Gorontalopost.id – Sungguh mengejutkan. Yusar Laya, Direktur Utama (Dirut) Perusahaan Daerah Air Minum (PDAM) Kabupaten Bone Bolango tiba-tiba mengundurkan diri.
Pengunduran diri pria yang sudah 10 tahun menjabat Dirut itu, terkuak saat digelarnya Rapat Kuasa Pemilik Modal (KPM) Perumda Air Minum Tirta Bone Bolango, Sabtu (4/6) pekan lalu.
Keberanian mengajukan pengunduran diri dilontarkan di depan Rapat KPM karena alasan tidak mampu dan mengaku capek. ”Saya sudah tidak mampu dan capek,” kata Yusar singkat. Sontak peserta rapat terkaget-kaget. Tentu pria yang sudah jenuh dengan jabatannya itu, menimbulkan tanda tanya besar.
Informasi yang dirangkum Gorontalo Post, pengunduran diri Yusar Laya bukan tanpa alasan. Berawal pada Selasa(19/4) lalu, sejumlah perwakilan karyawan Perumda Tirta Bulango mengadu ke DPRD Bone Bolango. Aduan para pagawai itu tak lain perihal total gaji mereka yang sudah enam bulan macet tak dibayarkan pihak PDAM. Menindaklanjuti hal ini Komisi III selaku mitra kerja PDAM langsung memfasilitasi aspirasi mereka lewat pertemuan kemarin.
Salah seorang karyawan Agus Hasan yang ikut dalam pertemuan itu mengaku, kalau gajinya sudah 6 bulan belum terbayarkan. ”Gaji saya yang belum terbayarkan terdiri dari hutang 3 bulan gaji di tahun 2020 dan gaji 3 bulan lagi tahun 2022 ini,” katanya.
Tak pelak, sore harinya Ketua komisi III Tahir Badu mengundang pejabat dan direktur PDAM Bonbol pada saat bersamaan membahas LKPJ 2021. Kabar tidak sedap ini masuk ke telinga Bupati Bone Bolango Hamim Pou. Pemda Bone Bolango akhirnya mengevaluasi manajemen PDAM.
Saat Rapat evaluasi KPM Perumda Air Minum Tirta Bolango dengan Pemda Bone Bolango, Sabtu (4/6/22). Terungkap beberapa permasalahan yang sangat kompleks. Misalnya terkait hutang kepada pihak ke tiga yang mencapai miliaran rupiah tak mampu dibayar oleh PDAM. Selain itu begitu banyaknya piutang pelanggan PDAM yang juga mencapai hampir Rp 5 Miliar yang juga belum tuntas dilakukan penagihan dan banyak permasalahan lain seperti tersendatnya gaji para karyawan yang mencapai ratusan juta.
Usai rapat, Yusar Laya akhirnya menyatakan pengunduran dirinnya sebagai Direktur Utama PDAM Bone Bolango. Yusar mengaku sudah capek dan tak mampu lagi mengelola perusahaan dipimpinya yang penuh masalah.
Kepala Bagian Ekonomi SDA dan Konservasi, Ichsan Budiman Wantogia saat dihubungi wartawan koran ini Selasa (7/6/22) kemarin mengatakan, dari hasil rapat KPM yang tertuang dalam berita acara mengesahkan pemberhentian dengan hormat Direktur PDAM Tirta Bolango, Kabupaten Bone Bolango masa bakti 2019-2023 Yusar Laya SE, dan menunjuk Pelaksana Tugas (Plt) Direktur PDAM Tirta Bolango Jusni Bolilio.
Nantinya Plt Direktur akan dibantu Tim Percepat Masa Transisi (TPMT) yang diketuai oleh Wakil Bupati Bone Bolango Dr. Merlan S. Uloli, Sekertarisnya Kepala Bagian Ekbang dan anggota terdiir dari Ir Ayub Abdurahman dari tim kreja bupati, Feybe Foni Runtuwene Auditor Inspektorat Daerah, Zein Pakaya Kabag Hukum dan Kerja sama serta Fredi Lasut Kabag Ortala.
Disinggung soal apa yang menjadi tuntutan para pihak ketiga, yang telah melakukan kerja sama atau MoU dengan Perumda Tirta Bolango terkait pembayaran hutang, Budi menyampaikan bukan merupakan ranah dari bagian Ekbang.
”Kalau soal itu mohon maaf kami di Ekbang itu hanya memfasilitasi terkait pelaksanaan dan untuk lebih kedalamnya ada Dewan Pengawasnya, tetapi kedepan Insya Allah kita ini dibentuk tim yang dipimpin Ibu Wakil Bupati.
Untuk membantu capain kinerja juga dan capain kinerja kita yang terpenting melakukan inventalisir apa – apa saja sih permasalahan dan kalau sekerang juga ada evaluasi kinerja BPKP juga kan dan itu ranahnya mereka,” tandas Budi.
Sementara itu Plt Direktur PDAM Tirta Bolango Jusni Bolilio saat dikonfirmasi mengatakan, kedepan pihaknya akan melakukan beberapa hal, yakni fokus pemenuhan hak-hak karyawan, rasionalisasi gaji, dan menggenjot pengerjaan IPAL Longalo agar segera beroperasi.
Dimana direncanakan tim transisi ini akan bekerja selama dua bulan sambil menunggu hasil seleksi Direktur PDAM yang baru. “Untuk gaji karyawan nantinya akan kami lakukan pemotongan 30 persen. Sebab gaji para karyawan kami lihat cukup tingga hingga mencapai Rp 7 jutaan,” kata Jusni.
Hal ini diakui Jusni yang menjadi salah satu penyebab besar pengeluaran daripada pemasukan. Jusni mencontohkan jika pemasukan sebesar Rp 350 Juta, sementara gaji karyawan Rp 300 Juta, sisanya Rp 50 Juta untuk bayar biaya-biaya lain seperti bayar listik, operasional lapangan, perbaikan pipa-pipa yang rusak dan lain sebagainya.
“Ya, kalau sudah begitu, mana keuntungan yang didapat, sehingga hal ini perlu kami rasionalisasi lagi guna menyehatkan kembali keuangan PDAM,”tegas Jusni sembari berharap kedepan kondisi PDAM akan lebih baik lagi dalam memberikan pelayanan kepada masyarakat. (roy)












Discussion about this post