TOKYO – GP- Sebagian besar tim Indonesia mulai berlaga pada hari pertama,Olimpiade Tokyo, Sabtu (24/7). Windy Cantika Aisah, atlet angkat besi nasional, yang berhasil mempersembahkan medali pertama untuk Indonesia. Pada debutnya di ajang Olimpiade, lifter putri berusia 19 tahun itu menyumbang medali perunggu untuk tim Merah Putih.
Windy, yang turun di kelas 49kg, mencatatkan total angkatan 194kg, dengan snatch 84kg dan clean and jerk 110kg. Sempat menghadapi kesulitan saat melakukan angkatan snatch, Windy berhasil menebus langsung kegagalan tersebut saat melakukan angkatan clean and jerk dengan keberhasilan dalam tiga kesempatan. Dia dengan mudah mengangkat angkatan dimulai dengan 103kg, 108kg, hingga 110kg, dan memastikan medali perunggu untuk Indonesia.
“Alhamdulillah, senang sekali karena pada umur 19 tahun sudah bisa ikut Olimpiade dan menyumbangkan medali,” ujar Windy
“Ini menjadi kejutan apalagi ini Olimpade pertama saya. Saya tidak menyangka bisa dapat medali.” Medali yang dipersembahkan oleh Windy tersebut membuat Indonesia saat itu berada di peringkat ke-19, sejajar dengan negara besar, seperti Prancis, dengan satu medali perunggu.
Di tanah air, Siti Aisah tak dapat menahan air mata saat menyaksikan putrinya Windy Cantika meraih sukses di Olimpaide 2020 Tokyo. Kendati sekadar menyaksikan lewat layar kaca, Siti Aisah turut mengantar perjalanan kesuksesan Windy melalui untaian doa yang dilafalkannya dari rumah.
Saat Cantika dinyatakan meraih perunggu di kelas 49 kg putri, Siti Aisah mengaku meneteskan air mata bersama keluarganya. Tetesan mata haru dan bahagia melihat Cantika menjadi atlet pertama yang menyumbangkan medali bagi kontingen Indonesia tepat satu hari setelah upacara pembukaan Olimpiade Tokyo.
“Saya terus berdoa selama Cantika tampil. Dada saya berdetak sangat sangat kencang apalagi melihat Cantik sempat dua kali mengalami kegagalan di angkatan Snatch. Begitu Cantika meraih medali perunggu tak terasa air mata deras mengalir pipi saya. Begitu juga suami dan adik-adiknya yang sengaja berkumpul di rumah juga ikut meneteskan air mata kebahagiaan,” kata Siti Aisah.
“Semua itu terjadi karena teringat begitu beratnya perjuangan Cantika. Bukan hanya menghadapi lawan-lawannya lifter kelas dunia tetapi semangatnya yang sangat tinggi untuk bisa meraih prestasi. Padahal, Cantika itu sempat positip Covid-19 dan harus menjalani isolasi mandiri selama sebulan di hotel. Kalau tidak salah kejadian itu pada bulan Desember 2020,” tambahnya.
Kini, semua perasaan deg-degan itu telah berakhir. Keinginan Siti Aisah yang pernah mengoleksi berbagai medali di kejuaraan internasional agar Cantika bisa lebih sukses darinya meniti karir di dunia angkat besi telah terpenuhi. Apalagi, dia sempat melihat kebahagiaan Cantika yang sukses pada penampilan perdana di Olimpiade melalui video call.
“Mama. Cantika mengucapkan terima kasih atas doa dan dukungan mama, papa serta kakak dan adik. Neng hanya bisa meraih peringkat ketiga. Itu kalimat yang diucapkan Cantika saat video call. Dan, saya langsung aja jawab. Alhamdulillah neng bisa meraih perunggu di tengah pandemi Covid-19. Video call-nya tidak bisa lama karena Cantika ingin menjawab telp dari pak Menpora Zainudin Amali,” cerita Siti Aisah.
Berbicara Cantika, Siti Aisah kembali teringat dengan barbel dari semen yang pernah jadi alat latihan Cantika saat masih kecil. “Cantika memang pernah menanyakan tentang barbel semen itu kok masih ada. Ya, itu barbel dari semen akan tetap saya simpan sebagai kenangan,” saat menutup pembicaraan.(antara/nocindonesia)












Discussion about this post