Stunting Persoalan Serius, Penanganan Libatkan Lintas Sektor

GORONTALO–GP – Prevalansi stunting di Gorontalo masih cukup tinggi, berada diangka 29 persen (studi status gizi 2021) dan diatas rata-rata nasional, bahkan sangat tinggi dari toleransi maksimal stunting yang ditetapkan WHO. Presiden Joko Widodo, melalui Peraturan Presiden nomor 72 tahun 2021, menargetkan tahun 2024, stunting di Indonesia harus berada dibawah angka 14 persen.

Wakil Gubernur Gorontalo, Idris Rahim, saat membuka rapat koordinasi percepatan penurunan stunting di Hotel Damhil, Kota Gorontalo, Senin (21/2), menyebut, stunting merupakan persoalan yang sangat serius, menanganinya dengan capaian target yang ada juga bukan urusan mudah, butuh keseriusan lintas sektor, termasuk pemerintah Kabupaten/kota. Wagub Idris Rahim mengatakan, stunting berdampak langsung terhadap kualitas sumber daya manusia.

Stunting kata dia, merupakan gangguan pertumbuhan dan perkembangan anak, akibat kekurangan gizi kronis dan infeksi berulang, yang ditandai dengan tinggi badanya berada dibawah standar. “Stunting identik dengan pendek, tapi pendek belum tentu stunting. Dampak jangka pendek stunting adalah terganggunya perkembangan otak, kecerdasan, gangguan pertumbuhan fisik, dan metabolisme,”ujarnya.

Dampak jangka panjang adalah menurunya kemampuan perkembangan kognitif otak anak, kesulitan belajar, termasuk kekebalan tubuh lemah, begitu dewasa tak memiliki daya saing. Wagub lantas menyebut angka stunting disetiap daerah, tertinggi ada di Kabupaten Pohuwato yakni 34,6 persen, dan paling rendah di Bone Bolango 25,1 persen. Wagub berharap dengan Perpres 72/2021 semua terkoordinasi dan bertanggungjawab dalam menangani stunting. “Ini persoalan serius dan berat,”kata Idris Rahim, yang mengapresiasi BKKBN Provinsi Gorontalo yang telah membentuk 986 tim pendamping keluarga (TPK) hingga ketingkat kelurahan dan desa. TPK sendiri untuk mendukung percepatan penurunan stunting, dibentuk di seluruh desa dan kelurahan terdiri dari bidan, kader PKK, dan kader KB.

Kepala BKKBN Provinsi Gorontalo Hartati Suleman mengungkapkan, jumlah TPK yang sudah terbentuk di Provinsi Gorontalo sebanyak 986 tim. Rinciannya, Kabupaten Gorontalo 303 tim, Boalemo 114 tim, Pohuwato 123 tim, Bone Bolango 175 tim, Gorontalo Utara 124 tim, dan Kota Gorontalo 147 tim.

“Kami akan menyelenggarakan penguatan kapasitas bagi seluruh TPK secara berjenjang melalui kegiatan pelatihan teknis dan orientasi, serta pengenalan aplikasi Elsimil atau elektronik siap nikah dan hamil yang nantinya akan menjadi perangkat dalam pelaksanaan pendampingan keluarga risiko stunting,” kata Hartati. (tro*)

Comment