Gorontalopost.co.id, GORONTALO – Empat sarjana muda yakni, Muhamad Sarip Ngabito, Rivaldo Inaku, Fikran Zakaria lulusan S1 Teknik Sipil, dan Septian Aderai Olii dari S1 Teknik Informatika, membuktikan bahwa gelar sarjana bukan penghalang untuk berwirausaha.
Keempat remaja ini sukses mendirikan Kedai Fasa Coffee, yang merupakan sebuah usaha kedai kopi yang berkembang pesat di Gorontalo. Hal ini pun memberikan dampak positif, tidak hanya bagi pemiliknya, tetapi juga bagi para pelanggan, khususnya remaja.
Ide mendirikan Kedai Fasa Coffee bermula dari pertemuan rutin mereka. Kebijakan pemerintah tentang efisiensi anggaran menjadi salah satu pendorong utama. “Dimulai dari kumpul-kumpul, dan melihat kebijakan pemerintah soal efisiensi, kami terdorong untuk membuat kedai kopi ini,” ungkap Aldo.
Kedai ini pun resmi dibuka pada 15 Februari lalu, di mana awalnya mengambil lokasi di Jalan Dua Susun (JDS) Atas, dengan skala yang masih kecil. Perjalanan awal bisnis ini diwarnai dengan proses survey pasar kopi Gorontalo. “Awalnya kami masih meraba-raba dan melakukan survey bagaimana selera penikmat kopi di Gorontalo,” lanjut Aldo.
Namun, berkat kerja keras dan inovasi, Kedai Fasa Coffee berhasil memberikan dampak positif bagi penikmat kopi. Lebih dari sekadar menyediakan minuman berkualitas, Kedai Fasa Coffee juga menyediakan ruang nyaman bagi para remaja untuk bersantai, mengerjakan tugas, dan berdiskusi.
“Ke depan, kami akan terus meningkatkan kualitas bahan baku dan menambah item makanan ringan (snack) untuk melengkapi menu,” tambah Sarip.
Tantangan bisnis pun tak luput dari perjalanan mereka. “Kami menghadapi berbagai tantangan, mulai dari cuaca, masalah internal, hingga persaingan dengan usaha kopi lain di Gorontalo,” ujar Aldo.
Strategi pemasaran Kedai Fasa Coffee menyasar dua segmen, menengah ke atas dan menengah ke bawah. Dikatakan Sarip, pihaknya melihat penikmat kopi murni di Gorontalo masih terbatas, banyak yang lebih menyukai minuman manis bercampur susu atau krim.
Namun, suasana kedai yang nyaman dan kondusif juga menarik minat segmen remaja yang mencari tempat untuk belajar kelompok atau berkumpul.
“Untuk menu, harga kopi susu panas dibanderol Rp 12 ribu, sedangkan yang dingin Rp 15 ribu. Menu lainnya rata-rata dihargai Rp 15 ribu,” ungkapnya.
Pendapatan mereka bervariasi yakni mencapai sekitar Rp 200 ribu per malam, namun hal ini dipengaruhi oleh berbagai faktor, termasuk cuaca. Pengalaman berwirausaha ini memberikan pelajaran berharga bagi keempat sarjana tersebut.
“Kami belajar bahwa usaha itu fluktuatif, naik dan turun. Oleh karena itu, perencanaan yang matang dan terstruktur sangat penting,” jelas Aldo.
Sementara menurut Sarip, usaha ini memberikan dampak positif. Di mana masyarakat, khususnya remaja menemukan tempat nongkrong yang bermanfaat, bisa bersenang-senang sambil bekerja, dan mendapatkan teman-teman baru
“Kami bisa melihat dampak positif bagi remaja, di mana Kedai Fasa Coffee menjadi tempat berkumpul yang produktif bagi mereka,” paparnya.
Kisah sukses Kedai Fasa Coffee menjadi inspirasi bagi para pemuda Gorontalo, membuktikan bahwa semangat berwirausaha dapat dipadukan dengan pendidikan tinggi untuk meraih kesuksesan, sekaligus memberikan kontribusi positif bagi masyarakat. (Mg-04)












Discussion about this post