Gorontalopost.co.id, GORONTALO — Kasus keracunan diduga usai mengkonsumi makan bergizi gratis (MBG) tak hanya terjadi di daerah lain. Diduga, kasus yang sama juga terjadi di Gorontalo.
Belasan siswa di salah satu sekolah menegah kejuruan di Gorontalo diduga mengalami keracunan setelah mengkonsumsi menu program Makan Bergizi Gratis (MBG), Selasa (7/10).
Ada sebelas siswa yang mengalami gejala keracunan, satu diantaranya masih dirawat intensif di Rumah Sakit Aloe Saboe (RSAS) Kota Gorontalo, Rabu (8/10/2025).
Pantauan Gorontalo Post, sejak pagi hari satu orang siswa dilarikan oleh orang tuannya ke RSAS karena diduga mengalami gejala keracunan. Kemudian disusul lagi tiga siswa dari sekolah yang sama juga dengan gejala serupa.
Empat siswa itu menjalani pertolongan pertama di ruang Instalasi Gawat darurat (IGD) anak. Setelah dilakukan perawatan hingga observasi, dari empat siswa itu satu diantaranya lanjut rawat inap. Sedangkan tiga siswa lain dinyatakan sudah membaik dan diperbolehkan pulang.
“Ya, awalnya siswa yang alami keracunan berjumlah tiga orang, kemudian bertambah lima sehingga menjadi delapan, yang satu orang langsung kami larikan ke rumah sakit karena lebih ke syndrome panik attack setelah melihat teman-temannya drop, maka siswa tersebut alami muntah, pusing sakit perut, hal ini membuat darahnya naik hingga menjadi 140, kemudian kejang,”kata Kepala Sekolah Nurfajriyati Massa, S.Pd.
Lebih lanjut diungkapkan Nurfajriyati, setelah observasi para siswa dinyatakan membaik sehingga dipulangkan ke rumah. Setelah para siswa itu sudah pulang ke rumah. Ternyata terkonfirmasi ada ketambahan tiga siswa lagi dengan gejala sakit kepala dan mata berkunang-kunang.
Sehingga total keseluruhan siswa yang alami keracunan 11 siswa dengan gejala yang sama. “Kalau untuk makanan ini kita sejak Januari 2025 sudah menerima MBG. Bahkan, kita sebagai sekolah sasaran pertama setelah peresmian MBG,”jelas Nurfajriyati.
Bahkan, dihari saat kejadian, MBG yang tiba sekitar pukul 09.31 Wita, masih diuji Organoleptik untuk setiap menu MBG yakni dengan melihat warna, rasa dan bau. Ternyata yang diuji Organoleptik adalah makanan yang bagus. Sebaliknya makanan yang tidak bagus tersebut tidak masuk dalam uji Organoleptik.
Pihaknya ungkap Nurfajriyati mencurigai makan yang bermasalah terdapat pada menu ikan. Namun demikian pihaknya belum bisa berspekulasi terlalu jauh marena masih menunggu hasil uji laboratorium yakni di Dinas Kesehatan Kota dan Balai POM.
Hingga kemarin kata Nurfajriyati, dari empat orang yang masuk RSAS, satu diantaranya masih rawat inap yang dibawa langsung oleh orang tuannya ke rumah sakit karena gejala pusing yang tidak hilang, demam, ujung tangan dan kakinya dingin dan merasa panas dari dalam.
“Kalau dari makanan sendiri kita belum bisa menyimpulkan itu racun apakah dari ikan atau sayur, karena memang sekarang masih focus pada penyembuhan dan Kesehatan siswa dulu diutamakan, kemudian kita menunggu rilis resmi dari hasil pemeriksaan lab diambil sampel dari sekolkah dan dapur MBG,”tutup Nurfajriyati.
Sementara itu Kepala Bidang Pelayanan RSAS Kota Gorontalo Evan saat dikonfirmasi mengatakan, untuk satu siswa yang masih rawat inap itu alami mual, muntah dan pusing. Sedangkan tiga siswa lain hanya gejala awal pusing dan rasa meriang sehingga dibawa ke RS.
“Keluhan itu bervarias, tapi rata-rata mengatakan, lemas dan pusing. Ada juga satu siswa yang alami gatal-gatal. Kami juga masih menunggu hasil pemeriksaan lab,”tandasnya.
Sementara itu Penanggungjawab Dapur MBG di Kota Tengah Kota Gorontalo saat ditemui di Gorontao Post sedang tidak berada di tempat. Asistennya pun enggan memberikan komentar kepada wartawan terkait hal tersebut dengan alasan dirinnya tidak punya kewenangan untuk memberikan stetmen di media.
“Maaf saya tidak punya kewenangan memberikan komentar, yang punya wewenang adalah pimpinan saya,”kunci Firman Mohune Asisten Dapur MBG Kota Tengah. (roy/tha)












Discussion about this post