Gorontalopost.co.id, GORONTALO – Sebagai tindak lanjut launching inovasi berupa Yinulo Bongo (Minyak Kelapa) Ingo A+ di Bele Moosehati, Kabupaten Bone Bolango awal Juli 2024 lalu. Balai POM di Gorontalo terus berkomitmen dalam mengawal mutu/kualitas Minyak Kelapa Ingo A+.
Bentuk komiten BPOM Gorontalo itu ditunjukan dengan melakukan koordinasi terhadap sejumlah pihak terkait, baik di dalam daerah hingga ke pusat.
Hal ini disampaikan Kepala BPOM Gorontalo Stepanus Simon Sesa, SH saat diwawancarai Gorontalo Post, di ruang kerjannya, Senin (9/9/2024).
“Ya, untuk minyak kelapa Ingo A+ yang digunakan Masyarakat seusai launching di Bele Moosehati kemarin, kami BPOM Gorontalo terus mengawal peningkatan mutu ingo A +. Kita sudah melakukan koordinasi dan diskusi dengan ahli gizi sekaligus akademisi di Gorontalo.
Setelah itu kami menindaklanjutinya dengan melakukan koordinasi dan Fokus Discusion Group (FGD) dengan Pusat Riset dan Teknologi Proses Pangan BRIN (Badan Riset dan Inovasi Nasional) di Jogja,”kata Stefanus.
Diakui Stefanus, intinnya secara umum, BRIN mendukung inovasi INGO A+ yang digagas BPOM Gorontalo sehingga dapat diproduksi dan digunakan oleh masyarakat, baik untuk kebutuhan sehari-hari, dalam rangka mendukung program pemerintah dalam hal penurunan stunting di Provinsi Gorontalo.
Saat diskusi, di BRIN, pihaknya kata Stafanus menunjukan produk minyak kelapa Ingo A+.”BRIN mengapreasiasi produk kami minyak kelapa Ingo A+ sebagai salah satu inovasi untuk penurunan stunting,”jelas Stefanus.
Brin juga ungkap Stefanus telah mengarahkan BPOM Gorontalo untuk berkoordinasi dengan BRIDA dan Pemerintah Daerah. Untuk itu BPOM Gorontalo segera mempercepat produksi massal, Ingo A+.

Namun sebelumnya akan dilakukan Bimbingan Teknis kepada para pelaku usaha minyak kelapa tersebut, terkait pemenuhan standar, sekaligus untuk menerbitkan ijin edar produknya.
Untuk jumlah yang akan diproduksi tergantung masing-masing pelaku usaha yang memiliki ketersediaan bahan baku yang tersedia. Sementara untuk pemasaran diakui Stefanus, sementara masih skala di dalam daerah.
“Gorontalo jumlah stunting masih tinggi sekali sehingga perlu diintervensi dengan pemanfaatan kearifan lokal minyak kelapa Ingo A plus ini,”ungkap Stefanus.
Ketika disinggung soal tingkat penurunan angka stunting setelah diintervensi dengan penggunaan Ingo A+. Pihaknya kata Stafenus menuggu laporan dari pelaksana yakni Bele Moosehati Kerjasama dengan Dinas Kesehatan Provinsi serta Baznas dan BKKBN.
Stefanus berharap agar mutu ingo A plus setelah dilakukan berbagai percobaan, maka bisa mendapatkan hasil maksimal dengan mutu terbaik.
“Harapan kami pemerintah daerah bisa melihat hal ini dan bisa bekerjasama yang baik, mari sama-sama kita bergandengan tangan untuk penurunan stunting sekaligus tentunya akan membawa dampak positif kepada pelaku usaha untuk mendukung peningkatan ekonomi masyarakat,”tandas Stefanus.
Seperti dikatahui, Ingo A+ merupakan produk minyak kelapa yang sudah Difortifikasi dengan vitamin A. Harapannya dengan penggunaan Ingo A+ pada makanan dikonsumsi oleh anak, remaja putri yang akan menikah, ataupun ibu hamil maupun menyusui, menjadi salah satu produk alternatif suplementasi vitamin A untuk mendukung percepatan penurunan angka stunting di Gorontalo.
Ingo A+ merupakan inovasi yang kedepannya dapat diproduksi oleh pelaku usaha minyak kelapa kampung yang ada di Provinsi Gorontalo melalui pendampingan oleh BPOM Gorontalo bahkan sampai mendapatkan ijin edar BPOM.
Oleh karena itu Ingo A+ selain untuk mendukung percepatan penanganan stunting juga diharapkan dapat mendukung peningkatan ekonomi bagi UMKM minyak kelapa kampung yang jumlahnya cukup banyak di Gorontalo.
Terpisah Arifasno Napu selaku ahli Gizi mengatakan, Inovasi minyak kelapa Ingo A+ ini baik untuk mendukung pencegahan permasalah stunting.
Selain itu tetap mengkonsumsi makanan yang lengkap yakni ada sumber karbohidrat, protein, lemak, VIT dan mineral serta keseimbangan air.
“Makanan yang lengkap itu syaratnya halal (muslim), baik meliputi alami, beragam, bergizi, berimbang, akan dan menyehatkan. Makanan yang lengkap ada nasi atau pengganti, ada ikan atau pegganti, kacang-kacangan, sayur dan buah serta air yang cukup,”pungkas Arif yang juga salah satu akademisi Gorontalo ini. (adv/roy)











Discussion about this post