GORONTALO – GP – Migrasi siaran televisi analog ke siaran digital sudah berlangsung, bahkan sesuai ketentuan siaran analog sudah dimatikan sejak 2 November 2022. Sebagai penunjang program itu, masyarakat miskin mendapatkan bantuan berupa dekoter penangkap siaran digital, yakni set top box (STB). Hanya saja, hingga kini pembagian STB belum dilakukan, progresnya masih sangat rendah. Akibatnya, siaran analog di Gorontalo masih tetap dilakukan.
Untuk Gorontalo, data Kementerian Kominfo, menyebutkan jatah STB gratis di daerah ini sbeanyak 22.565 unit. Tersebar di lima kabupaten/kota kecuali Kabupaten Pohuwato. Rincinya, Kota Gorontalo sebanyak 12.333 unit, Bone Bolango sebanyak 2.794 unit, Gorut 866 unit, Kota Gorontalo 3.031 unit, dan Boalemo sebanyak 1.541 unit. STB tersebut merupakan tanggungjawab dua lembaga penyiaran swasta (LPS) yakni MNC dan Transcop yang merupakan pemegang multipleksing di Gorontalo. Data di Kemkominfo menunjukkan pendistribusian berjalan lambat baru sekitar puluhan hingga ratusan unit dari total 22.565 unit. “Maunya kami semua kebutuhan STB dibantu pemerintah supaya ASO bisa selesai. Kami terbatas juga karena hanya satu juta unit yang disetujui,”ujar Direktur Pengembangan Pita Lebar, Marvels Situmorang, saat menerima tim Dinas Kominfotik Provinsi Gorontalo, di kantornya, pekan lalu.
Menurut dia, Kemenkominfo bersama kementrian terkait sudah melakukan pemetaan calon warga miskin penerima STB di 341 kabupaten/kota terdampak, termasuk lima daerah di Gorontalo. Jumlah penerima merujuk data Pensasaran Percepatan Penghapusan Kemiskinan Ekstrem (P3KE) tahun 2021. Dari sekitar 5,7 juta penerima STB, anggaran Kemkominfo yang disetujui hanya Satu Juta unit sisanya dibebankan kepada LPS.
“STB berasal dari penyelenggara multipleksing. Hitung hitungan kita kisaran rumah tangga miskin 341 kabupaten terdampak 173 tidak terdampak. Sasaran target 5,7 – 6 juta”.
“Pemerintah mengusulkan awalnya 3 juta (dibantu melalui APBN). DPR sudah setuju, Kementrian Keuangan hanya menyanggupi 1 juta. Dari 1 juta tahun kemarin sudah selesai kebetulan hanya didistribusi di kota besar seperti di Jabodetabek, Bandung dan sekitarnya sebagian, Semarang sebagian, Surabaya sebagian dan lainnya,” beber Marvels.
Marvels menyebut kelanjutan dari penerapan ASO di Indonesia, masih ditunda. Selain mempertimbangkan kondisi ekonomi, faktor sosial politik juga menjadi pertimbangan. Masyarakat masih bisa menggunakan siaran analog berbarengan dengan siaran digital. (tro)











Discussion about this post