Gorontalopost.co.id, GORONTALO — Menteri Desa dan Pembangunan Daerah Tertinggal (Mendes PTD), Yandri Susanto, melakukan kunjungan kerja ke Gorontalo, Selasa (17/6). Yandri datang melihat langsung progres Koperasi Desa di Gorontalo, salah satu program Asta Cita Presiden Prabowo Subianto, yang menurutnya patut menjadi percontohan nasional.
Dalam kunjungan singkatnya, Yandri sempat-sempatnya bernostalgia dengan keluarganya yang ada di Desa Hunggaluwa, Kecamatan Limboto, Kabupaten Gorontalo.
Yandri ternyata pernah tinggal bersama pamanya, Hidayat di Hunggaluwa. Rumah tempat tinggal Yandri dulu, yang turut dikunjunginya siang tadi sebelum bertolak kembali ke Jakarta. Ia turut didampingi Gubernur Gorontalo Gusnar Ismail.

Dalam kesempatan itu, Yandri menyempatkan ziarah ke makam pamanya, Hidayat, tak jauh dari rumah tempat tinggalnya dulu. Hidayat merupakan pegawai Badan Pertanahan Nasional (BPN) yang bertugas di Gorontalo sejak tahun 1983.
Ia kemudian berjodoh dengan orang Gorontalo, Lisna Lahabu. Usai ziarah itu, Menteri Yandri berkunjung ke rumah yang ia tinggali selama setahun di tahun 2000 yang lalu. Nampak tak tanggung-tanggung, Yandri bahkan sampai ke dapur rumah, dan masuk ke kamar tempat tidurnya.
Di rumah itu, Yandri ternyata punya tempat favorit untuk baca buku. “Saya kalau baca bukunya duduk di sini pak Gub,”kata Yandri kepada Gubernur Gusnar Ismail sambil duduk di kursi berbahan plastik. Tempat itu adalah teras rumah. “Dulu belum begini (suasananya) jalanya masih batu-batu, tahun 2000,”kata Yandri.
Politisi Partai Amanat Nasional (PAN) yang pernah menjabat Wakil Ketua MPR RI ini, ternyata memiliki jiwa merantau sejak kecil. “Yaa sejak kecil saya sudah merantau pak Gub,”katanya.
Pria asal Bengkulu yang lahir tahun 1974 ini mengatakan, saat di Gorontalo dulu, oleh pamanya sempat diminta untuk menjaga empang udang dan bandeng yang ada di Randangan. Kebetulan kata dia, pamannya memiliki empang yang cukup luas di wilayah Kabupaten Pohuwato itu. Namun hal itu urung ia lakukan, Yandri memilih untuk terus belajar.
“Saya diminta jaga empang di Randangan. Saya pikir-pikir, kalau jaga empang terus, nggak jadi menteri ini,”kata Yandri disambut tawa warga dan keluarganya yang hadir saat itu. Maka dia putuskan untuk kembali ke Jakarta.
Di Jakarta pun dia terus berjuang, hingga bergabung bersama PAN, dan kini menjadi salah satu petinggi partai berlogo matahari terbit itu. Kisah Yandri di Gorontalo, dibenarkan tentenya, Lisna Lahabu, yang begitu gembira menyambut Yandri kembali ke rumahnya.
Ketika itu, Yandri tiba di Gorontalo menumpangi Bus dari Manado. Ia turun tepat di depan rumah. Lisna ingat betul, saat itu suasana negara sedang dalam proses jejak pendapat di Timor-timur.
“Waktu pelepasan Timor-timur, dari Manado dia naik mobil, dia lihat anak saya, turun di depan rumah,”kata Lisna. Ia mengatakan, tak banyak berubah dari Yandri, kendati sudah menjadi pejabat tinggi, gayanya begitu-begitu saja.
“Yah begini, orangnya sederhana, begitu-begitu terus (tidak berubah),”ungkapnya. Yang paling diingatnya, adalah Yandri rajin salat, bahkan selalu menjadi muadzin di masjid kompleks. Hal ini pula yang diingat Yandri. Yandri bahkan masih hafal nama Masjid tersebut.
“Masjid Nurul Alam, di sana, saya adzan di situ,”kenang Yandri. Yandri menambahkan, ia ke Gorontalo ketika itu karena memang tekadnya merantau, dan kini menjadi bagian dari kisah hidupnya.
“Tahun 2000, ya berusaha tegar jalani kehidupan. (kemudian) Pulang jakarta, dan (hari ini) balik ke sini sudah jadi menteri,”tandas Yandri yang masih ingat dengan sejumlah tetangganya saat itu. (Tro)











Discussion about this post