Gorontalopost.co.id, GORONTALO — Di tangan dingin pengusaha muda Mohamad Jafar H. Latif, sulaman tradisional Karawo tidak hanya menjadi karya seni, tapi juga produk bisnis bernilai tinggi. Melalui usahanya yang dinamai Makara Karawo, Jafar menyulap kerajinan khas Gorontalo ini menjadi seragam sekolah dan busana pesta yang laris di pasaran.
Usaha yang dirintis sejak tahun 2018 saat usianya baru 23 tahun itu kini berkembang pesat. Fokus produksinya mengarah pada seragam siswa berbasis Karawo serta pesanan khusus untuk acara-acara resmi.
“Saya memilih usaha ini karena persaingannya masih minim. Tidak seperti seragam sekolah biasa yang banyak diproduksi, karawo hanya dibuat di daerah sini,”ujar Jafar saat ditemui Gorontalo Post, Sabtu (19/7).
Karawo merupakan sulaman khas Gorontalo yang diwariskan secara turun-temurun. Melihat potensi lokal tersebut, Ja’far menghadirkan inovasi dengan menyesuaikan desain dan pola sulaman berdasarkan kebutuhan pasar.
“Biasanya motif disesuaikan dengan permintaan sekolah. Tapi motif standar lebih laris karena cocok dengan harga di pasaran,” jelasnya. Pandemi COVID-19 sempat menjadi tantangan berat.
Permintaan untuk busana pesta menurun tajam. Namun Ja’far tak menyerah. Ia justru menangkap peluang baru dengan memproduksi masker Karawo yang dijual secara daring. “Seragam sekolah masih tetap dipesan saat itu. Tapi untuk menyesuaikan kondisi, kami produksi masker dan kerudung karawo syar’i,” tuturnya.
Adaptasi dan inovasi ini didukung oleh bantuan dari Pertamina. Bantuan tersebut digunakan untuk penambahan bahan dan eksplorasi produk baru. Hingga kini, dampaknya masih terasa karena usaha tidak sempat tersendat selama pandemi.
Makara Karawo juga menjadi tempat pemberdayaan masyarakat. Jafar menjalin kerja sama dengan Lembaga Pelatihan Kerja (LPK) Kemnaker, serta LKP (Lembaga Kursus dan Pelatihan) Kemendikbud untuk pelatihan menjahit dan menyulam.
Bahkan, beberapa peserta magang dari SMK ditarik menjadi karyawan tetap. “Tahun 2024 lalu kami mendapat program pelatihan dari Kemnaker untuk sekitar 20 orang. Kalau tidak ada peserta, kami buka pelatihan gratis di sekolah,” kata Jafar.
Saat ini, Makara Karawo mempekerjakan 35 orang, terdiri dari 25 pengrajin dan 10 bagian produksi. Usaha ini beroperasi dari rumah Jafar di kawasan Dembe dan juga memiliki lapak di Pasar Sentral Kota Gorontalo.
Tahun ini, Makara Karawo mendapat kontrak dari 12 sekolah di Gorontalo untuk penyediaan seragam karawo. Setiap sekolah memesan dalam jumlah bervariasi, dari puluhan hingga ratusan potong.
Omzet usahanya kini mencapai rata-rata Rp150 juta per tahun. “Sekarang tren-nya orang lebih suka beli baju karawo yang sudah jadi ketimbang lembaran kain. Karena itu kami juga kembangkan produk yang siap pakai,” katanya.
Sebagai UMKM binaan Pemerintah Kota Gorontalo, Ja’far mengaku mendapat berbagai pelatihan pengembangan usaha dan pemasaran. Dukungan tersebut menjadi salah satu faktor penting yang membantu keberlanjutan usahanya.
Dengan semangat muda dan kecintaan pada budaya lokal, Ja’far membuktikan bahwa tradisi dan bisnis bisa berjalan beriringan. Karawo bukan hanya seni, tapi peluang ekonomi yang mampu menghidupi banyak orang. (MG-10)












Discussion about this post