Oleh:
Yenti juniarti, S.Pd, M.Pd,
Alia aziza sapii,
Fitriyanti ardin,
Fizria R.dai, dkk
LITERASI awal pada anak usia dini merupakan aspek fundamental dalam pengembangan kemampuan membaca dan menulis yang harus diperhatikan oleh pendidik dan orang tua. Menurut Rinaldi (2019), “literasi awal adalah kemampuan untuk mengenali huruf, memahami bunyi, dan memiliki minat terhadap membaca” (hlm. 45).
Hal ini menunjukkan bahwa literasi awal tidak hanya berkaitan dengan keterampilan teknis, tetapi juga mencakup aspek motivasi dan minat anak terhadap kegiatan membaca. Dengan demikian, penting bagi lingkungan pendidikan untuk menciptakan suasana yang mendukung agar anak-anak dapat mengembangkan keterampilan literasi mereka secara optimal.
Penerapan metode yang tepat dalam pengajaran literasi awal dapat memberikan pengalaman belajar yang menyenangkan dan efektif bagi anak. Dalam konteks pendidikan anak usia dini, literasi awal dapat dibangun melalui berbagai metode pengajaran yang menarik dan interaktif. Penelitian oleh Harjanty (2019) menyatakan bahwa “kegiatan membaca nyaring dapat meningkatkan kemampuan literasi awal anak” (hlm. 67).
Kegiatan ini tidak hanya membantu anak dalam mengenali huruf dan kata, tetapi juga memperkuat ikatan emosional antara anak dan pendidik atau orang tua. Oleh karena itu, pengenalan literasi sejak dini sangat penting untuk mempersiapkan anak-anak menghadapi pendidikan formal di masa depan. Dengan memberikan stimulasi yang tepat, diharapkan anak-anak dapat mengembangkan minat baca yang kuat serta keterampilan literasi yang akan bermanfaat sepanjang hidup mereka. (Ahmadi, S, Rinaldi I, dan Sari)
teori yang menyatakan bahwa pengalaman belajar yang menyenangkan dapat meningkatkan motivasi dan keterlibatan anak dalam proses pembelajaran. Menurut Bruner (1986), “belajar adalah proses aktif di mana pelajar membangun pengetahuan baru berdasarkan pengalaman sebelumnya” (hlm. 25).
Penerapan metode pembelajaran yang interaktif seperti membaca nyaring dan permainan berbasis huruf memberikan kesempatan bagi anak untuk terlibat secara aktif dalam proses belajar, sehingga meningkatkan kemampuan literasi mereka.Peningkatan kemampuan mengenali huruf dan minat baca juga sejalan dengan temuan sebelumnya oleh Neuman dan Celano (2001), yang menunjukkan bahwa keterlibatan orang tua dalam kegiatan literasi di rumah berkontribusi positif terhadap perkembangan literasi anak.
Ketika orang tua membaca bersama anak atau mendiskusikan buku, mereka tidak hanya membantu anak mengenali kata-kata tetapi juga membangun hubungan emosional yang kuat yang mendukung perkembangan kognitif mereka. Dalam penelitian ini, keterlibatan orang tua terbukti menjadi faktor kunci dalam menciptakan lingkungan literasi yang kaya bagi anak.Keterampilan menulis yang meningkat setelah intervensi mencerminkan pentingnya pendekatan berbasis ekspresi diri dalam pembelajaran literasi.
Menurut Vygotsky (1978), “interaksi sosial adalah dasar dari perkembangan kognitif” (hlm. 57). Dengan memberikan kesempatan kepada anak untuk mengekspresikan diri melalui gambar dan kata-kata, mereka dapat mengembangkan pemahaman yang lebih baik tentang hubungan antara bunyi dan huruf. Hal ini menunjukkan bahwa metode pengajaran yang mengedepankan kreativitas dan ekspresi diri dapat berkontribusi pada perkembangan keterampilan menulis anak.
Peningkatan kepercayaan diri anak dalam berbicara dan berinteraksi dengan teman-teman dapat dihubungkan dengan teori perkembangan sosial-emotional oleh Erikson (1963), yang menyatakan bahwa interaksi sosial pada usia dini sangat penting untuk membangun rasa percaya diri dan identitas diri. Kegiatan literasi yang melibatkan interaksi dengan teman sebaya membantu anak mengembangkan keterampilan sosial yang diperlukan untuk berkomunikasi secara efektif.(*)










