gorontalopost.id – Lalu lalang truk berukuran jumbo, bermuatan peti kemas, menjadi pemandangan biasa di kawasan pelabuhan Gorontalo. Apalagi kalau berdiri di balkon kantor Pelindo Gorontalo yang menghadap tepat ke bagian dermaga. Tak hanya truk dengan roda banyak itu, tapi aktivitas di atas kapal yang sandar di dermaga satu, dermaga dua, dan dermaga tiga juga begitu nampak.
Pelabuhan Gorontalo yang berdiri di muara Sungai Bone Kota Gorontalo ini, memiliki tiga dermaga. Dermaga satu dengan panjang kurang lebih 60 meter, tepat di depan kantor Pelindo itu, sebagai dermaga kapal penumpang dan cargo, dermaga dua di bagian depan sebelah kiri kantor Pelindo untuk aktivitas kapal cargo, serta dermaga tiga yang telah dilengkapi dengan fixed crane dikhususkan untuk kapal bermuatan peti kemas.
Seperti, Rabu (20/9) siang, di sisi kiri gedung kantor Pelindo, terlihat tumpukan peti kemas lengkap dengan forklip yang hilir mudik mengangkut kotak besi raksasa itu. Jika pandangan lebih ke ujung kiri, atau tepat di dermaga tiga pelabuhan Gorontalo, terdapat dua unit fixed crane biru, yang sedang bongkar muat peti kemas dari KM.Selaras Mas, kapal peti kemas yang baru tiba di pelabuhan Gorontalo, rabu pagi. “300 boks (peti kemas), itu proses bongkar muatnya saat ini tidak lebih dari 24 Jam. Rata-rata 18 jam, kapal sudah kembali meninggalkan pelabuhan,”kata Wulu Herdiansyah, manager umum PT Pelindo Gorontalo, saat menerima Gorontalo Post berkunjung ke Pelindo Gorontalo, Rabu siang.

Sambutannya begitu bersahabat, Wulu Herdiansyah menjelaskan tentang perubahan drastis yang terjadi di Pelindo dalam dua tahun terakhir, lebih tepatnya, setelah merger PT Pelindo. Terutama kata dia, soal pelayanan pelabuhan. “Seperti bongkar muat itu. Kalau dulu itu bisa dua-tiga hari, saat ini lebih cepat. Ya, transformasi pelayanan benar-benar kita terapkan,”ujarnya.
Untuk membuktikan aktivitas bongkar muat yang cepat itu, Wulu mengajak melihat ruang planning and control Pelindo Gorontalo. Di ruangan berukuran 6×3 meter dengan suhu cukup dingin itu, terdapat Riswanto dan tiga rekanya yang sedang bekerja. Riswanto dan rekannya merupakan operator planning and control, mereka menjadi penentu cepat dan lambatnya bongkar muat di pelabuhan.
Riswanto dan rekan-rekanya begitu cekatan, mereka memperhatikan monitor komputer yang ada di depan masing-masing. Ada empat monitor komputer di meja mereka. Selain monitor komputer, terdapat handy talky (HT), kerap kali suara keluar dari HT warna hitam itu. Riswanto kemudian menyahutinya, sambil memperhatikan monitor komputer tadi. Komunikasi antara planner (petugas planning and control) dari ruang planning and control, dan petugas yang ada di dermaga begitu penting, instruksi mengalir dari ruang kontrol yang kemudian dijalankan petugas di lapangan. “Begitu approve, (perintah) jalan. Sudah tahu peti kemas mana yang mau diangkut, perintahnya dari ruangan ini. Jadi operator fixed crane tahu apa yang dia kerjakan setelah ada instruksi dari ruang kontrol,”jelas Wulu Herdiansyah, didampingi supervisi operasional PT Pelindo Gorontalo Juandri Welong saat berada di ruang planning and control.
Riswanto dan kawan-kawanya itu, memang sudah menerima data semacam manifes kontainer dari kapten kapal dua hari sebelum kapal direncanakan tiba di pelabuhan Gorontalo. Dari manifes itu kemudian mereka membuat perencanaan (planning) bongkar muat. Sehingganya, begitu kapal berlabuh, sudah bisa diketahui apa yang harus dilakukan oleh Riswanto dan kawan-kawanya. Adanya perencanaan semacam itu, menambah percepatan proses bongkar muat peti kemas dari kapal.
Masih di ruangan planning and control, terlihat sesekali Riswanto dan rekannya menatap ke depan, bukan di layar kompur yang tepat di depan mereka, tapi di layar yang lebih lebar. Layar besar itu merupakan empat layar jombo yang disatukan, menampilkan 32 gambar yang ukuranya lebih kecil. Monitor dengan ukuran sekira 2×2 meter itu merupakan layar panel control CCTV, yang memantau semua aktivitas pelabuhan 24 jam. Dari bongkar muat di kapal, maupun aktivitas di depo peti kemas, yang berjarak sepelemparan batu dari gerbang masuk kawasan Pelindo, semua terekam dari kamera pemantau.
Saat itu, salah satu gambar CCTV diperbesar, sangat nampak aktivitas operator fixed crane memindahkan peti kemas dari KM Selaras Mas ke dermaga tiga, di dermaga sudah siap truk kontainer 12 roda menanti muatan kotak besi itu. Dari gambar CCTV yang terlihat di monitor, tumpukan peti kemas di haluan KM Selaras Mas nampak tersisa sedikit, artinya tidak lama lagi proses bongkar selesai, yang kemudian dilanjutkan proses muat. “Setelah itu, kapal berlayar lagi,”jelas Wulu Herdiansyah.
DIGITALISASI PERCEPAT PORT STAY
Aktvitas bongkar muat yang cepat itu, ternyata juga didukung dengan digitalisasi yang mulai diterapkan Pelindo. Perusahaan operator pelabuhan terbesar di tanah air ini berkomitmen mempermudah pelayanan melalui digitalisasi. Pelindo Gorontalo menerapkan aplikasi bernama P-TOS atau pelindo terminal operating system. P-TOS dikoneksikan bersama seluruh pelanggan Pelindo, yakni perusahaan pelayaran dan para jasa pengurusan transportasi (JPT) yang ada di Gorontalo, jumlahnya mencapai 26 perusahaan JPT.
Lewat digitalisasi, aktivitas pelabuhan pun terasa sangat simpel, dan non-paper. Misalnya, antara operator planning and control, dan operator yang ada di lapangan. Yang di lapangan semua telah menggunakan tab, sehingga ‘perintah’ dari planner bisa langsung dikerjakan. “Ya tadi itu, begitu approve dari planner, operator crane atau forklip sudah tahu kontainer nomor berapa dan sebelah mana yang akan diangkut. Perintahnya secara digital, tidak makan waktu,”ujar Wulu Herdiansyah.
Apalagi selain digitalisasi itu, peralatan Pelindo Gorontalo sudah sangat mampuni, karena telah dilengkapi dengan fixed crene dua unit, dan forklip tiga unit, masing-masing satu unit kapasitas 32 ton, dan dua unit dengan kapasitas tujuh ton. “Kami memaksimalkan semua infastruktur yang dimiliki Pelindo untuk proses bongkar muat, sehingga kadang memang crane yang di kapal itu tidak difungsikan sama sekali,”tambah Riswanto.
Ia kemudian menjelaskan tentang kemudahan layanan Pelindo saat ini bagi para JPT di Gorontalo. Melalui aplikasi P-TOS tadi, para JPT tak perlu datang ke pelabuhan untuk sekadar pengurusan administrasi, sebab semuanya sudah disiapkan lewat aplikasi, jadinya loket yang berada di kantor Pelindo benar-benar sepi. “Sebelum ini mereka harus datang, antri di loket, lakukan pembayaran cahs, cek kontainer-nya. Sekarang, tiduran di rumah pun atau sambil ngopi, urusan bongkar muat kontainer itu bisa selesai. Bayarnya juga sudah non tunai, sangat mudah,”ujar Riswanto.
Dengan layanan seperti itu, maka lalu lintas barang melalui pelabuhan Gorontalo sangat lancar, dampaknya adalah ketersediaan barang tidak terhambat, dan harga juga akan relatif terkendali, muaranya ekonomi di Gorontalo dipastikan akan terus bergerak naik. “Karena biaya pengiriman bisa lebih murah,”tambah Wulu Herdiansya. Dijelaskanya, ongkos kirim barang jelas turut mempengaruhi harga barang. Dengan port stay yang lebih singat di pelabuhan, berarti biaya operasional kapal dan ekspedisi bisa dipangkas, hal itu berdampak pada biaya pengiriman barang. “Seperti itu peran Pelindo turut membantu pergerakan ekonomi di daerah, kami berkomitmen memberikan pelayanan terbaik dengan port stay yang singkat bagi kapal-kapal, agar tidak berdampak pada biaya pengiriman barang,”jelas Wulu Herdiansyah.
Memang, biaya pengiriman logistik atau barang di tanah air, beberapa tahun lalu sempat dikeluhkan Presiden Joko Widodo. Ia menilai biaya logistik di Indonesia masih kalah bersaing dengan sejumlah negara lainya di Asia Tenggara. Salah satu pemicunya adalah ruwetnya birokrasi pelayanan logistik. Kepala negara, kemudian memerintahkan untuk menyederhanakan semua birokrasi pelayanan logistik itu melalui platform digital agar lebih efisien. Hal itu yang ternyata telah diterapkan Pelindo sejak merger perusahaan, yang pada 1 oktober 2023 nanti tepat berusia 2 tahun.
Transformasi Pelindo dengan layanan yang lebih baik itu, diakui perusahaan jasa pengurusan transportasi (JPT) di Gorontalo. Salah satunya PT. Armada Berkat Anugerah, ekspedisi bongkar muat kapal laut. Noldiyanto Umar, operasional PT Armada, mengaku pihaknya tak pernah lagi antri di loket Pelindo, setidaknya dalam dua tahun terakhir. Padahal kata dia, dulu, ia pasti stay di kantor Pelindo, berebut cepat dengan JPT yang lainya agar mendapat antrian lebih dulu. “Datang dulu ke loket, daftar, yakni ajukan nomor kontainer mana yang akan diangkut. Lalu masukkan invoice pembayaran. Setelah keluar job pembayaran, lalu job slip kontainer ke operator untuk pengangkutan kontrainer. Semuanya manual, jelas butuh waktu lama,”kata Noldiyanto Umar, ditemui rabu sore.
Kini untuk proses itu tidak lagi dilakukan, semua serba digital. Melalui aplikasi P-TOS, pihaknya tinggal klik kebutuhan di Pelindo, semua urusan bongkar muat beres. “Di aplikasi itu, kita invoice di-approve, keluar job ke operator untuk pengangkutan kontainer dalam bentuk digital. Setelah itu kontainer keluar dari pelabuhan. Begitu juga untuk proses muat. Sangat mudah,”ujarnya.
Perusahaanya, kata dia, setiap hari rata-rata menangani peti kemas barang mencapai 25-40 kontainer. “Tapi hari ini hanya ada 17 kontainer. Tujuanya Surabaya dan Jakarta,”paparnya. Ia mengaku, dengan kemudahan yang diberikan Pelindo, aktivitas pengiriman dan penerimaan barang sangat lancar. Menurut dia, perusahaanya biasanya menangani berbagai macam jenis layanan barang, paling banyak adalah barang-barang kebutuhan harian masyarakat Gorontalo yang dipasok dari Jakarta dan Surabaya. “Ada juga pakan, karena kami ada gudang pakan. Memang kalau pengiriman tersendat, itu sangat pengaruh. Tapi alhamudulillah selama ini tidak, layanannya juga sangat baik saat ini,”katanya.
Hal itu turut dirasakan salah satu perusahaan percetakan di Gorontalo. Direktur Gorontalo Printing, Haryono, mengaku, saat ini pihaknya tak ada kendala dalam pengiriman kertas dan kebutuhan percetakan lainya seperti vinyl baliho yang didatangkan dari Surabaya. “Kita bayar dulu barangnya di Surbaya baru dikirim. Nah kalau barang itu terlambat sampai di Gorontalo, itu mengganggu sekali operasional. Itu pernah terjadi, dulu, tapi sekarang tidak lagi. Pesan saat ini, hari dan waktu kedatanganya sudah bisa diprediksi. Sehingga kami bisa juga memprediksi bahan baku ini akan terisi lagi sebelum habis,”terangnya.
Ia menceritakan pengamanya dulu, percetakan tidak bisa jalan, lantaran bahan baku seperti kertas masih di dalam kontainer di atas kapal. “Padahal kapalnya sudah di Gorontalo, tapi belum bongkar muat,”ujarnya. Ia bersyukur, layanan di pelabuhan yang dikelola Pelindo semakin baik. “Karena terus terang, kalau itu terganggu, akan turut berdampak bagi usaha-usaha yang ada di Gorontalo,”paparnya.
PICU PERTUMBUHAN EKONOMI
Pelabuhan Gorontalo yang dikelola Pelindo, menjadi nadi pertumbuhan ekonomi di Gorontalo dan sekitarnya. Pelabuhan ini sudah ada sejak dulu, bahkan dalam sejarah di tahun 1800an, kapal-kapal besar milik pemerintah Belanda selalu berlabuh di Gorontalo. Salah satunya adalah kapal uap Noah V, yang datang mengangkut hasil bumi seperti kopra, damar, kayu, dan rotan.
Apalagi, pelabuhan ini merupakan pelabuhan terbesar di kawasan Teluk Tomini, teluk terbesar di Indonesia yang membentang di 13 Kabupaten/kota dari Provinsi Gorontalo, Sulawesi Utara, dan Sulawesi Tengah. Distribusi logistik, arus barang dan orang dari daerah-daerah ini, berpusat di pelabuhan Gorontalo.
Logistik yang dikirim dari Jakarta, Makassar, maupun Surabaya, berlabuh melalui pelabuhan Gorontalo, yang selanjutnya didistribusi ke daerah-daerah sekitar. Begitu pun dengan barang-barang yang dikirim ke daerah-daerah di Jawa, seperti bungkil kelapa, kayu, jagung dan hasil bumi lainya dari kawasan teluk tomini, menggunakan jasa pelabuhan Gorontalo. Dalam data Badan Pusat Statistik (BPS) Provinsi Gorontalo, untuk triwulan II tahun 2023, pertumbuhan ekonomi Gorontalo tumbuh 4,25 persen (year on year), hal itu dipicu oleh kategori perdagangan besar dan eceran. Bicara perdagangan, jelas tak lepas dari peran distribusi logistik melalui pelabuhan.
Kepala BPS Mukhamad Mukhanif mengatakan, pertumbuhan tertinggi mencapai 11,25 persen oleh kategori perdagangan besar dan rceran, reparasi mobil, dan sepeda motor. Dari sisi pengeluaran, pertumbuhan tertinggi berada pada komponen ekspor barang dan jasa yang tumbuh sebesar 5,97 persen. “Jadi pertumbuhan ekonomi 4,25 persen sebenarnya lumayan tinggi kalau kita bandingkan dengan provinsi lain,”ungkap Mukhanif. Kini, dengan transformasi Pelindo pasca merger, tidak saja berdampak pada makin membaiknya layanan Pelindo sebagai operator pelabuhan, tapi turut menggerak perekonomian di daerah, para pelaku usaha mengakui itu. (tro)











Discussion about this post