Gorontalopost.co.id, GORONTALO — Lemahnya literasi di Bone Bolango bukan semata karena rendahnya minat baca, tetapi juga dipicu oleh krisis tenaga pustakawan profesional. Hingga kini, Dinas Perpustakaan dan Kearsipan Bone Bolango hanya memiliki satu orang pustakawan aktif yang menangani seluruh layanan literasi di daerah.
“Banyak posisi pustakawan diisi oleh orang yang tidak memiliki latar belakang kepustakawanan. Kalau hanya dijadikan pelengkap, literasi tak akan pernah berkembang,” ujar Apris Nawu, pegiat literasi lokal.
Sementara itu, Kepala Dinas Perpustakaan dan Kearsipan Bone Bolango, Samsia Melu, membenarkan kekurangan tersebut. Ia mengatakan, tidak adanya lulusan perpustakaan dari perguruan tinggi di Gorontalo menjadi kendala utama dalam pemenuhan SDM. “Kami sudah berkoordinasi dengan Perpustakaan Nasional dan bagian kepegawaian. Tapi sampai saat ini belum ada hasil,” ungkapnya.
Selama bertahun-tahun, Provinsi Gorontalo tidak memiliki program studi ilmu perpustakaan. Harapan baru muncul setelah Universitas Bina Mandiri Gorontalo membuka Program Studi S1 Ilmu Perpustakaan pada tahun ini. Namun, hasil dari program ini belum bisa langsung dirasakan.
Sebagai solusi sementara, Dinas membentuk komunitas Sahabat Perpustakaan untuk mendorong gerakan literasi secara mandiri dan kolaboratif. Meski demikian, inisiatif ini dinilai belum cukup untuk mengisi kekosongan tenaga ahli. “Komunitas bisa menopang, tapi SDM profesional tetap menjadi kunci utama,” tegas Apris.
Kondisi ini menjadi catatan penting bagi dunia pendidikan: bahwa penguatan literasi tidak cukup hanya dengan membangun gedung perpustakaan atau menambah koleksi buku, tetapi harus disertai dengan kebijakan pendidikan yang mampu mencetak pustakawan profesional dan berdaya saing. (Mg12)












Discussion about this post