Gorontalopost.id – Harga telur di Gorontalo hingga kini belum mengalami penurunan. Para pedagang mengaku mengambil telur dengan harga tinggi di tingkat agen hingga kandang.
Pantauan Gorontalo Post hingga saat ini, harga telur masih cukup tinggi tak jauh berbeda dengan kondisi nasional yang juga terus naik harganya. Per bak ukuran kecil Rp55 ribu, ukuran sedang Rp65 ribu, dan ukuran jumbo dipatok hingga Rp73 ribu.
“Untuk stok saat ini yang ada itu cuma ukuran kecil, kalau ukuran sedang dan besar sudah habis dibeli pemerintah untuk program bantuan,” kata Syarif, pedagang di pasar Rabu.
Ia menuturkan, dalam sehari telur yang terjual cukup banyak. Mencapai 80 bak. Sementara untuk stok menipis. “Saya pengambilan itu banyak dari langganan, pemilik rumah makan dan UMKM yang memproduksi kue,” tuturnya.
Yanto, pedagang lainnya juga menuturkan, stok yang diperoleh setiap hari hanya sebamyak 50 bak saja, sementara biasanya mencapai 125 bak. “Stok sedikit karena telur rata rata sudah langsung laku di kandang,” tuturnya.
Sementara itu, sudah beberapa minggu terakhir harga komoditas telur terus mengalami kenaikan secara nasional. Dikatakan bahwa harga telur saat ini merupakan yang tertinggi dalam sejarah 5 tahun terakhir.
Berdasarkan pantauan detikcom di situs https://infopangan.jakarta.go.id/, hari ini harga rata-rata telur di wilayah DKI Jakarta mencapai Rp 31.046/kg.
Harga serupa juga ditemukan detikcom melalui situs https://ews.kemendag.go.id/. Berdasarkan situs Kemendag tersebut, per 23 Agustus kemarin harga telur nasional mencapai Rp 31.000/kg.
Sedangkan pada situs klikindomaret harga telur ayam negeri isi 10 berada di Rp 21.500. Begitu pula pada situs Alfagift harga Telur Ayam Pack 10 pcs mencapai Rp 21.200.
Sebagai informasi, sebelumnya Ketua Umum DPP IKAPPI Abdullah Mansuri mengatakan kenaikan harga telur itu merupakan yang tertinggi dalam sejarah 5 tahun terakhir. Dia meminta Kementerian Perdagangan dapat menyelesaikan persoalan tersebut.
“Menurut kami ini harga tertinggi dalam sejarah 5 tahun terakhir Kementerian Perdagangan bekerja. Kami berharap agar persoalan di lapangan seperti persoalan pangan, petelur, persoalan distribusi menjadi persoalan yang fokus harus diselesaikan, bukan lari dari persoalan,” kata Abdullah dalam keterangan tertulis, Selasa (23/8).
IKAPPI meminta kepada Kementerian perdagangan untuk melakukan upaya-upaya lanjutan, tidak hanya ber-statement yang justru akan membuat kegaduhan.
“Upaya-upaya ini diharapkan adalah mengumpulkan peternak-peternak besar atau petelur-petelur besar dalam rangka mencari solusi dan langkah apa yang harus dilakukan ke depan, bukan justru menyampaikan bahwa supply berlebih dan kita tidak boleh ribut,” ujarnya.
Abdullah menyebut keributan soal kenaikan harga telur karena adanya jeritan dari emak-emak yang terus mengalir kepadanya. “Sehingga kami mau tidak mau harus mendorong agar pemerintah mencarikan solusi,” imbuhnya.
Seperti diketahui, telur adalah komoditas yang cukup besar permintaannya di masyarakat. Harga yang tinggi menyebabkan masalah di masyarakat.(dan/net)












Discussion about this post