Gorontalopost.id – Penembakan seorang anak muda berusia 17 tahun di Nanterre, wilayah pinggiran kota Paris, pada Selasa, 26 Juni lalu, telah memicu kerusuhan di berbagai kota di Prancis. Remaja tersebut, bernama Nahel M, ditembak oleh seorang polisi Prancis setelah mobilnya dihentikan karena diduga melanggar lalu lintas.
Respon terhadap insiden ini awa lnya beragam dari pemerintah Prancis. Namun, setelah video penembakan Nahel menyebar, Presiden Emmanuel Macron, Perdana Menteri Élisabeth Borne, dan Menteri Dalam Negeri Gérald Darmanin secara tegas mengutuk tindakan petugas tersebut.
Beberapa pihak mengkritik perubahan sikap para pejabat pemerintahan, menganggapnya sebagai upaya untuk menghindari eskalasi lebih lanjut dari kerusuhan yang terjadi selama tiga malam berturut-turut. Namun, Presiden Macron dengan tegas mengutuk tindakan yang tidak dapat dimaafkan oleh petugas polisi yang menembak Nahel, menyatakan bahwa tidak ada alasan yang bisa membenarkan kematian seorang anak muda.
“Saya merasa sedih dan memberikan dukungan kepada keluarga Nahel dan orang-orang terkasih,” tambah Macron.
Perdana Menteri Élisabeth Borne, dalam pidatonya di Senat, mengungkapkan bahwa tindakan yang dilakukan oleh petugas tersebut adalah pelanggaran terhadap hukum yang berlaku.
Video penembakan Nahel yang beredar telah mengubah pendapat Presiden Emmanuel Macron. Ia menyatakan bahwa penembakan tersebut tidak dapat dimaafkan setelah melihat rekaman tersebut. Menteri Dalam Negeri Prancis, Gérald Darmanin, menyebut rekaman video tersebut sangat mengejutkan dan tindakan polisi tidak mematuhi instruksi dan hukum negara.
Kasus penembakan Nahel bukanlah yang pertama kali terjadi di Prancis. Pada masa sebelumnya, seorang remaja Guinea berusia 19 tahun juga ditembak mati di Prancis. Pada tahun 2022, tercatat 13 kasus penembakan fatal oleh polisi terkait pelanggaran peraturan hukum. Hanya lima petugas polisi yang didakwa atas kasus-kasus tersebut.
Rekaman penembakan Nahel yang diambil oleh para pengamat tersebar luas di media sosial beberapa jam setelah kematian Nahel. Video tersebut memperlihatkan dua petugas berdiri di samping mobil Nahel dan menunjukkan bahwa tidak ada ancaman langsung kepada petugas seperti yang diklaim sebelumnya. Selain itu, rekaman tersebut juga menunjukkan adanya audio yang memuat ancaman dan pernyataan tidak pantas yang dilontarkan oleh petugas terhadap Nahel.
Insiden penembakan ini telah menciptakan kecaman publik yang luas terhadap tindakan polisi dan menimbulkan protes dan kerusuhan di Prancis. Pemerintah Prancis sedang melakukan penyelidikan lebih lanjut untuk mengungkap kebenaran dan memastikan keadilan atas kasus ini.












Discussion about this post