Gorontalopost.id – Mau lihat keindangan Gorontalo Utara ?, datang ke festival saronde. Begitu kalimat yang terpampang pada website indonesia.travel, situs yang memuat kelander event pariwisata di Indonesia. Festival pesona saronde, menjadi salah satu event pariwisata paling populer di Gorontalo.
Setiap tahun digelar di pulau eksotis yang berada utara pulau sulawesi itu. Tahun ini festival saronde baru saja berlangsung, 9-10 Juni 2022. Festival yang dirangkaikan dengan launching pulau saronde sebagai pariwisata private itu, bisa jadi festival saronde yang terakhir digelar di pulau tersebut. Mininal untuk 30 tahun kedepan.
Sebab, pulau saronde kini tak bebas lagi diakses publik, setelah Pemerintah Kabupaten Gorontalo Utara (Gorut) menyerahkan pengelolaan pulau saronde ke investor asing asal Jerman. Lama kontrak pulau Saronde selama 30 tahun. Oleh investor, saronde dijadikan sebagai pulau private yang hanya bisa diakses oleh turis mancanegara.
“Keputusan, Saronde premium, most and beautiful island. Mohinggito silahkan (turis) lokal, atau semua pulau lain,”ujar Mrs Anke Andree, investor Jerman yang mengelola pulau tersebut. Kata dia, saat ini karena masih tahap promo, ke Saronde dikenakan tarif Rp 5 juta per hari, tapi pihaknya mematok setiap turis yang datang harus stay minimal tiga hari, atau membayar Rp 15 juta.
Beda lagi ketika seluruh fasilitas seperti bar, spa, dan restoran selesai dibangun, harganya akan lebih mahal. Selain itu, jumlah pengunjung setiap cottage villa, maksimal dua orang.
Dengan konsep premium dan private seperti itu, maka bisa jadi sulit bagi Pemerintah Daerah menyelenggarakan festival saronde di pulau saronde. Sebab festival saronde menjadi ajang pariwisata gratis yang mengundang banyak orang. Menyikapi hal itu, Plt Bupati Gorontalo Utara, Thariq Modanggu, memastikan festival saronde tetap bisa digelar, tapi dengan diversifikasi pariwisata, yakni tak hanya festival saronde, tapi ada juga festival pulau dionumo, festival mohinggito dan festival yang lainya.
“Sehingga akses lokal lebih besar disitu, kira-kira begitu,”ujar Thariq. Menurut Thariq dengan festival sorende, masyarakat bisa melihat lagi pulau ini, sebab jika maka akses ke pulau saronde akan sulit. “Saya kira itu tidak tepat (tanpa festival saronde). Karena, Saronde ini adalah milik daerah.
Meskipun ini sudah dikerjasamakan dengan pihak asing, tetapi minimal dengan Festival ini ada momen, di mana masyarakat umum bisa melihat langsung pulau ini. Artinya, kalau tidak ada lagi Festival Pesona Saronde, maka sudah sulit akses masuk. Apalagi ini hanya setahun sekali,”tandasnya.
Kepala bagian tata pemerintahan (Tapem) Setda Gorontalo Utara, Marzuki, juga menanggapi nasib festival saronde pasca pulau berpasir putih itu dikelola investor asing. Menurutnya, pelaksanaan kegiatan (Pemda) di lokasi itu tetap bisa.
Untuk festival saronde yang digelar setiap tahun, tetap akan berlangsung tahun depan. Tapi karena pulau saronde dikelola profesional oleh investor,maka festival saronde bisa jadi digelar di pulau lain. Misalnya di Festival Saronde di Pulau Mohinggito.
“Dengan pertimbangan saronde itu telah dikelola secara profesional tentu kita menyelenggarakan festival saronde tapi pelaksanaannya di Mohinggito, ini kan saronde ring” ujarnya.(abk/tro)











Discussion about this post