Berawal dari Bridal, Saat Pandemi Bawa Karawo ke Turki
Baru-baru ini, kain sulam khas Gorontalo, karawo, ditampilkan pada Introducing Indonesia: A Hybrid Fashion Even, diselenggarakan kedutaan besar Republik Indonesia (KBRI) Ankara, Turki. Istimewanya, even ini tak hanya diikuti para buyer fesyen di negeri transkontinental itu, namun istri Presiden Turki Recep Tayyip Erdogan, Emine Erdogan juga ikut menyaksikan peragaan kain sulam karawo.
Nama Te Thuna, terpampang jelas sebagai brand pada layar besar di lokasi fesyen show, yang berlangsung di ruang wisma Indonesia, KBRI Ankara, Rabu (7/4) lalu. Te Thuna menjadi pendatang baru dalam even fesyen berskala internasional itu, namun begitu, busana karawo hasil desainya, mampu mencuri perhatian Ibu Negara Turki, Emine Erdogan, yang menjadi tamu utama pada acara tersebut. Ada tujuh brand asal Indonesia yang tampil pada acara itu, selain Te Thuna, ada pula brand-brand beken seperti, Elzatta, Wearing Klamby, Jawhara Syari, Medina Zein, Restu Pratiwi dan Hwan Eco Ethnic.
Te Thuna sendiri tak menyangka, hasil karyanya bisa tembus ke pasar eropa. Semua kata dia, tak lepas dari peran Bank Indonesia (BI) Gorontalo, yang menjadikanya sebagai salah satu industri kreatif binaan. Pemilik nama lengkap Mohammad Ramdhan Mopangga ini mengaku, jika ia sudah tertarik dengan dunia fesyen sejak di bangku SMA. Ia memang suka menggambar, lebih tepatnya gambar sketsa busana. Begitu tamat dari SMA Negeri 1 Gorontalo pada tahun 2006, ia terus mengembangkan minatnya itu, bahkan pada tahun 2013, ia diajak kerjsama BNI Cabang Gorontalo, untuk mendesain kostum karnaval karawo.
Ia menampilkan tema kostum yang dipadukan dengan hijab. Rupanya, konsep itu membuat juri kagum, sebab kostum karnaval ternyata bisa juga dipadukan dengan hijab. Kostum desainya itu kemudian ditetapkan sebagai juara ketiga pada even karnaval karawo. “Saya senang sekali. Karena ternyata masuk juara tiga,”katanya. Tahun berikutnya, untuk even yang sama, ia bekerjasama dengan Dinas Dikbudpora, lagi-lagi desain kostumnya juara. Kali ini juara pertama.
Pada gelaran festival karawo tahun 2015, Te Tuna tak lagi terlibat dalam desain kostum karawo, ia fokus pada agenda fesyen karawo. “Banyak peserta senior, mungkin saya (desainer) yang paling muda,”ujarnya. Ia tak beroleh juara pada even itu, namun penyelenggara melabeli karyanya dengan ‘the best desainer‘. Te Tuna menampilkan desain kain sulam karawo yang sederhana, namun elegan dipandang.
Dengan desainya itu, ia kemudian dilirik Bank Indonesia Gorontalo, ia dinilai potensial, sehingga pada ajang ajang Indonesia Fashion Week (IFW) tahun 2019 di Jakarta, Te Tuna turut terlibat. Desain culture metri sulam karawo, menjadi andalanya tampil pada ajang fesyen paling bergengsi di tanah air itu. Sekembalinya dari IFW, ia mengembangkan usaha bridal, yakni khusus desain busana pengantin, dan cukup laris.
Namun, baru mulai berkembang, pandemi Covid-19 menghantam pada awal tahun 2020. Ketika itu tak ada pesta pernikahan yang boleh digelar. Itu artinya, tidak ada pesanan baju pengantin yang harus ia kerjakan. Lantas, Te Thuna mengukuti program kurasi yang diselenggarakan Bank Indonesia Gorontalo. Ada ratusan UMKM yang mengikuti program ini, namun hasil seleksi, terisa 8 UMKM untuk bidang fesyen, dan ada 25 UMKM bidang pangan.
Diantara 8 UMKM itu, termasuk Te Thuna. Bank Indonesia punya kriteria khusus untuk itu, misalnya Te Thuna harus ‘ready to wear‘ yakni busana hasil desainya sudah harus tersedia kapan saja, tak nanti menunggu dipesan. “Kami melihat ada komitmen dari Te Tuna untuk itu, dan untuk terus berkembang,” kata Sidiq Seban, staf fungsi pelaksanaan pengembangan UMKM, Keuangan Inkusif, dan Syariah, BI Gorontalo, kemarin.
Dalam program kurasi, BI memfasilitasi pelatihan, termasuk pelatihan manajemen, pembukuan, dan pemasaran. BI juga menyiapkan dan mencarikan pasar produk-produk mereka, termasuk endorsment melalui media sosial dengan melibatkan para influencer. Pada karya kreatif Indonesia (KKI) seri tiga akhir 2020, BI mengundang CEO Mode Fashion Dunia, Franka Soeria. Ia memberikan pelatihan, termasuk gambaran bagaimana kebutuhan fesyen untuk menembus pasar eropa.
Te Thuna, yang mengikuti pelatihan itu kemudian diberikan tantangan untuk mendesain karawo sesuai fesyen eropa, oleh Franka Soeria. Rupanya, hasil desain Te Thuna, menarik perhatian Franka. Singkatnya, pada Introducing Indonesia, Te Tuna ikut dipilih bersama enam brand kenamaan Indonesia. Tujuh brand itu yang dikirim ke Turki, untuk mengikuti Introducing Indonesia: A Hybrid Fashion Even.
Te Thuna, membawa desain karawo untuk diperkenalkan ke masyarakat eropa yang ada di Turki. Kegiatan itu juga dihadiri para pemilik perusahaan garmen, pemilik jaringan gerai fashion, wakil perusahaan inkubator fashion serta para blogger dan pengamat masalah busana. “Te Thuna itu sebenarnya panggilan (teman-teman) untuk saya saja. Kebetulan waktu pertukaran pemuda, mereka panggil saya Utun, pak Kadis Pendidikan (Kadis Dikbudpora, Weni Liputo) waktu itu, yang mulai panggil Thuna, jadinya te Thuna,”jelas Te Thuna. (tro/bersambung)












Discussion about this post