logo gorontalo post
  • METROPOLIS
  • PERISTIWA
  • EKONOMI BISNIS
  • SPORTIVO
  • KORAN DIGITAL
No Result
View All Result
Logo gorontalo post
  • METROPOLIS
  • PERISTIWA
  • EKONOMI BISNIS
  • SPORTIVO
  • KORAN DIGITAL
No Result
View All Result
logo gorontalo post
No Result
View All Result
Pemkot Gorontalo
Home Persepsi

Jiwa “Indonesia” di Kedalaman Laut

Jitro Paputungan by Jitro Paputungan
Tuesday, 27 April 2021
in Persepsi
0
Negeri yang Ke(gemuk)an   

Basri Amin

Bagikan ke FacebookBagikan ke TwitterBagikan ke Whatsapp

Related Post

Gorontalo, Jangan “Lari” di Tempat

Guru Pejuang di Gorontalo

Senggol-Senggolan di Pemerintahan

Subjektivitas Penilaian Hasil Capaian Kinerja ASN: Kelalaian atau Sentimen ? 

Oleh :
Basri Amin

Gugur sebagai kusuma bangsa! Pertarungan hidup 53 patriot bangsa sudah dijalani hari-hari ini oleh KRI Nanggala 402. Di kedalaman 838 meter di laut Bali, Kapal Selam buatan Jerman ini menetapkan posisi “misinya yang abadi” (on eternal patrol). Meski ia tergolong canggih, tetapi ditengarai bahwa faktor usia (40 tahun) beroperasi dan kondisi-kondisi (teknis) tertentu di “bawah laut” dan “daya tahan” kepal selam di kedalaman tertentu, memungkinkan insiden terburuk bisa terjadi.

Doa terbaik seluruh negeri telah dipanjatkan. Kekuatan armada laut Indonesia dan seluruh kapasitas militer, teknologi, dan kerjasama antar negara (tetangga) tengah bergerak. Kecanggihan teknologi Singapore, Amerika dan Australia juga sudah terlibat sejak beberapa hari lalu. Kini yang kita tunggu adalah hasilnya yang komplit. Yang terang, bukti-bukti awal dan data visual tentang insiden (duka) ini sudah terberitakan luas. Kita telah mengikutinya jam demi jam. Keadaan-keadaan terburuk, seperti: “tenggelam”, “keretakan”, “kompresi laut”, “daya tahan” (struktur) kapal, “stok oksigen”, skenario evakuasi, dst sudah sama-sama kita simak. Terbukti, tubuh-kekar KRI Nanggala 402 hancur-terbelah (News, 25/4/21).

Cobaan berat di Bulan Suci menguji Indonesia kita. Tapi kita adalah negeri (para) pejuang, yang selalu setia kepada setiap tugas. Duka mendalam disertai doa yang ikhlas hanya tertuju kepadaNya. Insya Allah, 53 para patriot bangsa kembali kepadaNya dengan kemuliaan dan dicatat sebagai syahid bersama cita-cita tanah airnya, di tengah-tengah Samudera ciptaanNya yang tak bisa dikira kekuatannya di kedalaman delapan ratus meter tersebut.

Mari merenung! Sebagai negeri maritim yang besar, Indonesia kita memang akan selamanya diuji di samudera. Teknologi (bidang) kelautan dan dirgantara adalah jawaban masa depan, baik untuk kepentingan ekonomi, energi, keamanan, mobilitas penduduk, edukasi/informasi, dan daya dukung ekosistem. Di sisi ini, kita tentu masih wajar untuk bertanya, butuhkan Indonesia punya “kapal perang” yang banyak, termasuk sejumlah kapal selam?. Logika (nasionalistik) abad ke-20 berupa kedaulatan teritorial dan perlindungan tanah air Indonesia memang merupakan acuan utama mengapa kita mesti tangguh dalam urusan perlengkapan perang.

Amerika memang memberi contoh sebagai negera super-power karena kekuatan militer (laut)-nya. Tapi, itu juga adalah proses sejarah yang panjang. Di masa Perang Dingin (1947-1991), terutama karena ketegangan (penggunaan) nuklir, khususnya antara USA dan USSR sejak 1960an, hingga kini tampaknya masih berdampak atas hubungan antar negara, terutama dalam urusan persenjataan dan armada laut. Stabilitas kita di Asia Tenggara pun tak bisa lepas dari kekuatan militer –yang tensinya tidak pernah stabil. Apa yang secara berulang ditunjukkan dengan kekuatan laut RRT di “Laut China Selatan” misalnya, telah menyenggol beberapa negara di Asia Tenggara di forum internasional, terutama Filipina. Indonesia berperan aktif di dalamnya, termasuk penggunaan istilah yang tepat/netral untuk kawasan laut tersebut (Denyer & Rauhala, 2016).

Ekonomi dunia sebenarnya sangat tergantung dengan jalur laut. Untuk kasus Laut China Selatan misalnya, sekitar sepertiga perdagangan dunia tergantung kepada kawasan ini. Tidak kurang dari 5 trilyun dollar bergerak secara finansial melalui kawasan tersebut. Belum lagi dengan potensi alam lainnya (gas, minyak, dst), termasuk 12 persen (potensi tangkapan) ikan yang menyuplai kebutuhan dunia (Denyer & Rauhala, 2016).

Konflik sangatlah besar potensinya di sektor kelautan, termasuk menyangkut batas-batas antar negara. Kita tahu bagaimana konflik perbatasan laut terjadi puluhan tahun terakhir ini, di mana Indonesia tak bisa menghindarkan diri darinya. Kasusnya pun cenderung berulang. Yang paling nyata adalah kasus Natuna, pulau Sebatik, Ambalak, Sipadan, Ligitan (Kompas, 17/9/20).

Logika perang tak bisa diputus begitu saja. Tapi ketika terjadi bencana atau insiden seperti yang kita alami dengan KRI Nanggala 402, negara tetangga pasti bergerak membantu. Malaysia dan Singapore adalah contoh terbaik. Meski dalam banyak hal selalu muncul gesekan dalam soal-saol perbatasan, pelintas batas, keamanan laut, nelayan ilegal (Vietnam), tetapi kebertetanggaan kita di Asia Tenggara selalu menemukan titik temunya.

Terbukti bahwa ketegangan “batas” negara dan konflik (klaim) sumberdaya ekonomi dengan mudah dikesampingkan oleh panggilan kemanusiaan dan solidaritas ke-Asia Tenggara-an. Pada kasus insiden Nanggala 402, sahabat yang sedikit jauh pun, India, ternyata juga cukup cepat bergerak membantu Indonesia. Padahal, India kini tengah bertarung dengan gelombang (kematian) Covid-19.

Indonesia sendiri tercatat mempunyai enam buah kapal selam, terdiri dari dua kelas: Cakra dan Nagapasa. KRI Nanggala 402 berkelas sama dengan KRI Cakra 401 (buatan Jerman), sisanya disebutkan dengan kelas Nagapasa (buatan Korea Selatan dan Indonesia sendiri). Data itu bisa kita baca di sumber online. Cukup terasa bahwa armada laut kita masih terus berkembang –plus disertai sejumlah pertanyaan kritis–. Banyak harapan dan tekanan publik agar armada laut Indonesia semakin “besar, canggih, dan memadai”, mengingat kita adalah negeri maritim. Kita harus mampu menjaga (keamanan) laut dan harus berdaya-produktif mengeksplorasi (potensi) kelautan kita.

Nanggala 402 adalah sebagian dari “jiwa keindonesiaan” kita. Semangat pantang menyerah dan terus aktif mengokohkan harga diri di sektor pertahanan laut, sekaligus proaktif mendayagunakan teknologi dalam negeri kita. Itulah pegangan patriot sejati!. Laut kita memang bukan laut biasa. Kedalamannya tidak main-main; kondisi cuaca dan perubahan-perubahan geologis yang menyertainya harus kita selami dalam-dalam karena di dalamnya terkandung amanah dan ayat-ayatNya yang paling luas dan dalam.

Dalam kata-kata Rabindranath Tagore (1861-1941) dari India “sejarah manusia dibentuk sesuai dengan tingkat kesulitan yang dihadapinya. Kesulitan itu memberikan masalah dan meminta jawaban dari kita, dengan kematian dan degradasi sebagai hukuman bagi tak terpenuhinya tugas tersebut. Kesulitan-kesulitan itu berbeda pada rakyat yang berbeda-beda di muka bumi, tapi cara kita mengatasinya akan memberi kita suatu kehormatan khusus.” Kita mesti ikhlas berserah!

Penulis adalah parner di Voice-of-HaleHepu.
Anggota Indonesia Social Justice Netwok (ISJN).
E-mail: basriamin@gmail.com

 

Tags: basri aminJiwa “Indonesia” di Kedalaman LautKapal Selam TenggelamKRI Nanggal 402persepsispektrum sosial

Related Posts

Basri Amin

Gorontalo, Jangan “Lari” di Tempat

Monday, 1 December 2025
M. Rezki Daud

Guru Pejuang di Gorontalo

Wednesday, 26 November 2025
Rohmansyah Djafar, SH., MH

Subjektivitas Penilaian Hasil Capaian Kinerja ASN: Kelalaian atau Sentimen ? 

Monday, 24 November 2025
Basri Amin

Senggol-Senggolan di Pemerintahan

Monday, 24 November 2025
Pariwisata Gorontalo: Potensi Ekonomi, Ancaman Ekologis, dan Risiko Greenwashing Tourism

Pariwisata Gorontalo: Potensi Ekonomi, Ancaman Ekologis, dan Risiko Greenwashing Tourism

Friday, 21 November 2025
Basri Amin

Pemimpin “Perahu” di Sulawesi

Monday, 17 November 2025
Next Post
Guru, Insan Cendekia  dan Panggilan Pengabdian

Pelajaran Berharga dari India  

Discussion about this post

Rekomendasi

Personel Samsat saat memberikan pelayanan pengurusan pajak di Mall Gorontalo.

Pengurusan Pajak Kendaraan Bisa Dilakukan di Mall Gorontalo

Monday, 1 December 2025
Personel Satuan Lalu Lintas Polresta Gorontalo Kota mengamankan beberapa motor balap liar, Ahad (30/11). (F. Natharahman/ Gorontalo Post)

Balap Liar Resahkan Masyarakat, Satu Pengendara Kecelakaan, Polisi Amankan 10 Unit Kendaraan

Monday, 1 December 2025
Anggota DPRRI Rusli Habibie bersam Wagub Gorontalo Idah Syahidah RH. (Foto: dok pribadi/fb)

Rusli Habibie Ajak Sukseskan Gorontalo Half Marathon 2025, Beri Efek ke UMKM

Friday, 28 November 2025
ILustrasi

Dandes Dataran Hijau Diduga Diselewengkan, Dugaan Pengadaan SHS Fiktif, Kejari Segera Tetapkan Tersangka

Monday, 13 January 2025

Pos Populer

  • Rita Bambang, S.Si

    Kapus Sipatana Ancam Lapor Polisi

    13 shares
    Share 5 Tweet 3
  • Senggol-Senggolan di Pemerintahan

    13 shares
    Share 5 Tweet 3
  • Ruang Inap Full, RS Multazam Bantah Tolak Pasien BPJS

    13 shares
    Share 5 Tweet 3
  • GHM 2025, Gusnar Nonaktifkan Kadispora

    13 shares
    Share 5 Tweet 3
  • Dugaan Persetubuhan Anak Dibawah Umur, Oknum ASN Gorut Dibui

    13 shares
    Share 5 Tweet 3
Gorontalopost.co.id

Gorontalo Post adalah Media Cetak pertama dan terbesar di Gorontalo, Indonesia, yang mulai terbit perdana pada 1 Mei 2000 yang beral...

Baca Selengkapnya»

Kategori

  • Boalemo
  • Bone Bolango
  • Disway
  • Ekonomi Bisnis
  • Gorontalo Utara
  • Headline
  • Kab Gorontalo
  • Kota Gorontalo
  • Kriminal
  • Metropolis
  • Nasional
  • Olahraga
  • Otomotif
  • Pendidikan
  • Persepsi
  • Pohuwato
  • Politik
  • Provinsi Gorontalo

Menu

  • Redaksi
  • Tentang Kami
  • Kontak Kami
  • Kode Etik Jurnalistik
  • Pedoman Media Siber
  • Disclaimer
  • Privacy Policy

© 2025 PT. Gorontalo Cemerlang - Gorontalo Post by Div-TI.

No Result
View All Result
  • METROPOLIS
  • PERISTIWA
  • EKONOMI BISNIS
  • SPORTIVO
  • KORAN DIGITAL

© 2025 PT. Gorontalo Cemerlang - Gorontalo Post by Div-TI.