JAKARTA – GP – Pelaksanaan vaksinasi Covid-19 untuk anak yang belakangan gencar dilakukan, harus meperhatikan beberapa hal penting. Misalnya terkait penerapan protokol kesehatan (Prokes) yang tidak boleh diabaikan saat pelaksanaan vaksinasi. Hal ini menjadi penegasan Ketua Indonesian Technical Advisory Group on Immunization (ITAGI) Sri Rezeki Hadinegoro, saat Siaran Pers yang ditayangkan Media Center Forum Merdeka Barat 9 (FMB9) – KPCPEN. Menurutnya, sekolah sudah terbiasa melakukan imunisasi rutin bagi anak didik, namun untuk vaksin COVID-19 anak 6-11 tahun tetap harus memperhatian Prokes, selain itu, yang sangat penting juga adalah memastikan setiap orang dewasa atau pendamping yang terlibat dalam pelaksanaannya sudah divaksin lengkap dua dosis.
Sri Rezeki mengapresiasi pemerintah yang telah mulai memberikan vaksin COVID-19 bagi anak usia 6-11 tahun. “Sehingga kalau ada pemberian vaksin di sekolah, harus didukung bersama. Karena kita tahu, di sekolah juga ada program Usaha Kesehatan Sekolah (UKS) yang di dalamnya ada program imunisasi,” papar Sri Rezeki dikutip dari Youtube Forum Merdeka Barat 9 (FMB9) – KPCPEN.
Meski pemberian imunisasi pada anak sekolah bukan hal asing bagi guru, orang tua, dan anak, namun Sri Rezeki mengingatkan, dikarenakan vaksin COVID-19 adalah imunisasi baru maka beberapa hal harus diperhatikan. “Hal ini bersangkutan dengan anak, orang tua, sekolah, juga paramedis yang pada umumnya dari puskesmas yang mensupervisi,” tambahnya.
Pelaksanaan vaksinasi di sekolah membutuhkan kerja sama dan dukungan berbagai pihak, dari pemerintah pusat dan daerah serta masyarakat termasuk di dalamnya orang tua. Kesepakatan dan koordinasi berbagai pihak, kapan imunisasi akan dilakukan juga jadi bagian penting.
“Orang tua sudah bersedia belum membawa putra putrinya ke sekolah. Juga kerja sama dengan puskesmas setempat yang akan menyediakan sumber daya manusia dan logistik dari vaksin itu sendiri,” tuturnya seraya menekankan, bila vaksinasi dilakukan di sekolah maka harus dipastikan para guru dan petugas yang ada telah lengkap imunisasinya.
Dokter spesialis anak konsultan dalam bidang infeksi dan penyakit tropis ini mengatakan, sarana penunjang menghadapi potensi munculnya KIPI (Kejadian Ikutan Pasca Imunisasi), juga perlu diperhatikan. “Misalnya oksigen, tempat berbaring kalau pusing, peralatan dan obat untuk emergency,” lanjutnya.
Selain itu penjelasan kepada guru juga perlu ditegakkan untuk mengatur agar anak tidak berkerumun, supaya tidak terjadi klaster di sekolah. Misalnya, vaksinasi dilakukan bergiliran. Setelah disuntik, anak-anak juga sebaiknya diatur untuk langsung pulang. Perlu diperhatikan pula penyediaan sarana seperti tempat cuci tangan atau tempat sampah di lingkungan kegiatan. (tro)













Discussion about this post