logo gorontalo post
  • METROPOLIS
  • PERISTIWA
  • EKONOMI BISNIS
  • SPORTIVO
  • KORAN DIGITAL
No Result
View All Result
Logo gorontalo post
  • METROPOLIS
  • PERISTIWA
  • EKONOMI BISNIS
  • SPORTIVO
  • KORAN DIGITAL
No Result
View All Result
logo gorontalo post
No Result
View All Result
Pemkot Gorontalo
Home Disway

Saling Rujak

Lukman Husain by Lukman Husain
Tuesday, 16 September 2025
in Disway
0
Menkeu Purbaya Yudhi Sadewa saat tampil di GREAT Institute.--

Menkeu Purbaya Yudhi Sadewa saat tampil di GREAT Institute.--

Bagikan ke FacebookBagikan ke TwitterBagikan ke Whatsapp

Oleh:
Dahlan Iskan

 

TEPUK tangan dan tawa saling menggema di Bidakara. Padahal forum itu seharusnya amat serius: membahas transformasi ekonomi nasional. Pembicara utamanya pun pejabat yang seharusnya pendiam: menteri keuangan.

Tapi yang jadi menteri sekarang Purbaya Yudhi Sadewa –yang Anda sudah tahu, sulit diajak menyembunyikan pikiran.

Related Post

Rahmanullah Lakanwal

Airmata Ira

Nikmat Karina

Kopi (K)Mojang

Ia pun tetap bicara polos. Termasuk membuka peristiwa awal bagaimana ia dikenal oleh Presiden Prabowo Subianto.

Waktu itu Prabowo sudah menjadi presiden. Ekonomi sangat lesu. Purbaya menilai keadaan sudah gawat. Presiden Prabowo bisa jatuh. Tapi ia tidak kenal Prabowo.

Ia ingat pernah memberi masukan cara mengatasi kelesuan ekonomi ke dua presiden sebelumnya: SBY dan Jokowi. Data-data yang ia lihat sama. Berulang: peredaran uang di masyarakat sangat turun. Ini bahaya.

Purbaya pun ke Solo. Ia menghadap Jokowi. Meski tidak lagi menjabat, Presiden Jokowi bisa diminta menyampaikan pikirannya ke Presiden Prabowo.

Rupanya Prabowo sudah berbulan-bulan mencari siapa yang bisa menjadi menteri keuangan. Yakni yang benar-benar ekonom-akademisi tapi bisa cocok dengan misinya untuk mengejar pertumbuhan tinggi yang inklusif.

Menurut Purbaya, kalau ekonomi tumbuh begini-begini saja, sekitar lima persen, Indonesia pasti tidak akan bisa maju dan makmur.

Sekarang ini Indonesia sudah berada di jebakan pendapatan kelas menengah. Untuk bisa keluar dari jebakan itu pertumbuhan ekonomi harus double digit.

Sebenarnya forum di Bidakara, Jakarta, itu sudah dirancang sebelum Purbaya jadi menkeu. Penyelenggaranya: GREAT Institute. Aktivis seperti Dr Syahganda Nainggolan, Jumhur Hidayat, Rocky Gerung, Ferry Juliantono ada di situ. Mereka para pendemo, tidak pernah takut penjara dan oposan yang tangguh.

Awalnya Purbaya dihadirkan di situ sebagai ketua Lembaga Penjamin Simpanan (LPS). Namun keburu Purbaya dilantik sebagai menteri keuangan.

“Acara ini sebenarnya diadakan untuk mendukung saya agar terpilih lagi jadi ketua LPS,” gurau Purbaya. “Ternyata jadi menkeu,” guraunya. “GREAT Institute telah over deliver,” tambahnya.

Purbaya ekonom akademisi?

Ia memang lulusan elektro ITB. Tapi setelah itu ia ke Amerika. Ia kuliah ekonomi di Purdue University.

Menurut Nainggolan, ketika di Purdue itulah Purbaya berinteraksi dengan ekonom kelas dunia. Pemenang hadiah Nobel. Namanya: Paul Michael Romer.

Romer ahli teori pertumbuhan. Romer juga terkenal sebagai ”pencipta” istilah baru dalam ekonomi: mathiness. Yakni teori ekonomi yang kelihatannya mendasarkan perhitungan pada matematika, tapi sebenarnya hanya menjadikan matematika sebagai pembenar asumsi satu ideologi ekonomi.

Romer melihat ada ekonom seperti itu. Ia pun secara terbuka mengecam dua pemenang Nobel ekonomi. Mereka dinilai melakukan mathiness.

Paul Romer pernah dibawa Purbaya ke Indonesia. Tahun 2012. Kini umurnya 69 tahun, menjadi guru besar di Boston Collage. Ia pernah jadi guru besar di Berkeley, New York University dan Stamford University. Pernah juga sebagai direktur Bank Dunia sampai ia mundur karena perbedaan pendapat di dalamnya.

Dari tiga tulisan di Disway ini Anda pun harus siap-siap berada di jalur penerapan teori ekonomi yang baru, dengan Purbaya sebagai masinisnya.

“Sebenarnya kasihan Pak Jokowi itu,” ujar Purbaya. “Pak Jokowi membangun begitu banyak infrastruktur tapi pengaruh ekonominya lebih kecil dari zaman Pak SBY.”

Pak Jokowi itu, katanya, juga punya jasa. Termasuk saat Purbaya menyarankan penggelontoran uang ke sistem keuangan. Yakni setelah Covid. Agar ekonomi hidup lagi. “Presiden Jokowi dengan cepat melaksanakannya,” katanya.

“Kalau Rocky Gerung kan melihat Pak Jokowi itu tidak melakukan apa-apa,” gurau Purbaya. Tentu hadirin tepuk tangan. Tertawa. Bergemuruh. Termasuk Rocky Gerung sendiri.

Purbaya, yang sejak dilantik banyak dirujak medsos, kali itu ganti merujak Rocky Gerung. Melihat yang dirujak tertawa-tawa, Purbaya terus merujak. “Inilah saatnya ada orang yang berani mengkritik filsuf Rocky Gerung,” lanjutnya.

Di zaman Jokowi, sektor swasta memang sangat lesu. BUMN yang mendominasi ekonomi. Padahal pertumbuhan ekonomi itu, katanya, tidak bisa digerakkan hanya oleh pemerintah. Peranan pemerintah hanya 10 persen. Swasta yang harus lebih banyak berperan.

Maka Purbaya harus bekerja keras untuk mewujudkan jalan baru ekonomi Indonesia.

Secara pribadi tentu Purbaya lebih senang di LPS. “Saya menikmatinya. Di LPS itu gaji saya besar,” katanya. “Apalagi selama saya di LPS tidak ada bank besar yang bermasalah. Enak. Gaji besar pekerjaan tidak ada,” katanya. “LPS itu baru sibuk kalau ada bank besar yang bangkrut,” katanya.

Maka, begitu dilantik jadi menkeu, Purbaya mengaku langsung bertanya kepada sekjen kementerian itu: “berapa gaji saya di sini?”. Sekjen lantas menyebut satu angka. Sekian. “Wah, gaji saya turun banyak,” katanya.

“Jadi menteri itu hanya gengsinya yang tinggi. Gajinya rendah,” katanya.

Purbaya tidak takut pada faktor global. “Selama ini selalu saja yang disalahkan faktor global. Padahal 90 persen ditentukan di dalam negeri,” katanya.

Ia juga tidak terpengaruh prediksi IMF soal angka pertumbuhan ekonomi Indonesia. “IMF itu tidak pinter-pinter amat,” katanya. “Kita saja yang suka silau pada asing,” tambahnya.

Swasta harusnya menyambut hangat datangnya menkeu baru ini. “Sudah ada ekonom,” kata Purbaya, “yang insyaf”.

“Saya ini di ITB dibilang insinyur yang salah jalan. Tapi oleh ekonom saya dibilang sebagai ekonom yang Instagram,” guraunya.

Yang pasti gembira adalah para kepala daerah. Daerah akan dipakai sebagai salah satu mesin pertumbuhan. Berarti dana daerah akan kembali digelontorkan.

Dalam istilah Syahganda Nainggolan, kepala daerah itu berlaku seperti di zaman penjajahan Belanda. Kalau ditekan dari atas ganti menekan ke bawah. Dana dari pusat dikurangi, mereka menaikkan pajak daerah.

Kini para aktivis ”jalan ekonomi baru” mulai berada di sekitar presiden. Anda pun ingat: itu pernah terjadi di zaman Presiden B.J. Habibie.

Waktu itu rupiah bisa dibuat menguat luar biasa: sampai di bawah Rp 10.000/dolar. Dengan waktu yang amat singkat. Tapi Habibie hanya bisa bertahan satu tahun. Politik begitu tidak stabil.

Kini Anda tahu: politik amat stabil –sampai ada yang membuatnya tidak stabil.(*)

Tags: Catatan Harian DahlanDahlan IskanDiswayHarian Dahlanharian diswayTulisan Dahlan

Related Posts

--

Rahmanullah Lakanwal

Tuesday, 2 December 2025
Mantan Direktur Utama PT Angkutan Sungai, Danau, dan Penyeberangan (ASDP) Indonesia Ferry (Persero), Ira Puspadewi-Istimewa-

Airmata Ira

Monday, 24 November 2025
--

Nikmat Karina

Tuesday, 18 November 2025
Kopi (K)Mojang

Kopi (K)Mojang

Monday, 17 November 2025
Hemat Syarikah

Hemat Syarikah

Thursday, 13 November 2025
Angsa Hitam

Angsa Hitam

Wednesday, 12 November 2025
Next Post
Sekretaris Daerah Sofian Ibrahim saat membuka rapat teknis peta jalan pengendalian inflasi TPID Provinsi Gorontalo tahun 2025-2027 bertempat di Naffil Cafe and Resto, Kecamatan Tilongkabila, Senin (15/9). (Foto : Mila/diskominfotik)

Sekda Provinsi Gorontalo Sofian Ibrahim Pimpin Rapat TPID, Rancang Peta Jalan Pengendalian Inflasi Berbasis 4K

Discussion about this post

Rekomendasi

Seorang buruh ditemukan sudah meninggal dunia di lokasi perusahaan yang ada di wilayah Bone Bolango, dan langsung dibawa oleh pihak Kepolisian ke rumah sakit untuk dilakukan pemeriksaan.

Seorang Buruh Ditemukan Tak Bernyawa, Sempat Mengeluh Pusing dan Muntah, Keluarga Tolak Autopsi

Tuesday, 2 December 2025
Personel Samsat saat memberikan pelayanan pengurusan pajak di Mall Gorontalo.

Pengurusan Pajak Kendaraan Bisa Dilakukan di Mall Gorontalo

Monday, 1 December 2025
Kepala Kantor Perwakilan LPS III, Fuad Zaen dan Deputi Kepala Kantor Perwakilan LPS III Deputi bersama para media dalam kegiatan Meet Up, di Aston Gorontalo, Senin (1/1/2025).

LPS Tekankan Pentingnya Penjaminan Simpanan bagi Masyarakat

Monday, 1 December 2025
ILustrasi

Dandes Dataran Hijau Diduga Diselewengkan, Dugaan Pengadaan SHS Fiktif, Kejari Segera Tetapkan Tersangka

Monday, 13 January 2025

Pos Populer

  • Rita Bambang, S.Si

    Kapus Sipatana Ancam Lapor Polisi

    13 shares
    Share 5 Tweet 3
  • Senggol-Senggolan di Pemerintahan

    13 shares
    Share 5 Tweet 3
  • Ruang Inap Full, RS Multazam Bantah Tolak Pasien BPJS

    13 shares
    Share 5 Tweet 3
  • Seorang Buruh Ditemukan Tak Bernyawa, Sempat Mengeluh Pusing dan Muntah, Keluarga Tolak Autopsi

    13 shares
    Share 5 Tweet 3
  • GHM 2025, Gusnar Nonaktifkan Kadispora

    13 shares
    Share 5 Tweet 3
Gorontalopost.co.id

Gorontalo Post adalah Media Cetak pertama dan terbesar di Gorontalo, Indonesia, yang mulai terbit perdana pada 1 Mei 2000 yang beral...

Baca Selengkapnya»

Kategori

  • Boalemo
  • Bone Bolango
  • Disway
  • Ekonomi Bisnis
  • Gorontalo Utara
  • Headline
  • Kab Gorontalo
  • Kota Gorontalo
  • Kriminal
  • Metropolis
  • Nasional
  • Olahraga
  • Otomotif
  • Pendidikan
  • Persepsi
  • Pohuwato
  • Politik
  • Provinsi Gorontalo

Menu

  • Redaksi
  • Tentang Kami
  • Kontak Kami
  • Kode Etik Jurnalistik
  • Pedoman Media Siber
  • Disclaimer
  • Privacy Policy

© 2025 PT. Gorontalo Cemerlang - Gorontalo Post by Div-TI.

No Result
View All Result
  • METROPOLIS
  • PERISTIWA
  • EKONOMI BISNIS
  • SPORTIVO
  • KORAN DIGITAL

© 2025 PT. Gorontalo Cemerlang - Gorontalo Post by Div-TI.