas kereta bayi.
Siang itu, Putri baru saja selesai dimandikan dan didandani oleh ibunya. Rambut panjangnya dikepang seperti Elsa, tokoh dalam film anak-anak, Frozen.
Di rumah yang berdinding batako dengan ukuran sekira 5 x 6 meter di Desa Permata Kecamatan Bone mereka tinggal.
Untuk menyambung hidup, keluarga ini hanya mengandalkan penghasilan ayahnya yang merupakan buruh bangunan. Itu pun tidak setiap hari mendapatkan pekerjaan.
Jangankan beli susu, beli popok saja hanya bisa berharap uluran tangan dari para dermawan.
Puput yang lahir pada 16 Agustus 2011 itu merupakan anak kedua dari 3 bersaudara. Sang ibu, Ulfa menuturkan putri kesayangannya itu lahir normal, hanya saja ukuran kepalanya sangat kecil.
Sejak usia 2 tahun, Puput tidak menunjukkan perkembangan sebagai mana bayi lainnya. Tidak bisa bicara, bahkan tidak bisa melihat, hanya bisa menangis.
“Di usia 2 tahun kami baru menyadari ternyata Puput tidak seperti bayi lainnya. Sebelumnya kami menganggap dia normal saja meskipun tidak bisa melihat,” ujar Ulfa saat ditemui di rumahnya belum lama ini.
Karena kondisi ekonomi, kedua orang tuanya hanya memberi Puput makan bubur saring saja tanpa campuran apa-apa.
Ketika sang kakek yang menjabat sebagai Kepala Seksi di Kecamatan Bone masih hidup, Puput masih mendapatkan bantuan dari pemerintah berupa uang sebesar Rp 3,6 Juta per tahun.
Terakhir keluarga ini masih mendapatkan bantuan berupa uang sebesar Rp 900 ribu di tahun 2019, namun sekarang sudah tidak lagi.
Puput merupakan cucu dari almarhum Hamzah Lakoro yang meninggal dunia karena kecelakaan tahun 2020 lalu.
“Uang tersebut langsung masuk ke rekening dan ayah saya yang mencairkannya di Dinas Sosial. Tapi sejak ayah saya meninggal dunia, tidak ada lagi bantuan dari pemerintah,” kata Ulfa.
Biasanya kakeknya yang mengurus bantuan berupa uang sebesar Rp 3,6 juta tersebut. Ketika masih mendapatkan bantuan, Puput tidak sekurus yang sekarang.
Karena masih bisa beli susu dan makanan bergizi lainnya. Sekarang ini mau tidak mau Putriana hanya diberi makan bubur saring saja.
Jika melihat kondisinya, Puput mengalami stunting karena pertumbuhannya terhambat, dengan berat badan hanya 7 kg di usianya yang sudah menginjak 12 tahun tersebut.
Sesekali Puput menoleh, seperti sedang melihat orang-orang yang berbicara. Meski pun tidak bisa melihat, tapi Puput bisa mendengar.
“Dia bisa dengar suara orang-orang yang lagi berbicara tapi tidak dia tidak bisa melihat,” tambah Ulfa lagi.
Sebagai orang tua yang menginginkan anaknya sehat, Ulfa berharap tetap mendapatkan perhatian pemerintah, minimal seperti yang diterimanya saat ayahnya masih hidup.
Kondisi Puput memang membuat prihatin siapa saja yang melibatnya. Tak terkecuali, pelaksana tugas (Plt) Kepala Dinas Sosial, Kabupaten Bone Bolango, Fredy Lasut.
Fredi memastikan tidak akan tinggal diam dengan kondisi Puput semacam itu, kendati diakuinya, Puput terakhir diberi bantuan pada tahun 2022 yang lalu.
Bantuan yang disalurkan Dinas Sosial ke Puput, merupakan bantuan disabilitas. Fredy mengetahui adanya bantuan tersebut, dari dokumentasi yang dimiliki Dinas Sosial.
Dalam dokumentasi itu, Puput digendong Ulfa, ibunya.
Di hadapan mereka ada sejumlah bantuan bahan makanan, seperti beras lima kantong ukuran 5 kg per kantong yang diberi stiker bergambar Bupati Bone Bolango Hamim Pou, dan Wakil Bupati Merlan Uloli.
Ada pula telur satu bak, mie instan satu karton, sejumlah ikan kaleng kemasan, gula putih, minyak goreng, susu dancow dua dus ukuran 400 gr, dan satu bungkus teh celup sari wangi.
Menurut Fredy, dengan bantuan yang disalurkan setahun lalu itu, menandakan Puput sudah terdata di Dinas Sosial Kabupaten Bone Bolango.
Hanya dengan dalih keterbatasan anggaran, bantuan bahan pangan seperti itu untuk Puput pun pupus, dan hanya sekali diberikan.
Kedepan, kata Fredy, ia memastikan tidak tinggal diam dengan kondisi Puput semacam itu, dan menjadikannya perhatian.
Apalagi kata Fredy, persoalan tumbuh kembang anak menjadi salah satu hal urgen yang diprioritaskan pemerintah di dalam menangani dampak dari adanya kemiskinan ekstrim.
Kendati dengan kondisi Puput yang seperti itu, Fredy belum bisa memastikan jika Puput masuk kategori stunting, apalagi kata dia, hanya karena dilihat dari tumbuh kembang dan berat badannya itu saja.
Menurutnya, justru masih butuh penanganan lebih lanjut guna memastikan kondisi anak tersebut.
“Tapi kita tetap menjadikan ini perhatian, cuma sayangnya kita belum bisa menyimpulkan apakah dia stunting atau tidak, “ujar Fredi, yang didampingi stafnya saat ditemui wartawan, kemarin.
Fredy sekilas menjelaskan mengenai permasalahan stunting. Dimana menurutnya jika stunting maka ada ukurannya sendiri.
Untuk menyimpulkan seorang anak mengalami stunting dapat mulai dilihat dari sejak ia lahir yang berat badannya hanya dibawah 3 Kg dan panjang dibawah 40 cm.
“Kalau yang ini sudah terlambat menentukan apakah dia stunting karena usianya sudah 12 tahun,”ujarnya. (csr)












Discussion about this post