Gorontalopost.id – Lapangan porbat di Desa Payunga, Kecamatan Batudaa, Kabupaten Gorontalo dipadati warga, Ahad (17/4) malam. Dua hari sebelum itu, kawasan ini memang sudah ramai, didatangi ribuan warga untuk berburu pisang dan kacang.
Aktivitas seperti ini sudah menjadi tradisi, setahun sekali, atau hanya ada setiap pertengahan bulan ramadan. Masyarakat menyebutnya, malam qunut.
Tradisi malam qunut dengan makan kacang dan pisang di Batudaa sudah turun temurun, dan menjadi salah satu tradisi selain malam tumbilotohe saat tiga hari jelang Idul Fitri.
Dalam beberapa pendapat yang diperoleh, tradisi ini sudah ada sejak jaman leluhur, biasanya saat malam qunut, warga melakukan ritual mandi membersihkan dosa, ada sebuah sumur yang dijadikan tempat mandi di wilayah ini.
Karena ramai didatangi warga, banyak warga dari area pegunungan yang turun kemudian menjajakan pisang dan kacang. Kini yang tersisa adalah kebiasaan menjual dan makan kacang dan pisang, sementara ritual mandi tak lagi ada.
“Sudah dari dulu malam qunut di Batudaa selalu ramai, saya sengaja datang ke sini untuk melihat keramaian, juga beli kacang dan pisang,”kata Bakri Ali, salah satu pengunjung.
Pemerintah Kabupaten Gorontalo, belakangan mengemas tradisi ini dalam bentuk festival. Tradisi makan pisang dan kacang saat malam qunut dinilai menjadi potensi pariwisata.
“Akan kita masukkan dalam agenda pariwisata tahunan,” ujar Wakil Bupati Gorontalo, Hendra Hemeto yang juga hadir menikmati kacang dan pisang di malam qunut Batudaa.
Kata dia, tahun ini pelaksanaan festival qunut nyaris tak dapat izin, terjadi perdebatan sebab masih dalam kondisi pandemi Covid-19.
“Tapi setelah kita rundingkan, keputusan pak bupati festival ini bisa dilaksanakan di dua lokasi. Dan saya bangga serta bahagia melihat antusias warga yang meramaikan festival ini,” tutur Wabup.
Tradisi malam qunut, tidak saja menyedot kunjungan warga, tapi terjadi perputaran ekonomi masyarakat di lokasi itu. Selain pedagang pidang dan kacang yang memang telah disiapkan stand masing-masing, sejumlah pedagang lainya juga hadir dan memberi warna festival qunut tahun ini.
“Ada yang sampai Rp 50 juta perputaran uangnya, ini l;uar biasa. Manfaatnya untuk sektor ekonomi sangat besar,”katanya.
Harga pisang dan kacang pada festival ini cukup murah, satu tandan pisang biasnya Rp 20 ribu hanya dijaul Rp 15 ribu, begitu pun kacang kulit yang biasanya Rp 15 ribu hanya dijual Rp 10 ribu. (mg-11/nat)












Discussion about this post